• Login
  • Register
Selasa, 8 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kisah Nabi Muhammad dan Sikap Introspeksi Diri

Ada salah satu kisah yang sangat populer, khususnya di kalangan para ahli hukum Islam, bahwa Nabi Muhammad Saw tidak pernah menyalahkan siapapun.

Redaksi Redaksi
06/05/2022
in Hikmah
0
Kisah Nabi Muhammad dan Sikap Introspeksi Diri

Kisah Nabi Muhammad dan Sikap Introspeksi Diri

1.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kisah Nabi Muhammad dan sikap introspeksi diri adalah pelajaran penting bagi umat Islam. Di dalam kisah perjalanan Nabi Muhammad Saw terdapat banyak sekali pelajaran yang bisa menjadi teladan bagi kita semua, terutama umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan. Ada salah satu kisah yang sangat populer, khususnya di kalangan para ahli hukum Islam, bahwa Nabi Muhammad Saw tidak pernah menyalahkan siapapun.

Kisah Nabi Muhammad dan sikap introspeksi diri berawal pasca Nabi Muhammad Saw selesai perang Ahzab, atau yang lebih populer disebut “Perang Khandaq” (Parit).

Pada waktu itu, seperti dikutip dari buku Lisanul Hal, Kisah-kisah Teladan dan Kearifan, karya KH. Husein Muhammad, para prajurit segera melepas baju perangnya dan bersiap-siap mengambil air wudhu untuk shalat Ashar.

Tetapi Nabi Saw memberikan pengarahan kepada mereka agar hal itu, (shalat Ashar) dilakukan saja di perkampungan Bani Quraizhah. Beliau mengatakan:

“Janganlah sekali-kali kalian shalat Ashar kecuali di Bani Quraizhah.”

Baca Juga:

Tujuan Utama Rumah Tangga Menurut Al-Qur’an

Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an

Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

Belajar Toleransi dari Kisah Khalifah Manshur dan Georgeus Buktisyu

Setelah mendengarkan pengarahan Nabi itu, Buya Husein melanjutkan kisah Nabi Muhammad dan sikap introspeksi diri, lalu menceritakan, mereka pun bersiap-siap untuk berangkat. Di tengah perjalanan sebelum sampai di Bani Quraizhah, mereka melihat matahari terus merangkak pelan-pelan ke arah barat untuk beberapa saat kemudian akan tenggelam. Langit sebentar lagi akan berwarna merah saga.

Jika shalat dikerjakan di tempat yang ditunjuk Nabi, dapat dipastikan akan masuk waktu maghrib. Perkampungan Bani Quraizhah itu masih cukup jauh. Mereka lalu bingung. Suasana tiba-tiba jadi hiruk-pikuk.

“Di mana kita harus mengerjakan shalat Ashar ini?,” kata mereka.

Bila kita mengerjakannya di sini, kita melanggar perintah Nabi. Tetapi, bila kita mengerjakannya di perkampungan Bani Quraizhah kita tentu melanggar perintah Allah. Bukankah al-Qur’an sudah mengatakan:

“Sesungguhnya bagi orang-orang beriman adalah kewajiban yang harus dilakukan dalam waktunya?”

Dan Nabi telah menjelaskan waktunya untuk masing-masing shalat, sebagaimana diketahui dari hadis-hadisnya.

“Mereka berdebat dan pada waktu yang sama juga kebingungan. Maka mereka mengambil pemahaman sendiri-sendiri. Sebagian dari mereka shalat di tengah perjalanan, mengikuti perintah Allah, sebagaimana disebutkan dalam al-Quran di atas, dan sebagian lagi meneruskan perjalanannya sampai ke perkampungan Bani Quraizhah, meski waktu shalat Ashar sudah habis/lewat. Apa boleh buat, Nabi sudah memerintahkannya di tempat itu,” tulis Buya Husein.

Ketika kemudian peristiwa tersebut disampaikan kepada Nabi Saw, Buya Husein menyampaikan, beliau sama sekali tidak memarahi atau menyalahkan, apalagi membodoh-bodohi mereka semua. Nabi Saw bahkan tersenyum-senyum saja. Nabi Saw mengatakan:

“Jika seseorang berijtihad (berusaha keras) dan ijtihadnya benar maka ia mendapat dua pahala, dan jika salah mendapat satu pahala.”

“Nabi memang sangat memahami bahwa masyarakat mempunyai pemahaman yang berbeda-beda atas suatu ucapan atau suatu masalah,” tegas Buya Husein.

“Keragaman pendapat ini wajar dan alami. Karena itu, beliau tidak menyalahkan siapa pun di antara mereka dan tidak mengecam siapa pun, apalagi mengkafirkannya. Mungkin beliau hanya senyum-senyum sebagaimana kebiasaanya,” tukasnya.

Demikian  Semoga bermanfaat.(Rul)

Tags: al-quranBani Quraizhahkisahnabi muhammadperang khandaqtidak menyalahkan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Kodrat Perempuan

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

8 Juli 2025
relasi laki-laki dan perempuan yang

Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

8 Juli 2025
IBu

Kasih Sayang Seorang Ibu

7 Juli 2025
Kasih Sayang Orang Tua

Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

7 Juli 2025
Amalan Muharram

Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual

7 Juli 2025
Kewajiban dan hak

Jangan Hanya Menuntut Hak, Tunaikan Juga Kewajiban antara Orang Tua dan Anak

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Retret di sukabumi

    Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasih Sayang Seorang Ibu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak
  • Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan
  • Menimbang Kebijakan Nikah Massal
  • Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID