• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Kisah Nabi Muhammad Patah Hati

Fatikha Yuliana Fatikha Yuliana
18/11/2022
in Kolom
0
Kisah Nabi Muhammad Patah Hati

Kisah Nabi Muhammad Patah Hati

301
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id- Dalam sejarah, Nabi Muhammad pernah beberapa kali ditolak lamarannya oleh perempuan. Kisah ini mungkin tidak populer, tetapi terdapat dalam riwayat dan kitab-kitab tarikh. Berikut kisah Nabi Muhammad patah hati.

“Tiada perpisahan jika tak ada pertemuan.” Begitu kira-kira pepatah yang seringkali saya dengar. Namun, Jalaluddin Rumi berkata, “ucapan selamat tinggal hanya untuk mereka yang mencintai dengan mata. Karena tak ada perpisahan bagi mereka yang mencintai dengan hati dan jiwa.”

Kata-kata sederhana di atas mungkin akan sedikit bisa menambal luka untuk orang yang sedang mengalami patah hati karena cinta.

Cinta memang bisa meluluh-lantakkan hati manusia. Ketika sedang jatuh cinta, dunia terasa sangat berwarna. Hati berbunga-bunga. Hari-hari menjadi terasa manis untuk dijalani. Sebaliknya, ketika sedang mengalami patah hati, dunia begitu suram. Hati terasa kosong, yang tinggal hanyalah luka yang menganga. Kepiluan dan kesedihan bercampur menjadi satu.

Mungkin begitu gambarannya. Tetapi itu semua manusiawi. Manusia diciptakan dengan dianugerahi perasaan yang sedemikian rupa. Nabi Muhammad pun pernah merasakannya.

Baca Juga:

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Nyai Awanillah Amva: Jika Ingin Istri Seperti Khadijah, Muhammad-kan Dulu Dirimu

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan

Baca juga: Nabi Pun Meminta Pendapat Istri

Kisah Nabi Muhammad Patah Hati

Dalam buku karya Martin Lings yang berjudul, “Muhammad: His Life Based on The Earliest Sources”, dikisahkan bahwa Nabi Muhammad pernah mengalami patah hati karena cinta pertamanya. Fakhitah atau kerap dipanggil Umm Hani’, gadis asal suku Quraisy, anak keempat paman Nabi, Abu Thalib.

Fakhitah adalah cinta pertama Nabi. Keduanya saling mencintai. Beliau yakin dengan perasaan cintanya yang tak main-main. Nabi pun menemui pamannya dengan berniat untuk meminta izin pamannya agar menikahkan beliau dengan Fakhitah.

Namun Abu Thalib telah mempunyai rencana lain. Ia akan menikahkan putrinya dengan laki-laki lain. Laki-laki itu telah lebih dulu melamar Fakhitah untuk dinikahi. Laki-laki itu bernama Hubayroh, putra dari saudara ibu Abu Thalib yang berasal dari Bani Makhzum. Selain kaya, Hubayroh juga berilmu, bijak dan seorang penyair berbakat seperti Abu Thalib.

Baca juga: Kabar Gembira dari Nabi untuk Perempuan

Abu Thalib menjelaskan, pernikahan puterinya sebagai balas budi atas kebaikan Bani Makhzum. Perkataan Abu Thalib tersebut merujuk pada Ibunda Nabi Muhammad, Aminah, seorang gadis yang juga berasal dari Bani Makhzum.

Akhirnya, Fakhitah dinikahkan dengan Hubayroh. Nabi tak membantah, beliau menerima keputusan pamannya dengan lapang dada. Nabi pun secara sopan dan jujur mengakui bahwa dirinya memang belum siap untuk menikah.

Beliau sadar bahwa Fakhitah ditakdirkan oleh Allah SWT bukan untuk bersanding dengan dirinya. Bahkan beliau berdoa untuk kebahagiaan mereka berdua.

Kelak, Nabi menemukan cinta sejatinya pada perempuan tangguh yang sangat ia cintai, yaitu Khadijah.

Kisah Nabi Muhammad tersebut dapat dijadikan pelajaran bagi kita dalam memaknai patah hati. Patah hati tak perlu ditangisi sepanjang hari, berlarut-larut dalam kesedihan. Apalagi jika sampai mengutuk perpisahan.

Baca juga: Visi Revolusioner Nabi Mengangkat Derajat Perempuan

Mulailah belajar menerimanya dengan lapang dada. Tak perlu resah dan gelisah. Mungkin saja, patah hati diciptakan untuk saling membenahi diri agar menjadi lebih baik lagi.

Jadikan patah hati sebagai cara untuk menjadi pribadi yang tepat dan membahagiakan. Kalau kata frase Jawa, bener tur pener.

Serta meyakini bahwa Tuhan sudah menakdirkan yang terbaik untuk setiap makhluk-Nya. Barangkali, patah hati juga sebagai wujud cinta-Nya untuk menghadirkan cinta yang lain di kemudian hari.

Demikian kisah Nabi Muhammad patah hati. Semoga bermanfaat. []

Tags: Abu ThalibAminahBani MakhzumCintacinta pertamaFakhitahmuhammadnabipatah hati
Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana, terlahir di Indramayu. Alumni Ponpes Putri Al-Istiqomah Buntet Pesantren Cirebon. Berkuliah di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Jatuh cinta pada kopi dan pantai.

Terkait Posts

Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rumah Tak

    Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID