• Login
  • Register
Kamis, 10 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Nyai Awanillah Amva: Jika Ingin Istri Seperti Khadijah, Muhammad-kan Dulu Dirimu

Jika seseorang menginginkan pasangan dengan kualitas terbaik. Maka ia pun perlu menyiapkan diri dengan kualitas yang sama, atau setidaknya mendekatinya. Sebab pasangan yang baik tidak datang karena kita menuntut, melainkan karena kita pantas.

Sukma Aulia Rohman Sukma Aulia Rohman
22/06/2025
in Publik
0
Khadijah

Khadijah

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Yu Awa menyoroti fenomena di mana laki-laki kerap mendambakan pasangan ideal, penyayang, berakhlak mulia seperti Khadijah tanpa bercermin pada kualitas hidupnya sendiri.

Mubadalah.id – Pernikahan kerap dipandang sebagai tujuan akhir dari perjalanan cinta dua insan. Namun sebelum sampai ke sana, ada proses panjang yang harus dilalui mulai dari mengenal, menjalin hubungan, hingga memutuskan untuk mengikat janji suci.

Di setiap fase ini, dibutuhkan kesiapan dari kedua belah pihak, baik secara emosional, spiritual, maupun finansial. Dan satu hal yang tak boleh dilupakan yaitu komunikasi yang sehat adalah kunci utama.

Namun di tengah dinamika itu, kita masih menjumpai realitas yang timpang. Banyak perempuan masih terjebak dalam posisi menunggu untuk dilamar, menunggu dipilih, menunggu keputusan.

Sementara laki-laki seolah menjadi satu-satunya pihak yang aktif menentukan arah hubungan. Pola ini bukan hanya terjadi karena kebiasaan sosial. Tapi juga terpengaruhi oleh doktrin-doktrin patriarkis yang sudah mengakar.

Warisan Patriarki dalam Pilihan Pasangan

Dalam narasi yang berkembang, laki-laki selalu digambarkan sebagai pemimpin, sementara perempuan makmum yang harus taat kepada pemimpin.

Baca Juga:

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Tafsir Sakinah

Pemikiran ini, dalam banyak kasus, membatasi ruang gerak perempuan untuk secara aktif memilih atau menyuarakan keinginannya dalam memilih pasangan.

Bahkan dalam praktik-praktik tertentu, seperti perjodohan atau wali ijbar (wali yang menikahkan perempuan tanpa persetujuannya), hak perempuan untuk menentukan masa depan hidupnya seringkali orang tua rampas.

Padahal, baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama untuk memilih pasangan hidup. Pernikahan bukan ruang bagi satu orang, tapi tempat bertumbuh bersama dalam kasih, saling menghargai, dan mendukung satu sama lain.

Pesan Memilih Pasangan Menurut Yu Awa

Dalam konteks inilah, pernyataan pengasuh Pondok Pesantren Kebon Jambu, Nyai Awanillah Amva atau yang akrab disapa Yu Awa menjadi sangat relevan.

Dalam banyak kesempatan, ia sering mengatakan, “Jika kamu ingin istri seperti Khadijah, maka Muhammad-kan lah dirimu.” Pernyataan ini bukan sekadar kata-kata, tapi ajakan untuk berkaca dan berbenah diri.

Yu Awa menyoroti fenomena di mana laki-laki kerap mendambakan pasangan ideal, penyayang, berakhlak mulia seperti Khadijah tanpa bercermin pada kualitas hidupnya sendiri.

Padahal, Khadijah mencintai dan memilih Muhammad bukan karena ia laki-laki biasa, melainkan karena akhlaknya yang agung, integritasnya yang kokoh, dan komitmennya terhadap nilai-nilai kebaikan.

Karena itu, jika seseorang menginginkan pasangan dengan kualitas terbaik. Maka ia pun perlu menyiapkan diri dengan kualitas yang sama, atau setidaknya mendekatinya. Sebab pasangan yang baik tidak datang karena kita menuntut, melainkan karena kita pantas.

Hak Perempuan untuk Memilih

Tak hanya itu, Yu Awa juga menegaskan bahwa perempuan berhak memilih pasangan yang ia anggap layak, berakhlak baik, dan memiliki visi hidup yang sejalan.

Perempuan tak boleh hanya pasif menunggu dan menerima siapa pun yang datang. Ia berhak menentukan arah hidupnya, termasuk dalam hal memilih pasangan.

Pernikahan karena paksaan, atau tidak lahir dari pilihan sadar, nyaris mustahil menghadirkan kebahagiaan. Sementara kebahagiaan adalah hak asasi setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan.

Jika kita ingin membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, maka pondasinya adalah kesetaraan dan kebebasan dalam memilih.

Pesan Yu Awa menggugah kita untuk lebih jujur pada diri sendiri. Kadang, kita memiliki ekspektasi tinggi terhadap pasangan hidup. Namun lupa untuk mengukur diri, apakah kita sudah layak menjadi pasangan ideal yang ia impikan?

Dalam relasi, kejujuran dan kesadaran akan kualitas diri menjadi bekal penting agar relasi itu tidak timpang dan membebani.

Sudah saatnya kita keluar dari jebakan patriarki yang membuat perempuan hanya menunggu dan laki-laki merasa paling berhak memilih. Dalam cinta, semua pihak punya hak yang sama yaitu untuk memilih dan dipilih, untuk tumbuh dan membahagiakan. []

Tags: DirimuistrikhadijahmuhammadNyai Awanillah Amvapasangansuami
Sukma Aulia Rohman

Sukma Aulia Rohman

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pelecehan Seksual

    Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID