Mubadalah.id – Peringatan Hari Ibu menjadi sangat momen penting, selain untuk merayakan peran ibu dalam keluarga, juga untuk merenungkan teladan dan perjuangannya yang luar biasa. Salah satu figur ibu, yang meninggalkan banyak teladan ialah Sayyidah Fatimah al-Batul. Di mana hari milad beliau pada 20 Jumadil ats-Tsaniyah, bertepatan dengan 22 Desember 2024.
Pada kesempatan ini, mari kita meneladani sosok Sayyidah Fatimah melalui kitab Iqdulul fi Sirah al-Batul. Sebuah karya dari Sayyid Muhammad bin Hasan bin Alwi al-Haddad yang memuat kisah-kisah kemuliaan dan keutamaan beliau.
Dengan mengenal lebih dalam tentang Sayyidah Fatimah, menginspirasi kita untuk menjadi ibu yang penuh kesabaran, cinta, dan keteguhan. Sebagai anak, kita bisa meneladani beliau dalam hal kesungguhan bakti kepada orang tua dan kesantunan akhlaknya.
Kemuliaan Sayyidah Fatimah
Kitab Manaqib Iqdulul adalah salah satu manaqib yang mengisahkan berbagai keutamaan Sayyidah Fatimah az-Zahra. Mushannif menyebutkan bahwa di antara keistimewaan beliau ialah menjadi penghulu para perempuan syurga (sayyidah nisa ahli al-jannah). Sebagaimana dalam hads, Nabi pernah berkata kepada putrinya itu: “Tidakkah kamu bahwa kamu merupakan penghulu perempuan-perempuan yang beriman.”
Sayyidah Fatimah merupakan belahan hati Rasulullah. Beliau saw. menegaskan bahwa putrinya terkasih itu merupakan bagian darinya (bid’atu al-Musthofa). Maka siapa yang menyakitinya, mereka telah menyakiti Rasul. Siapa yang menggembirakannya, maka mereka telah menggembirakan beliau saw.
Sayyidah Fatimah memiliki beberapa gelar sebab kemuliannya. Di antara nama-namanya seperti al-Mubarakah (yang diberkati), az-Zakiyyah (yang suci), ar-Radhiyah (yang rela), dan al-Mardhiyah (yang diridhai). Namun, yang paling terkenal adalah az-Zahra (yang bersinar wajahnya bak bunga) karena dia merupakan ciptaan terbaik dan bunga hati Rasulullah.
Sayyidah Fatimah juga mendapat gelar sebagai al-Batul, artinya seorang yang tidak pernah terhenti ibadahnya. Selain itu beliau juga mendapat julukan dari Rasulullah sebagai Ummu Abiha, karena sejak belia sepeninggal ibunya, Sayyidah Khadijah al-Kubra. Dialah yang mengurus segala kebutuhan dan keperluaan ayahandanya. Dengan sikapnya yang penuh kasih sayang serta kelembutan, ia selalu berbakti dan menjadi pembela ayahnya.
Sayyidah Fatimah Teladan Bagi Ibu dan Para Perempuan
Dalam kitab ini, juga diceritakan berbagai peristiwa yang menampilkan sifat-sifat mulia beliau, termasuk kepeduliannya terhadap keluarga, pengorbanannya dalam menolong orang lain, serta kedalaman spiritualitas beliau.
Sebagaimana dalam kitab tersebut menceritakan tentang Sayyidah Fatimah yang rela berbagi harta miliknya, meskipun dirinya sendiri dan keluarganya hidup dalam keadaan serba kekurangan. Sehingga kisah dan sifat mulianya tersebut diapresiasi di dalam QS. al-Insan ayat 8-11.
Penulis menerangkan bahwa hal tersebut menjadi contoh teladan terbaik bagi kita semua, bahwa keteguhan dan kesungguhannya dalam melakukan amal saleh dan merebut peluang dalam setiap ketaatan, yaitu mendahulukan keperluan yang miskin, yatim, dan orang-orang yang membutuhkan.
Sayyidah Fatimah juga menjadi contoh nyata dari sifat tawadhu (rendah hati). Meskipun berasal dari keluarga yang sangat mulia. Kesederhanaan hidup beliau menjadi teladan penting bagi kita untuk selalu bersyukur dan tidak melupakan esensi kehidupan yang lebih utama, yaitu kedekatan dengan Allah.
Selain itu, ia juga terkenal sebagai perempuan yang sangat menjaga ibadahnya, serta selalu berdoa untuk kebaikan umat. Dalam konteks peringatan Hari Ibu, teladan darinya mengingatkan kita tentang pentingnya pendidikan spiritual bagi anak-anak kita. Sebagai ibu, kita tidak hanya mendidik anak-anak dalam aspek duniawi, tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai agama yang dapat membimbing mereka di jalan yang benar.
Ibu yang Penuh Kasih Sayang
Sayyidah merupakan ibu yang penuh kasih kepada putra-putrinya, yaitu Hasan, Husein, Muhsin, Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kultsum yang kelak menjadi orang-orang besar dalam sejarah Islam. Ia adalah teladan sejati dalam menjalani kehidupan sebagai seorang ibu. Meskipun dalam kesederhanaan, Sayyidah Fatimah selalu menunjukkan ketabahan dan kesabaran.
Salah satu kisah terkenal adalah bagaimana beliau dengan penuh keikhlasan membantu pekerjaan rumah tangga dan mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Di lain sisi ia juga memiliki semangat tinggi dan aktif memperjuangkan dakwah Islam. Di dalam peperangan Uhud, ia turut serta membantu dalam merawat orang-orang Islam yang luka dan memberi minuman kepada mereka.
Dalam kitab ini juga mengisahkan bagaimana perhatian Sayyidah Fatimah kepada ayahandanya. Yakni ketika dia merawat luka Rasulullah dalam peperangan tersebut dengan dibantu suaminya. Sayyidina Ali menuangkan air, kemudian Sayyidah Fatimah membersihkan darah dan merawat luka yang terdapat di wajah Rasulullah yang mulia.
Kitab Iqdulul ini menjadi salah satu yang perlu kita baca secara serius. Sebab, Sayyid Muhammad bin Hasan bin Alwi al-Haddad sebagai mushanif telah memberikan penjelasan yang cukup mudah kita pahami. Sehingga kita dapat lebih mudah untuk merefleksikan teladan Sayyidah Fatimah binti Rasulullah di kehidupan sehari-sehari dalam konteks sebagai seorang ibu dan perempuan di masa ini. Wallah a’lam. []