• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Sayyidah Fatimah: Sosok yang Terluka Nabi Saw saat Disiram Kotaran oleh Kafir Quraisy

Sayyidah Fatimah az-Zahra putri tercintanya menyaksikan hal itu dan menangis. Dengan tetap memperlihatkan sikap sabar yang tinggi, Nabi mengatakan: “Anakku, jangan bersedih hati. Tuhan akan melindungi ayahmu."

Redaksi Redaksi
09/02/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Nabi

Nabi

934
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam beberapa catatan menceritakan saat Nabi Muhammad Saw berada di Thaif, Beliau menerima perlakukan menyakitkan dari seorang muda Quraisy. Ia menyiram kotoran ke muka dan tubuh Nabi. Diperlakukan seperti itu Nabi diam saja, tidak menunjukkan muka marah.

“Andai kata pamanku, Abu Thalib, masih ada, dia pasti akan melindungiku, dan anak muda itu tak akan berani melakukannya,” kata hatinya sambil menyimpan luka, tetapi tak ada pikiran untuk membalaskan.

Kemudian, Sayyidah Fatimah az-Zahra putri tercintanya menyaksikan hal itu dan menangis. Dengan tetap memperlihatkan sikap sabar yang tinggi, Nabi mengatakan: “Anakku, jangan bersedih hati. Tuhan akan melindungi ayahmu.”

Sungguh luar bisa mengagumkan pribadi Nabi yang mulia itu. Meski dalam luka hati yang mendalam dan tercabik-cabik, beliau tetap tegar, tenang, amat tabah dan tetap memberikan perhatian kepada anak perempuannya. Ia tidak memikirkan hidupnya sendiri. Bahkan ia tak juga ingin membalas kepada pemuda tadi.

Dalam situasi sepi dan sendirian seperti itu Tuhan mengutus Jibril turun ke bumi dengan membawa kendaraan berkecepatan suara atau cahaya untuk menemui Muhammad dan mengajaknya menjumpai Dia. Yunus Emre, penyair besar dari Anatolia, menulis puisi mengenai ini:

Baca Juga:

Nabi Tak Pernah Membenarkan Pemukulan Terhadap Perempuan

Nabi Saw Memuliakan dan Menolak Semua Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan

Teladan Nabi dalam Rumah Tangga: Menolak Kekerasan, Memanusiakan Perempuan

Ragam Bentuk Relasi Nabi Saw bersama Non-Muslim

Allah mengutus Jibril seraya berfirman: “Muhammad-Ku akan datang! Ambillah Buraq, bawa ia kepadanya Untuk dinaiki Muhammad.”

Kemudian, Jibril pun segera turun dan menemui Nabi yang sedang tidur-tiduran di kamarnya dengan hati gundah gulana. Ia mengajak kekasih Tuhan itu melakukan perjalanan malam, menjelajahi alam semesta dan menjumpai Tuhan. Perjalanan ini kita kenal dengan sebutan Isra’ dan Mikraj.

Peristiwa Isra’ Mikraj

Isra’ dan Mikraj merupakan peristiwa paling menarik dari perjalanan hidup seorang manusia pilihan, boleh jadi lebih mengagumkan dibanding peristiwa yang lain. Sebuah perjalanan yang tak bisa dinalar manusia. Al-Qur’an mengabadikan peristiwa Isra’ ini dalam salah satu ayatnya:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Artinya: Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada waktu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Agsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda keagungan Kami. (QS. al-Isra’ (17): 1).

Sementara Mikraj Nabi, al-Qur’an tak menyebutkannya secara eksplisit. Ia tercatat dalam sejumlah hadis, di samping merujuk pada isyarat pada ayat-ayat dalam surah al-Najm. Ibnu Ishaq, dalam kitab sirahnya menggambarkan peristiwa isra dan Mi’raj itu dengan cara yang sangat memukau:

“Seorang yang dipercaya telah meriwayatkan kepadaku dari Abu Sa’id bahwa ia telah mendengar Nabi bertutur kata: “Setelah aku melakukan apa yang perlu aku lakukan di Bait al-Maqdis (Yarusalem), aku dibawakan sebuah tangga dan aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih indah selain itu. Itulah sesuatu yang menjadi pandangan orang-orang mati pada Hari Kebangkitan. Sahabatku, Jibril, membuatku dapat memanjat sampai kami mencapai salah satu gerbang langit yang kita sebut Gerbang Gardu. Di sana 1.200 malaikat bertindak sebagai pengawal.” []

Tags: DisiramKafir QuraisyKotoranNabi SawSayyidah FatimahsosokTerluka
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Boys Don’t Cry

    Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu
  • Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID