• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Korupsi dan Tanda Kebangkrutan Beragama

Zahra Amin Zahra Amin
14/12/2019
in Publik
0
kebangkrutan, agama

Perilaku Korupsi merupakan bagian dari tanda kebangkrutan beragama.

4.9k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Setiap tanggal 9 Desember, diperingati sebagai Hari Anti Korupsi di Indonesia. Hingga saat ini, perilaku tindakan korupsi masih saja merajalela, bahkan tanpa malu lagi ketika berhadapan dengan media, para pelaku tersenyum tanpa perasaan bersalah. Belum ditambah dengan atribut keagamaan yang melekat. Seakan menjadi tanda, setelah mendapatkan sanksi dan hukuman, lantas terlihat lebih saleh dan agamis.

Padahal, sebagaimana dituturkan Buya KH. Husein Muhammad, dalam buku Pendar-Pendar Kebijaksaan, perilaku korupsi merupakan bagian dari kebangkrutan beragama. Mengapa demikian?. karena kesalehan individual yang diajarkan Islam selalu menuntut lahirnya efek-efek kesalehan sosial.

Sehingga, manakala ritual personal tersebut, seperti ibadah individual tidak melahirkan efek kesalehan sosial dan kemanusiaan, maka itu adalah tanda kebangkrutan agama, untuk tidak dikatakan sebagai keberagamaan yang sia-sia. Apalagi jika sikap begitu melahirkan kehidupan yang destruktif terhadap kepentingan sosial kemasyarakatan.

Nabi pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut?” Mendengar pertanyaan Nabi yang sangat mudah ini, para sahabat dengan cepat menjawab, “Dia adalah orang-orang yang tidak lagi punya kekayaan”.

Lalu beliau mengatakan, “Seorang yang bangkrut ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan daftar pahala shalat, puasa dan zakat. Tetapi dalam waktu yang sama, dia juga membawa daftar kezaliman. Dia mengecam si A, menuduh si B, memakan harta si C, menumpahkan darah si D, dan memukul si E.

Baca Juga:

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Kepada mereka yang dizalimi, terampas hak-hak asasinya. Dia (pelaku) dihukum dengan membayar pahala atas kebaikan-kebaikan atau kesalehan-kesalehan personalnya. Manakala dengan semua pahala kebaikan dan kesalehan tersebut dia belum bisa melunasinya, maka dosa mereka yang dizalimi ditimpakan kepadanya. Sesudah itu dia (pelaku), dilemparkan ke dalam api neraka.

Pernyataan Nabi di atas memperlihatkan kepada kita betapa kesalehan personal seperti shalat, puasa dan haji dengan pahalanya yang begitu besar, bisa digugurkan dan digusur oleh perilaku-perilaku kezaliman sosial.

Kezaliman sosial adalah tindakan-tindakan yang melanggar hukum publik, merampas hak milik manusia, melukai kehormatannya, seperti mencaci maki, menuduh, memfitnah, melakukan kekerasan korupsi dan lain-lain.

Nabi datang untuk memberi peringatan kepada mereka yang zalim, tentang masa depan mereka di neraka, dan menyampaikan kabar gembira kepada mereka yang menjaga kesalehan personal dan sosial bahwa mereka akan memperoleh surga.

Jadi, agar tak mengalami kebangkrutan beragama, maka lebih baik kita melakukan pencegahan dan melawan tindakan korupsi serta kejahatan kemanusian lainnya, yang merupakan bagian dari jihad sosial. Karena tak hanya berimplikasi pada masa depan kita di negeri akhirat nanti, tetapi juga masa depan anak bangsa yang akan menikmati keberlanjutan pembangunan di negara ini.[]

Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Pacaran

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

30 Juni 2025
Pisangan Ciputat

Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

30 Juni 2025
Kesetaraan Disabilitas

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

30 Juni 2025
Feminisme di Indonesia

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

28 Juni 2025
Wahabi Lingkungan

Wahabi Lingkungan, Kontroversi yang Mengubah Wajah Perlindungan Alam di Indonesia?

28 Juni 2025
Patung Molly Malone

Ketika Patung Molly Malone Pun Jadi Korban Pelecehan

27 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID