• Login
  • Register
Senin, 12 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Label Suami Takut Istri dan Diskriminasi terhadap Laki-laki

Alih-alih melabeli laki-laki, lebih baik fokus pada membangun komunikasi yang sehat dan saling pengertian dalam rumah tangga.

Laily Nur Zakiya Laily Nur Zakiya
15/01/2025
in Keluarga
0
Suami Takut Istri

Suami Takut Istri

705
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pelabelan “suami takut istri” seringkali muncul dalam percakapan sehari-hari, bahkan menjadi bahan candaan di berbagai media sosial.

Umumnya kita gunakan untuk menggambarkan seorang suami yang tampak sangat patuh atau cenderung menghindari konflik dan menuruti semua keinginan istrinya. Hal ini seringkali kita interpretasikan sebagai ketidakberdayaan atau ketidakmampuan suami dalam mengambil keputusan.

Istilah ini mungkin berakar dari berbagai budaya dan tradisi yang ada di Indonesia, di mana peran suami dan istri secara tradisional dibedakan dengan sangat jelas.

Dalam kebudayaan patriarki, laki-laki umumnya kita harapkan menjadi kepala rumah tangga yang dominan. Sementara perempuan lebih bersifat mendukung dan mengurus rumah. Namun, seiring dengan perubahan sosial, banyak pasangan yang memilih untuk menjalani hubungan dengan setara, di mana kekuasaan dan tanggung jawab terbagi secara lebih merata.

Ketika seorang suami terlihat lebih kompromis atau memberikan lebih banyak keputusan kepada istrinya, ini bisa anggapannya sebagai bentuk “ketakutan” atau kelemahan. Meskipun sebenarnya ini bisa jadi tanda dari hubungan yang sehat dan penuh penghargaan.

Baca Juga:

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Separuh Mahar untuk Istri? Ini Bukan Soal Diskon, Tapi Fikih

Padahal pemahaman ini sangat subjektif dan bergantung pada sudut pandang yang kita gunakan. Dalam beberapa konteks, kepatuhan suami bisa jadi merupakan bentuk penghargaan dan kasih sayang terhadap istri, atau sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Namun dalam konteks lain, bentuk penghargaan ini dipandang merendahkan dan mengecilkan peran suami.

Bukan Bentuk Diskriminasi

Pelabelan “suami takut istri” seringkali tersematkan pada laki-laki yang kita anggap tidak memenuhi stereotip maskulinitas ideal. Hal ini kemudian dianggap sebagai bentuk diskriminasi terhadap laki-laki karena merendahkan stereotip tersebut.

Padahal pelabelan ini sebenarnya bukanlah bentuk diskriminasi terhadap laki-laki. Melainkan karena sistem patriarki yang menempatkan laki-laki dan perempuan pada peran-peran kaku. Ketika seorang suami memilih untuk menghormati atau mendengarkan pendapat istrinya, ia bukanlah laki-laki yang lemah. Tetapi justru seorang individu yang matang secara emosional dan berkomitmen pada prinsip kesalingan dalam hubungan

Selain itu, esensi dari hubungan yang baik dalam Islam yaitu kemitraan yang berdasarkan pada musyawarah ( syura ), bukan saling mendominasi. Prinsip ini Rasulullah SAW contohkan dengan istri dan keluarganya.

Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW sering bermusyawarah dengan istri dan keluarganya. Bahkan menerima pendapat mereka dalam situasi penting. Contohnya ketika beliau menerima saran Ummu Salamah dalam peristiwa Perjanjian Hudaibiyah.

Tindakan Rasulullah ini menunjukkan bahwa mendengarkan pendapat istri bukanlah tanda kelemahan atau diskriminasi. Melainkan wujud penghormatan terhadap perempuan sebagai mitra yang setara dalam kehidupan.

Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara dua jenis kepatuhan. Pertama, kepatuhan yang berdasarkan pada kasih sayang, penghargaan, dan kesepakatan bersama. Kepatuhan jenis ini bukanlah diskriminasi, melainkan cerminan kebijaksanaan dan upaya menjaga keharmonisan.

Misalnya, seorang suami yang mengalah dalam memilih tempat makan karena mengetahui keinginan istrinya, menunjukkan perhatian dan pengertian, bukan “takut istri”.

Kedua, kepatuhan yang dipaksakan atau terdorong oleh rasa takut akan konsekuensi negatif, seperti takut dimarahi, diabaikan, atau diancam. Dalam kasus ini, label “suami takut istri” menjadi problematik dan berpotensi menjadi bentuk diskriminasi karena mengindikasikan adanya dinamika kekuasaan yang tidak sehat dalam rumah tangga.

Bentuk Kerjasama dan Saling Menghormati

Dalam hubungan pernikahan, suami dan istri adalah mitra, di mana kedua pihak berkontribusi dalam pengambilan keputusan dan saling mendukung dalam berbagai aspek kehidupan. Suami yang mendengarkan istrinya dan menghargai pendapatnya tidak seharusnya dianggap takut, melainkan sebagai tanda dari hubungan yang kuat dan penuh kasih.

Karena relasi yang sehat dalam rumah tangga didasari oleh prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan komunikasi yang terbuka. Suami dan istri memiliki hak dan kewajiban yang setara, dan keduanya berhak untuk didengar dan dihargai pendapatnya.

Alih-alih melabeli laki-laki dengan istilah tersebut, lebih baik fokus pada membangun komunikasi yang sehat dan saling pengertian dalam rumah tangga. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih bijak dalam menggunakan istilah “suami takut istri” dan menghindari generalisasi yang dapat merugikan salah satu pihak.

Dan yang paling penting, kita perlu mendorong terciptanya relasi yang setara dan saling menghormati antara suami dan istri, di mana kedua belah pihak dapat berkomunikasi secara terbuka, saling mendukung dalam mencapai tujuan bersama. []

 

 

 

Tags: keluargaKesalinganRelasirumah tanggasuami takut istri
Laily Nur Zakiya

Laily Nur Zakiya

Aktif di Komunitas Puan Menulis. Mahasiswa Pascasarjana UIN Walisongo Semarang. Ig: @laa.zakiya

Terkait Posts

Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Soft Spoken

Soft Spoken: Menanamkan Nilai Tata Krama pada Anak Sedari Kecil

25 April 2025
Orang Tua Gen Z

Antara Reels dan Realita: Dilema Orang Tua Gen Z di Tengah Arus Media Sosial

24 April 2025
Kemandirian Anak

Konstruksi Kemandirian Anak dalam Bayang-bayang Ekspektasi Figur Ayah

23 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerja Rumah Tangga

    Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha
  • Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?
  • Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version