• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Laki-laki Boleh Menangis

Cahaya Hidayah Cahaya Hidayah
14/10/2019
in Personal
0
41
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Apakah laki-laki boleh menangis? Siang ini teleponku berdering 4x. Lalu sebuah pesan singkat masuk. “Boleh saya nelpon?” tanya kawanku. Sebut saja namanya Manto. Sudah beberapa hari ini Manto memohon untuk diberi kesempatan bicara. Saya memang tidak pernah mengabulkan permintaannya.

Saya sangat menjaga pembicaraan di ruang privasi dengan laki-laki beristri kecuali itu urusan pekerjaan.

“Plis.. saya mohon.. sekali ini saja,” sambungnya lagi.

“Saya mau curhat. Saya tidak tahu harus curhat kemana lagi, ini persoalan yang sangat pribadi, dan saya sangat percaya sama kamu,” pesan ketiga masuk.

“Oke, tapi sekali ini saja ya,” jawabku luluh.

Baca Juga:

Bekerja itu Ibadah

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

Jangan Malu Bekerja

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Tidak menunggu beberapa detik dari pesan itu dia baca, teleponku berdering. “Manto memanggil!”

Lalu mengalirlah curhatan Manto. Ternyata itu persoalan rumah tangganya yang kini di ambang perceraian.

Saya berusaha memposisikan diri hanya sebagai pendengar.
Saya pun dalam pergolakan batin khas perempuan yang tidak tahan selalu ingin menghakimi.

Saya tahu dia sedang tidak butuh dikomentari. Dia hanya butuh didengar.
“Come on, cukup sediakan telinga saja, jangan berkomentar,” batinku.

Jelas sekali terdengar suaranya bergetar menahan tangis dan emosi yang membuncah. Saya bisa merasakan Manto berada di bawah tekanan yang cukup berat. Selama ini dia hanya berpura-pura seolah-olah semuanya baik-baik saja.

Hal yang umum sih, toh semua orang pun begitu. Berpura-pura baik-baik saja.

“Saya seorang laki-laki. Tidak mungkin saya menunjukkan pada dunia bahwa saya sedang rapuh. Dunia akan menertawakan dan memberi label laki-laki lemah padaku. Ini persoalan harga diri,” katanya.

OH MY GOD ?

Lagi-lagi saya berusaha menahan diri untuk menimpali. Bukan saatnya berdebat, saat ini Manto hanya butuh dukungan moril, butuh support agar dia bisa kembali memiliki energi menghadapi dan menyelesaikan persoalan rumah tangganya.

*Persoalan Manto membuat saya sadar betapa patriarkisme tidak hanya mengintimidasi kaum perempuan, tapi kaum laki-laki pun jadi tertekan dan tidak leluasa dalam berekspresi.

Kawanku..

Laki-laki boleh menangis

Laki-laki boleh lemah

Laki-laki boleh rapuh

Laki-laki boleh salah dalam mengambil keputusan

It’s okay to not be okay

Because we are only human????

Cahaya Hidayah

Cahaya Hidayah

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID