• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Manusia-Alam: Rekreasi dan Tragedi di Utara Demak

Paradigma pembangunan tidak memberi kesempatan manusia berelasi dengan alam secara seimbang. Keduanya hanya diberi kesempatan untuk berelasi saling mendominasi.

Miftahul Huda Miftahul Huda
04/02/2021
in Publik
0
Utara Demak

Utara Demak

83
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hutan mangrove memberi ruang bagi berbagai satwa seperti ikan, burung bangau, monyet bakau dan satwa laut lainnya. Ia juga berfungsi sebagai pemecah ombak, peredam tsunami, dan penghalang badai. Tapi mangrove juga berhadapan langsung dengan aktivitas tambak yang memakan area pesisir Utara Demak, dan kadang dibiarkan terbengkalai ketika masa produktifnya usai.

November 2020 saya sempat berkeliling di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, di Utara Demak, yang diprediksi akan tenggelam karena abrasi laut. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah nelayan—termasuk pencari kerang, namun untuk generasi muda lebih banyak lari ke pabrik-pabrik di sepanjang Pantura.

Di depan rumah-rumah berderet pohon bakau dan brayo (pohon api-api yang masuk spesies mangrove), dari yang masih bibit sampai yang akarnya sudah menghujam tanah. Namun Brayo dianggap lebih kuat dan banyak manfaatnya. Meskipun begitu, keduanya berguna untuk menghadapi pasang air laut dan cuaca ekstrem yang datang sewaktu-waktu.

Rekreasi dan Tragedi

Bukan hanya sebagai perlindungan diri, brayo juga dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi masyarakat pesisir Utara Demak. Kalau umumnya kita mengenal kripik bayam, masyarakat di sana berinovasi dengan mengolah daun brayo menjadi keripik. Selain itu, buah brayo juga menjadi olahan makanan yang menghasilkan nilai ekonomi.

Baca Juga:

Herland: Membayangkan Dunia Tanpa Laki-laki

Peran Negara Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

Jangan Rusak Lingkungan!

Pesan Al-Qur’an: Jangan Merusak Lingkungan

Di sektor wisata ada Tracking mangrove, yang tercipta dari hasil swadaya masyarakat dan disahkan oleh Bupati Demak, H. M. Natsir. Menurut Natsir, itu berhasil mengubah rob sebagai musibah menjadi berkah (demakkab.go.id). Dan, waktu itu saya mendapati para besan dari acara pernikahan berwisata di sana dengan antusias.

Kemudian ada Makam Syaih Mudzakir, adalah salah satu wisata religi yang berada di Kecamatan Sayung. Obyek wisata tersebut terkenal dengan makam di tengah laut, karena tidak tenggelam. Untuk menuju ke sana perlu melewati lorong hutan mangrove dengan satwa dan fauna laut yang bebas berkeliaran. Akses menuju ke sana juga selalu mengalami pembangunan untuk kemudahan akses.

Sektor wisata memang menghasilkan nilai ekonomi bagi warga. Namun saya melihat sisi lain di Utara Demak. Paham turisme Pemerintah nyatanya tidak bisa menutupi tragedi dengan narasi rekreasi (makanan lokal: kripik brayo, wisata mangrove, dan wisata religi). Ia hanya mengalihkan derita untuk sesaat, bukan menyelesaikannya.

“Obyek wisata Mangrove sepi. Kalau penjaga tidak males ya pintu (masuk) dibuka, tapi lebih sering tutupnya,” tutur salah seorang teman di desa Bedono. Atau mengembangkan narasi mistik wisata religi juga tidak menutupi fakta tenggelamnya perumahan warga sekitar. Sisi rekreasi memang digenjot, tapi tragedi lebih masif muncul ke permukaan.

Salah satu tragedi yang dihadapi masyarakat Utara Demak adalah, naiknya permukaan air laut 3-8 milimeter per tahun. Sementara penurunan muka tanah sekitar 1-10 sentimeter per tahun (bbc.com). Hal tersebut disebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Sementara itu aktivitas pengurukan Pelabuhan Tanjung Mas di Kota Semarang memperparah kondisinya, dan angka kenaikan bisa jadi lebih tinggi per tahunnya (id.berita.yahoo.com).

Saya singgah di rumah ketua kelompok nelayan, yang saat itu kondisi rumahnya memprihatinkan akibat terdampak oleh perubahan kondisi alam. Kira-kira sudah 1 meter lantai rumah turun, sehingga pintu rumah tidak dapat di tutup. Setiap orang dewasa yang akan masuk harus membungkuk, walau tinggi badan tidak lebih dari 160 sentimeter. Bahkan permukaan jalan lebih tinggi dari rumah sebab terus mengalami peninggian. Itu adalah salah satu contoh dari sekian rumah warga yang senasib.

Fenomena tersebut memang menimbulkan budaya gotong-royong, yaitu mengangkat rumah ke permukaan yang tinggi—biasanya harus menguruk dengan tanah terlebih dahulu—sekaligus pola adaptasi dengan perubahan ekstrem alam. Namun ada berbagai kerugian yang dialami masyarakat dan ada pihak yang melepas tanggung jawab di balik semua itu.

Kondisi itu juga menjadi penyebab para pemuda desa di Utara Demak lari ke pabrik-pabrik dari pada menjadi nelayan, karena tidak menentunya nasib di pesisir. Salah satu teman yang saya kunjungi juga sudah hampir dua tahun membiarkan perahunya terombang-ambing di belakang rumah. Bahkan ia sudah lupa cara mengoperasikan perahu dan memilih membuka usaha di seberang pantura yang jauh dari pesisir setelah merasa mengadu nasib di pabrik sama-sama tidak menentunya.

Rusaknya Relasi Manusia-Alam

Perlahan tapi pasti, manusia dan alam di Utara Demak saling tidak mengenal dan memalingkan wajah. Satwa laut bermigrasi ke habitat yang lebih aman, sementara manusia mencari ruang menjauhi mereka. Itu bukan keadaan yang terjadi secara alami, melainkan ada faktor yang mendorong keterpisahan manusia-alam. Pengaruh terbesarnya adalah arah pembangunan.

Kita perlu menilik arah pembangunan di Utara Demak. Sebagian wilayah Demak terkena proyek Tol Tanggul Laut Semarang-Demak (TTLSD) sepanjang 16,31 km. Ruas tol yang direncanakan melintasi wilayah kecamatan Sayung sampai Kota Demak. Itu artinya ada banyak hutan mangrove beralih fungsi, dan mata pencaharian warga terancam hilang.

Selain itu beberapa bencana ekologis siap mengancam (dan sedang berlangsung), seperti banjir, rob, drainase buruk, penurunan muka tanah, polusi air, dan akses air bersih sulit. Tapi itu tidak mengurangi niat Pemerintah, sebab kemudahan akses kawasan industri Trans Jawa dan destinasi wisata adalah prioritas (mongabay.co.id).

Jika proyek pembangunan tersebut terealisasi (Maret 2021), nasib masyarakat pesisir Utara Demak kian tersudut. Sebagian besar akan kehilangan pekerjaan, dan jika harus pindah mereka perlu adaptasi di tempat baru yang tentu tidak mudah. Sedangkan biota laut terancam kehilangan habitatnya, yang artinya juga membuat rentan masyarakat setempat karena keduanya saling bergantung dalam siklus hidup nelayan.

Pada akhirnya paradigma pembangunan berambisi menjauhkan antara manusia-alam, alih-alih menyelesaikan persoalan. Kecepatan dan laju ekonomi dinilai sebagai puncak kemajuan. Padahal kecepatan dan kemajuan tersebut telah menumbalkan kehidupan ragam makhluk hidup, sedangkan laju pembangunan tidak bisa mengganti kerugian yang telah ditimbulkan.

Akibat pembangunan tersebut, masyarakat Utara Demak telah mengalami berbagai fase perubahan. Awalnya adalah bertani dan nelayan. Kemudian kenaikan permukaan air laut memaksa mereka beralih dari petani menjadi penambak. Dan pada tahap “kemajuan” yang digadang-gadang memberi solusi, ternyata malah menjadi masalah baru yang berkelanjutan yaitu menghilangkan mata pencaharian dan ruang hidup (voaindonesia.com). []

Tags: EkofeminismeKabupaten DemakKerusakan AlamLingkunganRelasi Manusia dan Alam
Miftahul Huda

Miftahul Huda

Peneliti isu gender dan lingkungan.

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version