• Login
  • Register
Rabu, 29 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Maulid Nabi Bukan Hanya Milik Umat Islam

Nadhira Yahya Nadhira Yahya
28/10/2020
in Aktual, Rekomendasi
0
Makna Hijrah dalam Lingkup Keluarga

Makna Hijrah dalam Lingkup Keluarga

226
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Selamat Maulid Nabi Muhammad SAW. Selamat atas kelahiran manusia mulia.”

Ciri khas bulan ini sangat lekat di memori kami. Tidak diragukan lagi, setiap bulan maulid tiba, akan ada banyak peringatan dan undangan untuk hadir dari banyak orang. Sehari bisa sampai tiga bahkan lebih acara yang kami datangi. Munajat, shalawat, serta doa dari berbagai tempat pun seringkali terdengar dimana-mana.

Seakan orang-orang kian berebut menggelar acara dan mengambil berkah dari bulan lahirnya manusia mulia ini. Bahkan, tidak hanya pas di bulan maulid, tapi juga bulan sebelum dan sesudahnya pun seringkali ramai semarak acara tersebut. Karena pada dasarnya, hari bahagia atas lahirnya Nabi Muhammad bukan saja ditujukan bagi kaum umat Islam, melainkan bagi seluruh umat manusia. Dalam Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 107, Allah SWT berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

  “Dan tiadalah Kami mengutus Kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Islam Pada Awalnya Asing
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • 5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili
  • Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Baca Juga:

Islam Pada Awalnya Asing

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Jika kita ingat sejarah dimana Nabi Muhammad dilahirkan, pada saat itu tengah terjadi kebodohan akhlak dimana-mana, masyarakat arab dengan perilakunya yang menjunjung tinggi kesukuan, serta berbagai kekacauan lainnya. Mengetahui hal tersebut, rasanya Ia tidak akan diutus selain untuk mengubah akhlak manusia, dan menjadi rahmat bagi semesta alam. Sebagaimana ajaran yang dibawanya yakni Islam, yang menjadi rahmatan lil ‘alamin.

Oleh sebab itu, kelahiran Nabi Muhammad yang merupakan simbol keselamatan, adalah bahagia yang seharusnya bisa dirasakan oleh seluruh manusia, dan juga semua makhluk ciptaan-Nya. Merayakan peristiwa ini dengan acara yang ramai dan meriah juga tentu dibolehkan demi mengingat pesan di dalamnya. Yap, pesan bagaimana manusia mulia ini lahir, makna, serta pelajaran penting yang ia bawa ke dunia. Selain tidak berhenti dan stag dengan perayaannya saja, tentu akan sangat bermakna jika kita juga meresapi hakikat yang ada. Jika tidak, maka semua hanya akan menjadi seremonial semata.

Walaupun di samping itu, ada sebagian dari kita yang mempermasalahkan jika mereka yang non-muslim ikut memperingati maulid Nabi Muhammad. Juga sebaliknya, jika ada muslim yang berbahagia dengan peringatan mereka yang non-muslim. Padahal, hal tersebut sangat wajar bukan? Jika kita umat Islam berbahagia dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW, maka sama halnya juga mereka, umat kristen, yang berbahagia dengan kelahiran Isa al-Masih.

Peristiwa tersebut, dan juga berbagai peristiwa agama yang lain, saya yakin semua pasti mengandung pesan kebaikan di dalamnya. Sehingga tidak ada salahnya apabila kita ikut merasakan dan juga berbahagia bersama dalam memperingati suatu peristiwa yang dianggap penting oleh kita yang berbeda, dan tentu saja, kita semua yang sama.

Berbicara tentang rahmat Nabi Muhammad SAW, kita seringkali mendengar kisah bagaimana Nabi bersikap baik kepada sesama. Bukan hanya sesama umatnya, namun juga semua manusia. Toleransi merupakan pelajaran yang tidak luput dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Tujuan Nabi memang menyampaikan ajaran yang diamanahkan padanya. Akan tetapi, Nabi tidak pernah memaksa dan menghormati kehendak setiap orang.

Bahkan, seorang paman yang sangat dekat dengan Nabi yakni Abi Thalib pun tidak dipaksanya untuk masuk Islam. Dari sana, kita tahu bahwa Nabi sedang mengajarkan arti toleransi. Nabi seakan memberi sebuah pesan bahwa Islam, agama yang dibawanya, adalah agama yang sangat menghargai perbedaan. Daripada memaksa seseorang mengikuti jalan kita, meski dengan alasan demi kebaikan, menghargai keputusannya sendiri ternyata justru lebih manusiawi. Toh mereka juga sudah meyakini bahwa keimanannya itu yang baik bagi mereka.

Kita juga pasti sangat familiar dengan kisah dimana Nabi sedang duduk bersama sahabatnya, kemudian lewat seorang yahudi yang tengah membawa orang meninggal. Nabi pun berdiri sebagai tanda penghormatan, dan saat ditanya oleh sahabatnya, yang menganggap hal tersebut tidak perlu dilakukan lantaran ia merupakan orang Yahudi, Nabi pun menjawab, “setidaknya kita adalah sesama manusia.”

Hmm, berbeda bukan berarti tidak bisa saling menghargai bukan? Justru dengan menyadari keberagaman sebagai hal yang niscaya, seharusnya kita tahu bahwa hidup berdamai bertoleransi dengan mereka yang berbeda adalah panggilan-Nya. Jadi kita ini umat siapa? Jika masih saja suka menghakimi mereka yang berbeda dengan kita.

Memang benar bahwa dalam toleransi juga ada batasan. Tapi batasan itu saya yakin bukan untuk mempelajari, berbahagia, dan berjalan beriringan antar sesama, meski berbeda. Ini sudah diajarkan oleh Nabi kita sejak lama, dan tidak heran bahwa pesonanya mampu mengikat semua orang, meski tidak mengikuti jejaknya.

Oleh karena itu, banyak dari mereka yang non-muslim, mengagumi bahkan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kemuliaannya bisa dirasakan oleh setiap insan, dan kebaikan, jika bisa berwujud, ia akan berupa Muhammad. Selamat bergembira, semoga damai menyelimuti kita. []

Tags: islamkeberagamankemanusiaanMaulid Nabitoleransi
Nadhira Yahya

Nadhira Yahya

Terkait Posts

Ruang Anak Muda

Berikan Ruang Anak Muda Dalam Membangun Kotanya

29 Maret 2023
Puasa Dalam Perspektif Psikologi

Puasa Dalam Perspektif Psikologi dan Pentingnya Pengendalian Diri

28 Maret 2023
Flexing Ibadah

Flexing Ibadah selama Ramadan, Bolehkah?

28 Maret 2023
Perempuan Ngaji

Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

27 Maret 2023
Propaganda Intoleransi

Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

27 Maret 2023
Penutupan Patung Bunda Maria

Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria

26 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sittin al-‘Adliyah

    Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Pada Awalnya Asing

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berikan Ruang Anak Muda Dalam Membangun Kotanya
  • Pendirian Imam Malik Menghargai Tradisi Lokal
  • Kewajiban Orang Tua Menjadi Teladan Ibadah bagi Anak
  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist