Mubadalah.id – Manusia tidak lepas dari rasa cinta, jatuh cinta bahkan bisa terluka karena cinta. Penting bagi kita untuk memahami apa itu cinta? agar tidak menjadi budak cinta, dan mampu mencintai diri sendiri. Apa yang terjadi di luar diri kita, tanpa harus membuat hati terluka karena cinta.
Untuk memahami cinta tentunya banyak hal yang bisa kita lakukan. Salah satunya belajar kepada orang lain yang lebih mengetahui akan apa itu cinta. Di antaranya adalah dengan menonton tayangan kanal Youtobe Habib Ja’far bersama Dr. Fahruddin Faiz.
Menurut pendapatnya, cinta dalam kehidupan sebagai sesuatu yang memiliki nilai hierarki yang yang paling tinggi. Di mana terdapat 4 hierarki yang berkaitan dalam menjalankan sesuatu dengan benar dan baik yaitu:
Pertama, keterpaksaan yaitu sesuatu kita lakukan karena adanya keterpaksaan diri untuk menjalankannya. Misalnya ketika melaksanakan ibadah salat hanya karena rasa keterpaksaan. Atau tidak mau kena marah atau teguran dari orang lain, atau hanya karena ingin terlihat orang lain.
Kedua, Kewajiban yaitu sesuatu yang kita lakukan karena adanya keharusan dari perintah untuk melaksanakannya. Misalnya melaksanakan ibadah salat karena waji. Apabila tidak menjalaninya akan berdosa, dan tidak akan masuk surga.
Ketiga, Kebutuhan yaitu sesuatu kita yang kita lakukan karena adanya kebutuhan akan manfaat dari melaksanakan dari aktivitas tersebut. Misalnya melaksanakan ibadah salat karena ingin mendapat ketenangan.
Keempat, Cinta yaitu sebagai hierarki paling tinggi levelnya dalam kehidupan. Ketika menjalankan sesuatu karena cinta adalah hal yang paling tulus dan tidak ada alasan apapun dalam mengerjakannya. Misalnya salat karena memang adanya rasa cinta kepada Allah. Bukan karena alasan apapun untuk melakukannya.
Cara-cara untuk Mencintai
Cinta mencakup segala aspek kehidupan kita termasuk cinta pada makhluk, pada setiap apapun yang baik untuk diri sendiri (self care) dan cinta pada sang pencipta yaitu Allah SWT.
Tentunya untuk mencapai cinta ini perlu adanya proses seperti yang diungkapan Dr. Fahruddin Faiz terdapat cara-cara untuk mencintai :
Pertama, cinta karena terbiasa, sesuatu yang kita jalankan secara rutin. Seperti beribadah tentunya harus kita lakukan, agar menjadikannya kebiasaan yang baik. Yakni menjadikan kecintaan kita terhadap hal tersebut, sehingga nantinya akan melekat dan jika kita tinggalkan akan membuat perasaan kita tidak tenang.
Kedua, cinta karena kesadaran, sesuatu yang kita cintai karena sadar akan keistimewaan dan manfaat ketika mencintainya. Seperti halnya ibadah yang kita lakukan karena adanya kesadaran bahwa ketika melakukannya dapat menuai berbagai manfaat bagi diri sendiri. Seperti ketenangan, kesehatan dll.
Ketiga, Tazkiyatun nafs, sebagai cara yang kita lakukan untuk mencintai yaitu membersihkan diri ketika hati dan perasaan bersih dari hal-hal negatif, maka akan mudah kita bisa mencintai diri, dan apapun dalam kehidupan kita tanpa hambatan sama sekali.
Cara menumbuhkan cinta bisa dilakukan oleh kita, akan tetapi mungkin tak mudah karena pasti ada hambatan yang dirasakan seperti ego yang sulit dikendalikan. Situasi yang mengganggu kehidupan misal kesulitan ekonomi, wabah pandemi, dan keadaan budaya, adat istiadat, bahkan hukum. Hal tersebut membuat kita terhambat dalam persoalan cinta, dan akan lebih mempertimbangkan perasaan cinta kita. Atau lebih mendahulukan penyelesaian akan persoalan yang dialami daripada cinta.
Budak Cinta
Beda halnya ketika menjadi bucin, atau budak cinta. Yakni mencintai dengan cara menjatuhkan diri serta menghilangkan dirinya dan membuat ia tidak eksis menjadi diri dia sendiri karena mencintai.
Sedangkan dalam mencintai tidak seharusnya kita seperti itu, karena menurut pendapat Dr. Fahruddin Faiz dalam cinta itu ada kepedulian, responsibiity atau rasa tanggung jawab serta penghargaan (respect). Sehingga dapat kita katakan bahwa orang yang bucin adalah mereka yang tidak respect atau tidak menghargai dirinya sendiri karena menjatuhkan harga diri dengan mengorbankan dirinya demi cinta.
Karena dengan mencintai sesuatu yang berada di luar diri menandakan bahwa kita sudah mencintai diri kita sendiri (self-love). Maka bisa kita artikan bahwa ketika sudah cinta dengan diri, kemungkinan akan membagikan cinta kepada yang lain dengan cara mencintai. Sehingga menurut ungkapan Dr. Fahruddin mengatakan bahwa janganlah kita Fall in Love tapi harus Standing In Love (bukan jatuh cinta tapi berdiri karena cinta).
Tapi ada poin penting mengenai memahami cinta dari Dr.Fahruddin Faiz adalah pentingnya rasio atau akal dalam mengelola cinta sehingga menentukan apakah itu baik atau tidak untuk diri kita. Selain itu tetap menjaga nilai cinta yang seutuhnya. Karena ekspresi cinta butuh akal sehat. Seperti ungkapan Filsuf bahwa “cinta menjagaku dari menyakitimu bahkan termasuk diriku sendiri, jika kehadiranku membuatmu sakit aku akan pergi. Karena aku hanya ingin kau bahagia.” []