• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Memahami Lima Bahasa Cinta Nabi

Ini adalah rangkuman 5 cara Nabi mengungkapkan bahasa cintanya pada keluarga. Silahkan diamalkan agar pengetahuan agama anda tidak melulu tentang sujud dan bid’ah

Nur Kholilah Mannan Nur Kholilah Mannan
23/07/2021
in Keluarga
0
Nabiyurrahmah

Nabiyurrahmah

441
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kadang jarak usia menjadi alasan adanya kebekuan sikap seseorang, apalagi jika hidup di daerah yang masih kental dengan bahasa kromo, maka kata yang dipakai harus sesuai dengan tingkatan penghormatan. Dalam bahasa Madura misalnya, pada teman sebaya pakai dika-bule, pada yang lebih tua pakai sampian-kaule, dan kepada orang tua/guru pakai abdina-ajunan-panjenengan.

Namun demikian akan menjadi masalah jika berbahasa kromo tapi justru menjadi penghalang keakraban hingga menyulitkan seseorang untuk mengungkapkan cinta. Bagaimana mengungkapkan bahasa cinta pada orang tua, saudara, pasangan dan sahabat tanpa men-skip bahasa kromo?

Tahun lalu lagu tentang istri Nabi Aisyah yang sempat viral dan dinyanyikan dengan berbagai versi dan cover, sarat dengan bahasa cinta Nabi, meminum di bekas minum Aisyah, mencandainya dan qulity time dengan Aisyah. Itu cara Nabi membuat semua orang yang dicinta menjadi istimewa.

Hemat saya cara-cara itu penting dalam hubungan keluarga lebih-lebih saat pandemi seperti sekarang, waktu bersama keluarga akan membosankan jika tanpa cinta. Jadi saya merangkum 5 cara Nabi mengungkapkan bahasa cintanya pada keluarga. Silahkan diamalkan agar pengetahuan agama anda tidak melulu tentang sujud dan bid’ah.

  1. Ucapan/panggilan

Nabi punya panggilan sayang ke Aisyah “Ya Humaira, Ya Uwaisy”. Humaira artinya “Hai perempuan yang memiliki wajah merona”. Sedangkan uwaisya adalah bentuk kecil dari kata Asiyah (Tasghir) “hai Aisyah kecil”. Dalam budaya Arab panggilan semacam itu adalah panggilan sayang seperti umayya (ibuku tersayang), ukhoyya (saudaraku tersayang), ukhtayya (saudariku tersayang).

Kepada Fathimah Nabi memanggil ‘putriku’ menisbatkan anak pada diri Nabi adalah kebanggaan tak ternilai. Sementara sebagian orang tua justru sebaliknya, bertanya “Anaknya siapa?” pada anaknya, entah untuk menghibur atau dalam keadaan marah. Nah kalau sudah tidak diakui bagaimana mau tumbuh cinta dan surga dalam rumah?

Baca Juga:

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

Membangun Kehidupan yang Sehat Dimulai dari Keluarga

Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

Dalam Sunan At-Tirmidzī (6/192) diceritakan Nabi pernah mendatangi seorang anak perempuan dari bangsa Yahudi yangs sedang menangis sesenggukan, “Apa yang membuatmu menangis?” anak itu menjawab masih dengan senggukannya “Hafsah bilang bahwa aku anak Yahudi” “Apa yang tidak kamu banggakan? Kamu keturunan Nabi, pamanmu seorang Nabi, kamu ada dalam garis Nabi, bertakwalah pada Allah hai Hafsah” kalimat terakhir nasehat untuk Hafsah yang telah menyakiti hati anak Yahudi.

Maka betul peribahasa lisan tak bertulang tapi bisa menjadi pedang. Dengan lisan seseorang bisa mengatakan cinta dan dusta, kasih dan benci.

  1. Sentuhan

Selain ucapan, menyentuh adalah cara jitu mengungkapkan cinta. Semakin intens bersentuhan maka sejauh itu cinta dipupuk. Setiap kali Fatimah masuk ke ruangannya, Nabi dan menciumnya, begitu sebaliknya Fatimah kepada ayahnya. Betapa Nabi tidak memosisikan dirinya sebagai bapak yang menjaga jarak dan gengsi menampakkan cintanya pada anaknya, justru ia yang memulai.

Aisyah bercerita bahwa Nabi pernah menciumnya saat mereka sedang berpuasa. Lain kesempatan juga pernah tidur di pangkuannya saat dia sedang haid. dua teladan ini menunjukkan bahwa untuk menunjukkan cinta tak perlu susah payah, cukup dengan hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti saat Nabi mengusap air mata Shafiyah, bayangkan orang yang anda sayangi berada di samping anda saat anda sedih, menemani dan mengusap air mata anda. Saya yakin meski masalah yang dihadapi lumayan besar akan sedikit demi sedikit menemukan solusi.

  1. Hadiah

Kalimat sederhana yang jarang disadari keberhargaannya adalah kata ‘terima kasih’. Di salah satu swalayan saya pernah membaca “Jika anda tidak mendapat ‘terima kasih’ dari kasir kami, anda berhak 5 bungkus Mie Sedap.” Maka selama menunggu antrian saya memerhatikan 3 kasir di depan saya itu dan ternyata seramai apapun pembeli mereka menyempatkan dirinya mengucapkan terima kasih. Akhirnya saya gagal mendapatkan 5 bungkus mie.

Tanpa kita sadari pelayanan sepele seperti itu yang mampu menarik hati konsumen, membuat para konsumen kerasan dan ingin kembali membeli di tempat itu. Ya tentunya dengan magnet-magnet lainnya. Mengucapkan terima kasih itu nyunnah lo. Dalam Sunan At-Tirmidzī disebutkan “Barang siapa yang menerima perlakuan baik maka ucapkanlah ‘Jazākumullah khairan’” anda juga pasti bahagia jika didoakan kebaikan, bukan?

  1. Waktu

Makhluk sosial seperti kita (kamu manusia kan?) butuh membagi waktu untuk diri sendiri dan orang lain, memberi waktu berarti memberi cinta. Aisyah pernah ditanya, apakah perempuan haid boleh makan bersama suaminya? Aisyah menjawab, Nabi memanggilnya untuk makan dengan piring dan gelas yang sama. Romantis gak? romantis lah masak nggak.

  1. Pelayanan

Hampir semua orang suka dilayani dengan sebaik-baiknya, oleh karenanya para penyedia jasa seperti bank, toko, swalayan, sopir dan semacamnya, berlomba-lomba memberikan pelayanan terbaiknya pada konsumen. Dan yang paling laris adalah mereka yang pelayanannya ternyaman. Mengapa? Untuk mengungkapkan cinta pada konsumennya, meski imbalannya berbentuk cuan.

Nabi kita adalah contoh sosok yang memberi pelayanan tanpa imbalan, hampir setiap hari Nabi mengunjungi semua istrinya, lantas mendekatinya satu per satu di tempatnya (rumah). Kemudian Rasulullah SAW mencium dan membelainya tanpa bersetubuh atau berpelukan.” Aisyah berkata, “Lantas beliau menginap di (rumah) istri yang mendapat giliran.”

Pada masa PPKM seperti ini, bolehlah anda mempraktekkan lima bahasa cinta di atas sesuai dengan kesukaan keluarga anda. Sebab ada yang lebih suka diberi hadiah dari pada kata-kata manis (baca: lebay) atau sebaliknya. Saling memberilah yang terbaik untuk membahagiakan sesama, maka kita akan merasa lebih bahagia. []

Tags: Bahasa Cintaistri nabikeluargaKeluarga BahagiaKisah NabiPandemi Covid-19PPKM DaruratSejarah Islam
Nur Kholilah Mannan

Nur Kholilah Mannan

Terkait Posts

Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID