• Login
  • Register
Sabtu, 1 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Membangun Kesadaran Toleransi Dimulai dari Diri Sendiri

Ya, membangun kesadaran toleransi harus dimulai dari diri sendiri. Bagaimana membuka ruang perjumpaan dengan mereka yang berbeda, atau kelompok minoritas. Karena pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Begitu pula relasi antar manusia, sebagaimana perspektif mubadalah memaknai kesalingan relasi secara sosial. Terma, aku adalah kau yang lain, pun berlaku bagi saudara-saudara lintas iman. Perlakukan orang lain, sebagaimana kau ingin diperlakukan.

Zahra Amin Zahra Amin
18/11/2020
in Publik, Rekomendasi
0
232
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Merujuk pada keterangan di wipedia, sejarah diperingati Hari Toleransi Internasional di mulai sejak HUT ke 50 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yakni 16 November 1995.  Di mana Negara-negara yang menjadi anggota Unesco mengadopsi Deklarasi Prinsip-Prinsip tentang Toleransi, yang berpendapat bahwa toleransi merupakan cara untuk menghindari ketidakpedulian dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga  karena hasil deklarasi itu maka tahun berikutnya di 16 November 1996, mengundang anggota PBB untuk menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Toleransi Internasional.

Saya pribadi sudah lama mengenal kata toleransi dan keberagaman, yang dibaca melalui media atau tontonan dari berita di televisi. Namun selama mengenal kata itu, tak pernah tahu bagaimana wujudnya, dan bagaimana cara untuk mempraktikkannya. Karena lahir, tumbuh dan tinggal bersama komunitas mayoritas, sehingga kerap membuat kepekaan itu tumpul, dan memandang mereka yang berbeda sebagai “the others/liyan”.

Pengalaman pertama yang membuat tidak nyaman itu ketika sedang menempuh pendidikan di Kota Pelajar Yogyakarta, di mana betapa seringnya saya berada dalam satu kendaraan umum dengan orang-orang Papua, komunitas etnis Tionghoa, atau dengan non muslim yang nampak dengan simbol kalung salib yang dikenakan.

Bahasa tubuh tanpa sadar dan secara refleks, entah dari sikap saya atau mereka, nampak menjaga jarak. Dan masing-masing akan memilih asyik dengan komunitasnya masing-masing. Sedangkan jika kebetulan bepergian sendirian, maka akan pura-pura tertidur, memejamkan mata, atau memalingkan muka, tanpa tegur sapa. Sungguh pemandangan yang membuat seolah berada di negeri antah berantah. Mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia, namun satu sama lain terasa asing.

Berangkat dari pengalaman tersebut, pada tahun 2017 ketika mendapatkan kesempatan untuk menjadi Ketua Panitia dalam kegiatan Sahur Keliling bersama Ibu Hj. Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, saya sambut dengan penuh semangat. Satu sisi saya ingin mengenal lebih dekat saudara-saudara saya yang berbeda agama, ras, dan suku itu. Karena dalam kegiatan tersebut, tergabung empat agama yang ada di Indramayu yakni, Islam, Protestan, Katolik, Konghucu dan  Budha. Serta dari banyak ras, suku dan etnis yang mewakili Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • 5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili
  • Toleransi dan Dialog antar Agama
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi

Baca Juga:

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili

Toleransi dan Dialog antar Agama

Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi

Kedua, saya seolah ingin menguji diri sendiri, seberapa tangguh saya mampu menerima perbedaan tersebut, dan seberapa kuat saya menghadapi teman-teman atau keluarga di lingkungan saya yang pemahamannya masih sempit dan bias terhadap kelompok tertentu. Ya, momentum tersebut seperti menjadi uji nyali, bagaimana saya nanti membangun komunikasi yang saling mendukung satu sama lain, serta membangun saling pengertian atas nama kemanusiaan.

Ketika di hari H tiba. Saat akhirnya Ibu Shinta hadir di tengah-tengah kami, dengan lantunan Shalawat Badar yang menggema dari Masjid Desa Totoran Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu, untuk menyambut kedatangan beliau, tak henti-hentinya saya mengusapkan air mata. Berhari-hari menyiapkan acara di bulan puasa, terbayar sudah. Melihat wajah-wajah saudaraku, tanpa perbedaan, tanpa jarak, tanpa sekat, tanpa ragu dan jiwa kami seolah menyatu.

Begitu acara selesai, sejak tengah malam hingga pagi menjelang kami panitia masih terjaga dan merasakan emosi yang meluap, betapa penuh hati kami, dan ada hentakan euforia karena telah mampu menghadirkan seulas senyuman di wajah-wajah yang letih karena konflik sosial horizontal, sebab menguatnya politik identitas di tahun-tahun itu.

Tak bisa dipungkiri, sejarah di Indonesia telah menuliskan bahwa Pileg, Pilpres hingga disambung Pilkada Jakarta, menyisakan catatan kelam luka yang cukup mendalam. Dan dengan sapa hangat serta kelembutan seorang Ibu, segala lara itu mencair. Waktu dan ruang perjumpaan telah meleburkan semua rasa curiga, dan kami kembali menjadi anak-anak bangsa yang penuh suka cita.

Bahkan dengan bangga, saya mendaulat para Romo, Pendeta, Pimpinan Agama dan Ormas yang turut hadir pada saat acara itu, hingga hari ini kami anggap sebagai orang tua yang akan selalu mengayomi, mengingatkan kami dengan kebaikan, dan terus pula membersamai kami dengan doa, harapan serta dukungan.

Ya, membangun kesadaran toleransi harus dimulai dari diri sendiri. Bagaimana membuka ruang perjumpaan dengan mereka yang berbeda, atau kelompok minoritas. Karena pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Begitu pula relasi antar manusia, sebagaimana perspektif mubadalah memaknai kesalingan relasi secara sosial. Terma, aku adalah kau yang lain, pun berlaku bagi saudara-saudara lintas iman. Perlakukan orang lain, sebagaimana kau ingin diperlakukan.

Sementara merujuk pada situs United Nations Association-UK, ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan toleransi. Pertama, pendidikan. Karena ketidaktahuan tentang perbedaan budaya, agama dan etnis yang ada di sekitar dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Dan dengan pendidikan, diharapkan adanya pemahaman yang lebih baik tentang tradisi dan keyakinan yang berbeda, serta penerimaan yang lebih besar dari mereka.

Kedua, regulasi dan penegakan hukum. Sehingga perlu adanya aturan dan kebijakan negara yang menindak tegas tindakan-tindakan intoleransi seperti ujaran kebencian, diskriminasi, SARA. Serta adanya penegakan hukum dan peradilan yang menjamin hak-hak para korban intoleransi.

Ketiga, hentikan stereotype negatif. Karena orang yang memiliki stereotype negatif biasanya memiliki prasangka buruk terhadap seseorang atau kelompok yang mendapat label negatif tersebut. Jadi, orang atau kelompok yang mempunyai streotipe negatif didorong agar tidak menghakimi orang lain dengan secara general. Sehingga lingkaran beracun ini harus segera diakhiri, dan yang bisa melakukannya adalah diri yang telah punya kesadaran, dan mampu secara bijak menghadapi perbedaan. []

 

 

Tags: Hari Toleransi InternasionalkeberagamankemanusiaanPerdamaiantoleransi
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Sepak Bola Indonesia

Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

1 April 2023
Keberkahan Ramadan, Kemerdekaan Indonesia

Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

31 Maret 2023
Agama Perempuan Separuh Lelaki

Pantas Saja, Agama Perempuan Separuh Lelaki

31 Maret 2023
Konsep Ekoteologi

Konsep Ekoteologi; Upaya Pelestarian Alam

30 Maret 2023
Kontroversi Gus Dur

Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu

30 Maret 2023
Kasih Sayang Islam

Membangun Kasih Sayang Dalam Relasi Laki-laki dan Perempuan Ala Islam

29 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerjaan rumah tangga suami istri

    Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist