• Login
  • Register
Selasa, 15 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Membangun Spiritualitas Bersama Istri di Rumah

Dengan menundukkan ego, rupanya bisa meniti jalan keharmonisan suami istri dalam spriritualitas keluarga

Moh Soleh Shofier Moh Soleh Shofier
13/07/2024
in Keluarga
0
Membangun Spiritualitas
1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id –  Beberapa hari lalu, salah seorang kawan bertanya fadhilah shalat jamaah di rumah. Barangkali untuk membangun spiritualitas dalam keluarga. Pasalnya, sang istri mengajak suaminya jamaah di rumah. Di sisi lain, teman saya itu ingin jamaah di masjid yang katanya lebih afdhal.

Sementara si istri enggan jamaah di masjid meski diajak oleh suaminya lantaran keyakinannya bahwa perempuan tak elok keluar rumah. “Rasa-rasanya, keyakinan mesti (salat) di rumah itu sampai pada taraf wajib” tutur kawan saya.

Mulanya saya menyuruh tanya ke yang lain, bukan tidak mau. Tapi malu pada diri sendiri. Karena hanya menjadi corong ajaran spiritual, terlebih, menyangkut spiritualitas dalam relasi laki-laki dan perempuan. Saya sendiri belum mampu menginternalisasi nilai dan ajaran tersebut.

Berjamaah bersama Istri di Rumah Lebih Istimewa

Oleh sebab itu, saya hanya menyampaikan tak ubahnya toa di mesjid mengenai persoalan yang kawan saya alami yang hendak membangun spiritualitas keluarga.

Dalam hal ini, Syekh Nawawi al-Bantani, demikian pula Syekh Khatib al-Syarbini, menjelaskan seseorang yang berjamaah di rumah bersama keluarga: istri atau anaknya, maka ia memperoleh fadhilah jamaah sebagaimana di masjid. (Nawawi, Nihayatu az-Zain: 117 & Khatib al-Syarbini, Mugni al-Muhtaj, juz 2: 467).

Baca Juga:

Kala Kesalingan Mulai Memudar

Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

Bahkan ketentuan tersebut yaitu salat jamaah di rumah bersama istri dan sanak saudaranya bisa menjadi lebih utama ketimbang salat jamaah di masjid bersama masyarakat luas tanpa keluarganya. Hal ini sebagaimana wacana dari Syekh Ibrahim al-Baijuri.

وتحصل فضيلة الجماعة بصلاته في بيته بزوجته أو نحوها بل تحصيله الجماعة لأهل بيته أفضل

“Dan fadhilah jamaah tetap tercapai dengan salatnya seorang suami di rumahnya bersama istri atau keluarganya bahkan fadhilahnya lebih istimewa ketika sama keluarga.” (Al-Baijuri, Hasyiah Baijuri, juz 2: 108).

Membangun Spiritual Keluarga adalah Hikmah Jamaah bersama Istri di Rumah Lebih Utama

Dari pendapat beliau, salah satu hikmah yang tersingkap yaitu agar pasangan suami istri bersinergi dalam membangun spiritualitas rumah tangga. Suami tak boleh egois mencari kedamaian spritual di kuburan keramat atau perkumpulan tarekat, misalnya. Di saat yang sama tak harmonis dengan keluarganya – sebagaimana tak jarang kita jumpai di beberapa keluarga.

Meskipun, salat jamaah bukanlah satu-satunya wasilah membangun spiritualitas keluarga. Tetapi bila hal itu bisa menentramkan pasangan, maka amat dianjurkan karena bagaimanapun jamaah adalah ungkapan kekompakan hamba menghadap Tuhannya.

Di tempat lain, jauh sebelum wacana Ibrahim al-Baijuri itu, Syekh Khatib al-Syarbini mencoba mengartikulasikan secara konkret alasan mengapa jamaah sama istri di rumah lebih istimewa ketimbang di masjid yang tanpa keluarga.

Jika kita rujuk dalam kitabnya Mughni al-Muhtaj, beliau memberikan keterangan berbagai konteks sehingga shalat berjamaah di rumah bersama istri walau jamaahnya hanya satu lebih unggul dari pada shalat berjamaah di masjid meski jamaahnya banyak.

نَعَمْ لَوْ كَانَ إذَا ذَهَبَ إلَى الْمَسْجِدِ وَتَرَكَ أَهْلَ بَيْتِهِ لَصَلَّوْا فُرَادَى أَوْ لَتَهَاوَنُوا أَوْ بَعْضُهُمْ فِي الصَّلَاةِ … فَصَلَاتُهُ فِي بَيْتِهِ أَفْضَلُ

“Iya betul… Tapi bila suami menuju masjid dan membiarkan keluarganya di rumah, maka mereka akan shalat sendiri-sendiri. Atau bahkan main-main (hambar)… Maka salatnya suami itu lebih utama di rumah”.

Menundukkan Ego Jalan Meniti Keharmonisan Spiritual

Selesai ku sampaikan, teman saya bersemangat sekali untuk menyampaikan ulang kepada istrinya. Menurutnya, sang istri akan senang sekali. Di sisi lain, ia sendiri mampu meredam sisi egoisnya dengan gembira dan tentram yang sebelumnya amat keberatan dengan permintaan sang istri. Dengan menundukkan ego, rupanya bisa meniti jalan keharmonisan suami istri dalam spriritualitas keluarga.

Sementara saya sendiri merasa malu. Malu kepada teman saya. Bagaimana teman saya mampu menundukkan egonya hanya lantaran keyakinan istrinya: mesti shalat di rumah, yang saya sebut “berlebihan”. Namun sebagaimana desakan teman saya, boleh jadi apa yang saya sampaikan menjadi wasilah untuk saya terkait hidayah menanamkan nilai-nilai tersebut pada diri saya sendiri. Amin. []

 

 

 

Tags: istrikeluargaKesalinganMembangun SpiritualitasRelasisuami
Moh Soleh Shofier

Moh Soleh Shofier

Dari Sampang Madura

Terkait Posts

Praktik Kesalingan

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

12 Juli 2025
Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Krisis Ekologi

    Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ronggeng Dukuh Paruk dan Potret Politik Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi
  • Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman
  • Jihad Perempuan Melawan Diskriminasi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID