• Login
  • Register
Sabtu, 1 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Meneladani Gus Dur di Hari Toleransi Internasional

Bagi Gus Dur, perbedaan suku maupun agama bukanlah hal yang mendasar untuk dilakukan sebuah pembelaan, melainkan semua lapis masyarakat berhak mendapatkan hak yang sama. Pembelaan Gus Dur adalah mengatasnamakan kemanusiaan dan keadilan.

Rifaatul Mahmudah Rifaatul Mahmudah
20/11/2020
in Aktual, Figur
0
306
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kampanye peningkatan toleransi memang tidak pernah akan usang, mengingat belakangan ini banyak kasus-kasus intoleran yang terjadi di dunia dan khususnya di Indonesia sendiri. Sebagai contoh kasus internasional yang turut menyerap perhatian masyarakat di seluruh dunia, perilisan karikatur sosok Nabi Muhammad Saw oleh Charlie Hebdo serta pemenggalan Samuel Paty oleh remaja berumur 18 tahun.

Banyaknya kasus intoleran yang semakin meningkat baru-baru ini mengingatkan kita kepada sosok Bapak Pluralisme, Gus Dur. Julukan Bapak Pluralismeini tidak lahir di ruang kosong, Gus Dur adalah sosok yang tidak kenal lelah memperjuangkan dan konsisten membela pluralisme. Sudah seharusnya memang pluralitas harus menjadi sebuah kekuatan yang akan melahirkan kehidupan yang penuh dengan kedamaian dan toleransi.

Namun, dua fenomena yang terjadi di dunia internasional di atas menimbulkan pertanyaan kemanakah nilai-nilai toleransi itu. Munculnya karikatur sosok Nabi Muhammad Saw yang mengatasnamakan kebebasan berekspresi merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan karena menghilangkan penghargaan dan toleransi terhadap agama lain. Sementara pemenggalan oleh orang muslim sendiri kepada seorang guru setelah menjelaskan karikatur tersebut juga sangat tidak bisa dibenarkan, karena dengan alasan apapun kekerasan bukanlah nilai-nilai di dalam Islam, out of Islam.

Sehubungan dengan kasus-kasus tersebut, maka wajar jika petuah dan pernyataan dari Gus Dur sangat dirindukan. Dalam sebuah webinar Pribumisasi Islam dan Toleransi yang diadakan oleh Jaringan Gusdurian, Habib Husein Ja’far menuturkan bahwa hendaknya kita sebagai pengagum Gus Dur tidak hanya menempatkan sosok Gus Dur sebagai kata benda, mengagumi sosoknya hanya sebatas “person”nya saja, melainkan juga sebagai kata kerja, dalam arti meneladani Gus Dur dari segi pemikirannya serta mengaplikasikannya.

Semasa hidupnya, Gus Dur telah banyak menyuarakan toleransi di tengah masyarakat yang majemuk. Tidak hanya bersuara, tentu beliau telah mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti di tengah ramainya isu pengharaman perayaan Natal kala itu, Gus Dur malah ikut mendatangi perayaan Natal di gereja, hal ini beliau lakukan tidak lama setelah dilantik sebagai presiden.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia
  • Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran
  • Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu

Baca Juga:

Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran

Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu

Tidak hanya itu, Gus Dur pula orang pertama yang memberikan perintah kepada Banser untuk menjaga gereja-geraja pada saat perayaan Natal. Peran penting lain yang sangat dikenang terhadap nilai-nilai pluralisme Gus Dur adalah pengakuan terhadap agama Konghucu.

Bagi Gus Dur, perbedaan suku maupun agama bukanlah hal yang mendasar untuk dilakukan sebuah pembelaan, melainkan semua lapis masyarakat berhak mendapatkan hak yang sama. Pembelaan Gus Dur adalah mengatasnamakan kemanusiaan dan keadilan. Sedangkan pada banyak kasus yang sering mendapatkan ketidakadilan dan diskriminasi adalah masyarakat minoritas, oleh karena itu, Gus Dur akan menjadi garda terdepan untuk membela mereka.

Bagi masyarakat pada umumnya di pedesaan, Gus Dur juga meninggalkan kesan yang membekas. Sosoknya dikenal sebagai presiden dan kiai yang santai dan humoris, baik dalam pidato resmi maupun ceramah di atas panggung-panggung, Gus Dur selalu berpenampilan santai dan tak jarang mengundang tawa dari para pendengarnya. Bagi Habib Husein Ja’far, Gus Dur adalah sosok yang kreatif, karena dalam berbagai perannya itulah Gus Dur tetap bisa memberikan sisi-sisi humor.

Perlunya kreatifitas untuk bisa mengakomodasi perkembangan zaman ini penting di era sekarang, agar generasi milenial tidak terjebak kepada dua sisi yang berlawanan (ekstrem kanan dan kiri). Ditambah lagi, ada fakta menarik yang dikemukakan oleh Habib Husein dalam webinar, menurut hasil indeks yang dilakukan oleh Maarif Institue bahwa kota yang paling Islami diantara salah satunya adalah Denpasar, sedangkan sebaliknya kota yang paling tidak Islami salah satunya adalah Banda Aceh.

Dua hal tersebut menurut Habib yang mengkampanyekan Islam cinta ini bahwa kesalehan di kota-kota maupun di negara-negara Islam hanya bersifat ritual. Meminjam ungkapan Muhamad Abduh yang merepresentasikan dua hal di atas, Saya melihat muslim di Perancis tapi saya tidak melihat muslim di sana. Mungkin kita bisa menilik sejarah berkembangnya Islam di Indonesia sendiri misalnya, bahwa Islam bisa berkembang pesat pada awalnya didasari oleh semangat pluralisme dan toleransi.

Karena itulah, sebagai masyarakat yang hidup di era sekarang ini, tugas kita hanya  merawat dan melestarikan keragaman dengan menghiasinya dengan toleransi sebagaimana telah dilakukan oleh Bapak Pluralisme kita. Gus Dur tetap akan menjadi sosok yang sangat dirindukan oleh negeri ini, dan tentunya slogan yang juga masih sangat jelas dalam ingatan “Gitu Aja Kok Repot.” []

 

Tags: gus durislamPerdamaianpluralismetoleransi
Rifaatul Mahmudah

Rifaatul Mahmudah

Terkait Posts

Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim

Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

1 April 2023
Puasa Dalam Perspektif Psikologi

Puasa Dalam Perspektif Psikologi dan Pentingnya Pengendalian Diri

28 Maret 2023
Ulama Perempuan Perekat Kerukunan

Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik

27 Maret 2023
Perempuan Ngaji

Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

27 Maret 2023
Asy-Syifa Binti Abdullah

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

24 Maret 2023
Peminggiran Peran Perempuan

Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

21 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerjaan rumah tangga suami istri

    Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist