Mubadalah.id – Di tengah carut-marut persoalan anak di Indonesia—mulai dari sistem pendidikan yang belum berpihak pada tumbuh kembang anak, kekerasan fisik dan psikis, eksploitasi seksual dan perdagangan anak, hingga paparan narkotika, rokok, pornografi, dan tayangan televisi yang jauh dari nilai edukatif—kita patut bertanya: masihkah kita peduli?
Kondisi ini sangat memprihatinkan. Ini adalah wajah kondisi anak kita yang menyedihkan. Kekerasan terhadap anak yang terus meningkat, baik di ruang publik maupun domestik. Hal ini menjadi indikator betapa anak-anak belum menjadi prioritas dalam pembangunan bangsa.
Sebagai orangtua sekaligus bagian dari masyarakat yang turut menyaksikan kenyataan getir ini, saya merasa terpanggil untuk mengambil bagian dalam perubahan. Setiap dari kita, terutama orangtua, punya tanggung jawab moral untuk menjaga anak-anak dari beragam bahaya yang mengintai mereka setiap saat.
Maria Ulfah Anshor dalam buku Parenting With Love menekankan pentingnya peran orangtua dalam memahami dunia anak, bukan hanya dari sudut otoritas dan kuasa. Tetapi dari sudut empati dan pendampingan yang lembut.
Ia menyebut bahwa tugas mendidik anak adalah ibadah yang ditujukan hanya kepada Allah Swt. Sebab, anak bukan milik orangtua yang bisa diperlakukan sekehendak hati. Melainkan amanah sekaligus ujian dari Tuhan yang harus dijaga dan dididik dengan sepenuh hati.
Merawat dan Mendidik Anak
Dalam buku tersebut, penulis mengutip firman Allah Swt. dalam surah Al-Taghabun (64):15, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.”
Pesan ini menegaskan bahwa kehadiran anak bukan semata-mata anugerah. Melainkan juga ujian yang menuntut kesungguhan dalam merawat dan mendidik mereka.
Lebih jauh, hadis Nabi Muhammad Saw. yang juga dikutip dalam buku ini memperkuat pandangan tersebut: “Barang siapa diuji dengan beberapa anak perempuan. Lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anaknya tersebut akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini bukan hanya menggarisbawahi keutamaan memperlakukan anak dengan baik. Tetapi juga menggambarkan besarnya ganjaran pahala bagi orangtua yang berhasil merawat anak dengan kasih sayang.
Di era serba digital ini, informasi mengenai dunia anak dapat dengan mudah diakses melalui buku, internet, hingga media sosial. Namun, tantangannya justru terletak pada kemampuan kita untuk memilah informasi yang tepat dan membumikan nilai-nilai pengasuhan yang kasih sayang.
Akhirnya, merawat anak bukan sekadar tugas fungsional, melainkan panggilan moral dan spiritual. Jika kita ingin membangun bangsa yang kuat. Maka investasi terbaik bisa kita mulai dari rumah yaitu dengan cinta yang tulus, pendidikan yang membebaskan, dan pengasuhan yang memanusiakan anak-anak kita. []