• Login
  • Register
Minggu, 25 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Tokoh Profil

Mengenal Nyimas An an: Ulama Perempuan Muda yang Menyuarakan Bahaya P2GP

Pertama, berikan penguatan pemahaman agama terkait kerugian perempuan yang dikhitan.

Rinrin Rianti Rinrin Rianti
21/11/2023
in Profil
0
Nyimas An an

Nyimas An an

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

P2GP menjadi isu yang menarik bagi Nyimas An an karena: pertama, tradisi ini tidak ada kaitannya dengan agama. Bahkan tidak ada ayat atau pun hadis yang meriwayatkan untuk khitan perempuan.

Mubadalah.id – An an Aminah, atau kerap dipanggil Nyimas An an, lahir pada tanggal 08 April 1994, di Garut, Jawa Barat. Saat ini, Nyimas An an tengah aktif dalam beberapa organisasi, seperti Fatayat, JP3M (Jam’iyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Muballighah) dan Rahima.

Bidang-bidang tersebut dianggap penting baginya karena ketiganya punya misi yang sama yaitu membangun ruang kolaborasi bagi perempuan dalam kemajuan pendidikan perempuan.

Orang tua Nyimas An an, Ibu Hj. Nyimas Nunur Nurhayati dan KH. Aceng Aam Umar A’lam masih berasal dari Garut, dari salah satu pondok pesantren tertua di Garut yaitu Pondok Pesantren Fauzan. Kakek dari ayahnya, KH. Muhammad adalah salah satu dzurriyat (keluarga) di Pondok Pesantren Fauzan, sementara nenek dari ayahnya, Rd. Hj. Fatmah berasal dari pondok pesantren di sukabumi.

Berbeda dengan ayah yang kehidupannya seputar pondok pesantren, Ibu Nyimas An an berasal dari kalangan akademisi. Meskipun secara histori, kakek Nyimas An an masih keturunan kiai, namun kakek dari ibu tidak melanjutkan kehidupannya di pondok pesantren. Akan tetapi, ayah dan ibunya masih saudara dari garis keturunan Syekh Nuryayi.

Baca Juga:

Hari Raya Waisak: Mengenal 7 Tradisi dan Nilai-Nilai Kebaikan Umat Buddha

Alarm Bahaya Pencabulan Anak: Belajar dari Kasus Keluarga di Garut

Mengenal Istilah Keulamaan Perempuan

Untuk Apa Sih Perempuan Disunat?

Keluarga Nyimas An an

Pada tahun 2019, Nyimas An an akhirnya memutuskan masa lajangnya dengan menikah. Beliau dinikahi oleh Muhammad Safmi Rahima Rabby. Buah dari pernikahannya Nyimas An an dikaruniai seorang putri, yang bernama Asmi Luthfiyah Fatimah.

Nyimas An an menceritakan bahwa awal mula mengenal sang suami pada tahun 2018 di sebuah forum putra dan putri Kiai (Jabar Muda) di Grup Whatsapp.

Suaminya berasal dari kalangan pondok pesantren, dan merupakan salah satu keluarga pesantren Al-Qur’an tertua di Ciamis, yakni Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung. Namun, suaminya ikut bersama orang tua membangun pesantren baru yakni Pondok Pesantren AR Risalah yang mereka dirikan sejak tahun 2000.

Pendidikan Nyimas An an

Nyimas An an memulai pendidikan dasarnya dengan belajar di SDN Sukaresmi 3 di Garut. Setelah lulus, Nyimas An an kemudian melanjutkan pendidikannya dengan sekolah di SMP Fauzaniyyah.

Kemudian, ia kembali melanjutkan pendidikannya dengan belajar di SMA Al-Masthuriyah di Sukabumi. Selepas pendidikan sekolah menengah selesai, Nyimas An an melanjutkan studinya di IPI Garut, beliau mengambil S1 Prodi Bahasa Inggris dan S2nya beliau mengambil Prodi Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Selain menempuh pendidikan formal, Nyimas An an juga belajar di pendidikan non formal. Beliau belajar di Pondok Pesantren Fauzan, Pondok Pesantren Al-Falah Sukabumi, dan Pondok Pesantren Al-Masthuriyah, Sukabumi.

Awal Mengenal Kesetaraan dan Keadilan Gender

Pada saat kuliah di IPI, Nyimas An an mulai tertarik pada isu perempuan dan akhirnya ia bergabung masuk KOPRI PMII (Penggerak Mahasiswa Islam Indonesia) Garut. Dengan bergabung di KOPRI PMII membuat Nyimas An an mulai mengenal tentang perspektif kesetaraan dan keadilan gender.

Perspektif ini bagi Nyimas An an penting untuk terus ia pelajari, karena selama Nyimas An an hidup, ia menyadari bahwa ia lahir dari keluarga yang masih kental dengan budaya patriakhi, budaya yang merendahkan dan mendiskriminasi perempuan.

Bergabung dengan Rahima

Namun, perspektif tentang gender yang dikaji di KOPRI PMII masih kurang mendalam. Hingga akhirnya pada tahun 2018, Nyimas An an mendapatkan undang dalam kegiatan Rahima tentang “Pencegahan Pernikahan Anak.”

Selama kurang lebih 6 bulan mendapatkan ilmu dan pendampingan hingga melakukan sosialisasi ke beberapa daerah dari Rahima, membuat Nyimas An an semakin yakin bahwa isu tentang perampuan dan anak perlu ia pelajari lebih mendalam.

Hingga akhirnya, Nyimas An an bertemu dengan Teh Ai Sadidah. Beliau adalah salah satu guru yang membantu membuka ruang-ruang belajar dengan perspektif adil gender.

Perspektif adil gender baginya memiliki makna luas, bukan hanya tentang peran dan posisi perempuan tetapi juga tentang keberpihakan terhadap sesama perempuan.

Fenomena poligami contohnya, Nyimas An an bersuara cukup kencang akan hal itu, karena dengan pernikahan poligami sangat merugikan perempuan. Selain itu, pernikahan usia anak juga merupakan misi Nyimas An an dalam memberikan ruang belajar bagi perempuan di level yang sama.

Selain belajar banyak dengan Teh Ai Sadidah, ada beberapa sumber buku yang ikut mempengaruhi perspektif Nyimas An an. Buku tersebut adalah buku-buku karya Buya Husein Muhammad dan Dr. Faqihuddin Abdul Kodir.

Dari buku Fiqih Perempuan karangan Buya Husein, beliau mendapatkan pengetahuan tentang peran-peran perempuan dalam perspektif al-Qur’an dan Hadis dengan asbabun nuzul dan asbabul wurud yang harus dipahami secara kontekstual. Saat membacanya pun Nyimas An an memiliki titik terang dari buku tersebut. Dan juga buku Qiroah Mubadalah karya Kiai Faqih juga demikian.

Perjuangan Nyimas An an

Dalam kehidupannya sekarang, Nyimas An an terus melakukan gerakan dan pendampingan terhadap perempuan dan anak di daerahnya, di Garut. Beberapa pendampingan itu di antaranya:

Pertama, Nyimas An an terus bergerak melakukan penyadaran kepada seluruh masyarakat di lingkungannya untuk tidak menikahkan anaknya di usia dini.

Kedua, Nyimas An an menolak segala bentuk perjodohan paksa yang banyak merugikan perempuan.

Ketiga, Nyimas An an menolak Pemotongan, Pelukaan Genitalia Perempuan (P2GP). Pasalnya, menurutnya, P2GP sama sekali tidak memiliki urgensi bagi perempuan di desa.

Keempat, meminta kepada seluruh masyarakat di lingkungannya bahwa jangan poligami, tapi monogami. Karena pernikahan monogami adalah wujud pernikahan yang sakinah, mawaddah warahmah.

Pandangan Nyimas An an pada Isu P2GP

Sebagai korban budaya patriaki, Nyimas An an terus menyuarakan untuk menolak khitan perempuan bagi anak perempuan Indonesia.

P2GP menjadi isu yang menarik bagi Nyimas An an karena: pertama, tradisi ini tidak ada kaitannya dengan agama. Bahkan tidak ada ayat atau pun hadis yang meriwayatkan untuk khitan perempuan.

Kedua, tradisi budaya yang masih mengungkapkan bahwasanya klitotis yang dipotong itu merupakan bagian yang berpotensi menyimpan najis air, sehingga harus dibuang. Tapi hal ini bagi Nyimas An an belum dibuktikan secara anatomi dan ilmu kedokteran.

Oleh sebab itu, dalam Isu P2GP, Nyimas An an memiliki pandangan:

Pertama, berikan penguatan pemahaman agama terkait kerugian perempuan yang dikhitan.

Kedua, persepsi agama harus diluruskan, bahwa agama meniscayakan untuk menghilangkan semua kemafsadatan.

Ketiga, perlunya adanya evaluasi dan sanksi dari pihak tenaga kesehatan yang masih melakukan praktik P2GP.

Harapan Nyimas An an

Nyimas An an berharap agar anaknya dan seluruh santri serta perempuan pada umumnya untuk terus melanjutkan risalah Nabi Muhammad Saw untuk memanusiakan manusia, menyempurnakan akhlak guna untuk mewujudkan peradaban yang berkeadilan.

Karya-karya

Nyimas An an pernah menulis artikel tentang aktivitas dan motivasi mengikuti KUPI II, dan tulisan tentang Nabi Muhammad Mengapresiasi Peran Perempuan di Publik.

Tulisan tentang Nabi Muhammad yang memberikan apresiasi ini menjadi tulisan yang sangat berkesan bagi Nyimas An an. Karena ia berhasil menemukan bacaan-bacaan bahwa Nabi sangat menghargai keberadaan perempuan aktif di ruang publik, seperti ikut terlibat dalam berbagai kegiatan di tengah-tengah masyarakat.

Salah satunya perempuan yang aktif di ruang publik adalah istri Nabi Muhammad Saw, yaitu Siti Khodijah. Beliau adalah seorang perempuan pengusaha yang sukses.

Selain itu, Nyimas An an juga sangat berkesan saat Nabi Muhammad Saw sangat mengapresiasi Nusaibah binti Kaab yang menolongnya pada perang Uhud. []

Tags: BahayaKhitan PerempuanmengenalMenyuarakanNyimas An anP2GPUlama Perempuan Muda
Rinrin Rianti

Rinrin Rianti

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Sa'adah

Sa’adah: Sosok Pendamping Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak  

19 Januari 2025
Umi Nyai Sintho' Nabilah Asrori

Umi Nyai Sintho’ Nabilah Asrori : Ulama Perempuan yang Mengajar Santri Sepuh

30 Desember 2024
Ning Imaz

Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

8 Desember 2024
Durrah binti Abu Lahab

Durrah binti Abu Lahab: Beriman di Tengah Kekufuran

26 September 2024
Adil Gender

Tafsir Hukum yang Adil Gender Menurut Azizah Y. Al-Hibri

19 Agustus 2024
Nyai Ella

Nyai Lailatul Fithriyah: Anggota MM KUPI Terpilih sebagai Nominasi Penyuluh Agama Islam Award 2024

4 Juni 2024
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Laku Tasawuf

    Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjembatani Agama dan Budaya: Refleksi dari Novel Entrok Karya Oky Madasari

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Pelecehan Guru terhadap Siswi di Cirebon: Ketika Ruang Belajar Menjadi Ruang Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan
  • Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an
  • Ihdâd: Pengertian dan Dasar Hukum
  • Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!
  • Menjembatani Agama dan Budaya: Refleksi dari Novel Entrok Karya Oky Madasari

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version