• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Mengenal Qasim Amin: Tokoh Feminis Islam

Dalam menyusun gagasan-gagasan pemikirannya, Qasim Amin lebih cenderung menyimpulkan suatu permasalahan menggunakan piranti-piranti analisis sosial dan data empirik dari interaksi dengan masyarakat luas

Redaksi Redaksi
09/11/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Qasim Amin

Qasim Amin

534
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Qasim Amin dilahirkan di daerah Mesir dari seorang ayah keturunan Turki Utsmani dan ibu berdarah asli Mesir. Qasim lahir pada awal bulan Desember tahun 1863 M.

Setelah menamatkan Sekolah Dasar di Alexandria, keluarganya hijrah ke Kairo. Pada tahun 1881, ia mencapai gelar licance dari Fakultas Hukum dan Administrasi dari sebuah akademi.

Pada masa kuliahnya, ia mula kenal dengan sosok Jamaluddin al-Afghani dan gagasan-gagasan pemikirannya yang berkembang di Mesir.

Dari kebersamaannya dengan teman perempuan Prancis, maka mulai tumbuh benih-benih kepeduliannya terhadap kaum perempuan. Yang nantinya membidani perjuangannya di Mesir yang penuh dengan bentuk interaksi sosial yang diskriminatif.

Kekasihnya menjadi sumber inspirasi dan memberikan kesadaran bahwa kaum perempuan sebetulnya memiliki kemampuan yang selama ini tidak pernah ia asah.

Baca Juga:

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

Tafsir Sakinah

Dalam menyusun gagasan-gagasan pemikirannya, Qasim Amin lebih cenderung menyimpulkan suatu permasalahan menggunakan piranti-piranti analisis sosial dan data empirik dari interaksi dengan masyarakat luas.

Bagi Qasim, teoriteori sosial, dan hipotesa-hipotesa yang hanya lahir dari atas meja akan melahirkan teori dan kesimpulan yang cenderung mengira-ngira, tidak realistis, dan bahkan jauh dari nilai kebenaran.

Bisa kita lihat ketika Qasim Amin memberikan kritik pedas terhadap tulisan D’harcouri tentang kondisi sosial masyarakat Mesir sebagai masyarakat muslim yang terpuruk.

Menurutnya, tesa-tesa dalam tulisan D’harcouri itu sama sekali tidak mendekati kebenaran, karena ia (D’harcouri) tidak berinteraksi langsung dengan masyarakat Mesir sehingga tidak tahu persis keadaan masyarakat Mesir sebenarnya.

Jika realitasnya demikian, bagaimana mungkin tesa-tesa D’harcouri bisa objektif. Jadi, bisa kita katakan bahwa pemikiran-pemikiran seseorang bermula dari analisis sosial yang tajam dan kritis dengan tetap melihat fenomena-fenomena sosial yang tampak.

Selanjutnya, ia boleh berijtihad untuk menyusun tesa-tesa demi memberikan solusi bagi permasalahan-permasalahan sosial yang wajib kita perbarui.*

*Sumber: tulisan karya M. Nuruzzaman dalam buku Kiai Husein Membela Perempuan.

Tags: FeminisislammengenalQasim Amintokoh
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID