• Login
  • Register
Minggu, 13 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Mengenalkan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Sejak Dini

Siti Jubaidah Siti Jubaidah
27/09/2019
in Keluarga
0
Anak-anak, Pengetahuan Reproduksi

Ilustrasi: pixabay[dot]com

20
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saya masih ingat betul ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) ada salah satu anak laki-laki yang mengatakan bahwa tanda perempuan sudah pernah melakukan hubungan seksual adalah ketika rambut kemaluannya sudah tumbuh. Sambil mengejek salah satu teman perempuan kami yang sudah mengalami haidl paling awal di kelas.

Tentu saja itu hanya bualan anak kecil yang tidak mengerti persoalan seksualitas dan kesehatan reproduksi. Namun karena sama-sama tidak mengerti saya pun sempat terpengaruh dan menganggap bahwa hal tersebut benar.

Setelah memasuki masa MTs (setara SMP) saya masih belum memahami banyak hal mengenai kesehatan reproduksi. Alhasil ketika pertama kali haid saya merasa kaget dan syok. Baru setelah duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) saya sedikit demi sedikit belajar tentang kesehatan reproduksi seperti haid, nifas, istihadoh, dan sebagainya. Itu pun melalui kajian kitab kuning di pesantren.

Selama menempuh pendidikan di Sekolah Dasar dan Madrasah Tsanawiyah saya belum pernah diajarkan tentang pentingnya mengenal kesehatan reproduksi. Jika pun ada yang dijelaskan hanya selingan dan sekilas mengenai masa pubertas pada remaja.

Masih banyak anak-anak perempuan yang merasa malu ketika bertanya tentang haid. Saya pernah menjumpai salah satu junior saya di pesantren yang menyembunyikan haid pertamanya karena malu dan takut. Akhirnya selama tiga hari santri tersebut tetap melaksanakan shalat.

Baca Juga:

Merebut Kembali Martabat Perempuan

Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan

Kala Kesalingan Mulai Memudar

Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba

Pendidikan keshatan reproduksi dan seksual masih dianggap tabu di masyarakat. Isu ini begitu sensitif untuk dibahas baik di dalam kelas maupun sekadar obrolan ringan antar teman. biasanya mereka berasumsi bahwa pendidikan ini akan memicu anak untuk melakukan seks pra-nikah, jorok, mesum, pembicaraan orang dewasa dan lain-lain.

Sesungguhnya pendidikan reproduksi bukan sekadar membahas hubungan seksual tetapi jauh lebih luas dari itu seperti mempelajari kesehatan reproduksi, mengenal organ-organ reproduksi, infeksi atau penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksi beserta cara mencegah dan mengobatinya dan masih banyak lagi.

Namun, karena dianggap tabu dan sensitif akses untuk mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah tidak mudah, seperti kasus di atas.

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.

Pengertian kesehatan  reproduksi ini mencakup tentang hal-hal sebagai berikut:

1) Hak seseorang untuk dapat memperoleh kehidupan seksual yang aman dan memuaskan serta mempunyai kapasitas untuk berreproduksi;

2) Kebebasan untuk memutuskan bilamana atau seberapa banyak melakukannya;

3) Hak dari laki-laki dan perempuan untuk memperoleh informasi serta memperoleh aksesibilitas yang aman, efektif, terjangkau baik secara ekonomi maupun kultural;

4) Hak untuk mendapatkan tingkat pelayanan kesehatan yang memadai sehingga perempuan mempunyai kesempatan untuk menjalani proses kehamilan secara aman (Belajar Psikologi: 2010).

Seringkali pendidikan tentang kesehatan reproduksi (kespro) hanya dikaitkan dengan urusan perempuan saja. Padahal kespro tidak hanya membahas tentang kehamilan dan melahirkan saja.

Dilihat dari definisinya kespro mengajak setiap orang –baik yang sudah menikah atau pun belum– untuk menyadari hak-hak kesehatan yang dimiliki dan dipenuhi bersama pasangan jika sudah menikah. Jadi, kespro adalah urusan bersama, laki-laki dan perempuan, bukan hanya perempuan saja.

Mengingat pentingnya mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi maka diperlukan dorongan untuk mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi menjadi bagian dari kurikulum atau salah satu muatan lokal di sekolah.

Sehingga anak-anak dan remaja bisa mendapatkan informasi seputar kespro dengan baik dan dari orang yang lebih berpengalaman. Selain itu, sebaiknya para orang tua pun perlu diberi edukasi seputar kespro sehingga mampu memberikan pemahaman kepada anak-anaknya.

Kurangnya edukasi dan sosialisasi memicu remaja untuk mencari informasi secara mandiri tanpa pengawasan dari guru atau orang tua, hal ini menimbulkan  kekhawatiran pada pemahaman informasi yang diperoleh anak-anak dan remaja. Edukasi mencegah anak dan remaja terkena penyakit seksual menular, kehamilan di usia muda bahkan aborsi yang berakibat pada kematian.[]

Siti Jubaidah

Siti Jubaidah

Siti Jubaidah, mahasiswa S1 Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Pernah mondok di PonPes Aisyah Kempek Cirebon.

Terkait Posts

Praktik Kesalingan

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

12 Juli 2025
Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ayat sebagai

    Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Merebut Kembali Martabat Perempuan
  • Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan
  • Kala Kesalingan Mulai Memudar
  • Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID