• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Mengenang Paus Fransiskus: Dari Tobat Ekologis hingga Misi Perdamaian Kemanusiaan Palestina

Selamat jalan Paus Fransiskus, terima kasih atas teladan cinta dan damai yang tak pernah padam.

Layyin Lala Layyin Lala
22/04/2025
in Figur, Rekomendasi
0
Paus Fransiskus

Paus Fransiskus

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sehari setelah perayaan Paskah 2025, hari ini seluruh umat Kristen dan Katolik berduka atas kepergian Paus Fransiskus. Paus Fransiskus merupakan pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma. Ia menjabat sebagai Uskup Roma dan merupakan Kepala Negara Vatikan. Paus Fransiskus memiliki otoritas tertinggi dalam hal ajaran iman dan moral di dalam Gereja Katolik, serta berperan sebagai simbol persatuan umat Katolik di seluruh dunia.

Ketika berita kepergian Paus tersebar dan ramai diperbincangkan, saya merasa sangat sedih dan berduka. Tak hanya umat kristen dan Katolik saja, banyak dari umat dengan berbagai agama di seluruh dunia yang ikut bersedih dan berduka. Hal ini karena semasa hidup Paus, beliau merupakan tokoh perdamaian yang selalu menyerukan nilai-nilai kemanusian, perdamaian, dan lingkungan.

Khutbah Kemanusiaan

Dalam sebuah khutbah, Paus menyatakan pernyataannya tentang genosida yang sedang berlangsung. Bahkan, beliau menolak menghadiri pertemuan resmi dengan Zionis yang melakukan genosida, JD Vance. 

“Saya terus menerima berita yang sangat serius dan menyakitkan dari Gaza. Warga sipil yang tidak bersenjata menjadi sasaran pemboman dan penembakan. Itu adalah terorisme.” Dalam kesempatan yang lain, Paus juga berkhutbah:

“Mungkin kita perlu menyadari lebih jelas bahwa korban sipil bukanlah kerusakan tambahan (collateral damage). Mereka adalah laki-laki dan perempun, dengan nama dan nama keluarga, yang kehilangan nyawa mereka. Mereka adalah anak-anak yatim piatu dan kehilangan masa depan mereka. Mereka adalah individu yang menderita kelaparan, kehausan, dan kedinginan, atau dimutilasi sebagai akibat dari kekuatan bahan peledak modern. 

Jika kita dapat menatap mata mereka masing-masing, memanggil nama mereka, dan mempelajari sedikit tentang sejarah pribadi mereka, kita akan melihat perang sebagaimana adanya yang tidak lain hanyalah sebuah tragedi besar, sebuah ‘pembantaian yang tidak berguna’ yang menyinggung  martabat setiap orang di bumi ini.”

Kepergian Paus Fransiskus sehari setelah perayaan Paskah 2025 bukan hanya menjadi momen duka bagi umat Katolik, tetapi juga menjadi pukulan mendalam bagi seluruh umat manusia yang mencintai perdamaian, keadilan, dan kelestarian bumi. Beliau adalah pemimpin spiritual yang melampaui batas agama dan negara. Kehadirannya selama menjabat bukan sekadar simbol keimanan, melainkan juga suara nurani dunia yang tegas melawan ketidakadilan, kekerasan, dan kerusakan lingkungan.

Khutbah-khutbah Paus Fransiskus selalu sarat akan nilai-nilai kemanusiaan. Ia tidak pernah ragu menyuarakan penderitaan kaum tertindas, termasuk mereka yang menjadi korban perang dan konflik. Dalam setiap kata yang beliau ucapkan, tampak jelas bahwa Paus Fransiskus melihat setiap manusia sebagai saudara yang harus kita hormati martabatnya.

Baca Juga:

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Dokumen Abu Dhabi: Warisan Mulia Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Tayyeb Bagi Dunia

Two State Solution: Solusi Perdamaian bagi Palestina-Israel atau Tantangan Integritas Nasional Terhadap Pancasila?

Bersukacita dalam Membangun Perdamaian Dunia: Menilik Penggembalaan Apostolik Paus Leo XIV Bagi Dunia

Ia menolak normalisasi kekerasan, menolak untuk membungkam suara kebenaran, dan menolak melupakan wajah-wajah para korban. Ia mengingatkan dunia bahwa di balik angka statistik korban, ada manusia dengan nama, cerita, dan harapan yang terampas secara tragis.

Ensiklik Laudato Si’ untuk Pertobatan Ekologis

Salah satu hasil pemikiran Paus Fransiskus yang sangat terkenal ialah Ensiklik Laudato Si’. Laudato Si’ adalah ensiklik penting dari Paus Fransiskus yang membahas tentang krisis lingkungan dan pentingnya merawat bumi. Ensiklik tersebut terinspirasi dari Santo Fransiskus Assisi, seorang tokoh Katolik yang sangat mencintai alam dan hidup dengan sederhana. Judul Laudato Si’ berarti “Terpujilah Engkau, Tuhanku”, yang menunjukkan rasa syukur atas semua ciptaan Tuhan.

Dalam Laudato Si’, Paus Fransiskus mengajak semua orang, terutama umat Kristiani dan Katolik, untuk menjaga bumi sebagai rumah bersama. Beliau menekankan bahwa kerusakan lingkungan bukan hanya masalah alam, tapi juga menunjukkan adanya masalah dalam hubungan manusia dengan sesama dan dengan Tuhan. Paus Fransiskus mengajak seluruh manusia untuk peduli, tidak bersikap egois, dan mulai hidup lebih sederhana serta bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Dalam perayaan paskah 2025, hampir seluruh gereja Katolik di seluruh dunia menyerukan pertobatan ekologis khususnya bagi umat Katolik. Di Indonesia, perayaan Paskah mengusung tema pertobatan ekologis sebagai bentuk iman dan taqwa kepada Tuhan.  Serta ajakan untuk bangkit dari sikap masa bodoh terhadap lingkungan serta mulai membangun gaya hidup yang menjaga keutuhan ciptaan.

Paus Fransiskus dan Misa Akbar di Indonesia

Tahun 2024, Paus Fransiskus mengunjungi Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Paus Fransiskus menghadiri misa akbar yang diselenggarakan di stadion Gelora Bung Karno. Beliau juga berkesempatan berkhutbah di hadapan umat Katolik di Indonesia.

Paus Fransiskus menyampaikan pesan mendalam tentang dua sikap utama yang harus dimiliki oleh setiap murid Kristus, yaitu mendengarkan firman Tuhan dan menjalani firman tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Menurut beliau, perjumpaan dengan Yesus dimulai dari sikap terbuka untuk mendengarkan sabda-Nya, dan dilanjutkan dengan keberanian untuk menghidupinya dalam tindakan nyata.

Paus menekankan bahwa firman Tuhan bukan hanya untuk didengar, tetapi juga untuk diresapi dan diwujudkan. Firman itu harus mengubah cara kita berpikir, merasakan, dan bertindak. Ia mencontohkan Petrus yang meskipun lelah dan gagal menangkap ikan, tetap taat pada perintah Yesus dan akhirnya mengalami mukjizat. Dari kisah itu, Paus mengajak umat untuk tidak menjadi tawanan kegagalan, melainkan tetap percaya dan berharap kepada Tuhan.

Untuk masyarakat Indonesia, Paus mengajak agar tidak pernah lelah menabur kebaikan, membangun perdamaian, dan menjaga senyum khas yang menjadi ciri masyarakat. Ia mendorong semua orang untuk menjadi pembawa harapan, karena harapan dalam Injil adalah harapan yang tidak pernah mengecewakan.

Melalui pesan ini, beliau mengingatkan bahwa menjadi murid Kristus berarti siap mendengar, bertindak, dan membangun dunia yang lebih penuh kasih, damai, dan pengharapan.

Selamat Jalan, Pope Francis!

Kepergian Paus Fransiskus menjadi momen yang mengajak kita untuk merenung lebih dalam, bukan hanya tentang siapa beliau, tetapi juga tentang apa yang bisa kita pelajari dan teladani dari hidupnya. Dalam setiap ajarannya, Paus Fransiskus selalu mengutamakan cinta kasih, kepedulian terhadap sesama, dan tanggung jawab atas bumi sebagai rumah bersama.

Ia mengajarkan kita untuk tidak tinggal diam melihat ketidakadilan, untuk berani bersuara demi yang lemah, dan untuk hidup sederhana demi kebaikan bersama. Kini, tugas itu berpindah ke pundak kita. Mengenang beliau bukan hanya dengan duka, tetapi juga dengan aksi nyata.

Kita bisa mulai dari hal kecil: lebih peduli terhadap lingkungan, saling menolong tanpa memandang perbedaan, dan menyebarkan kedamaian di tengah perpecahan. Dengan meneladani Paus Fransiskus dalam keseharian, kita ikut menjaga warisan kasih dan harapan yang beliau tinggalkan untuk dunia.

Selamat jalan Paus Fransiskus, terima kasih atas teladan cinta dan damai yang tak pernah padam. []

Tags: Ensiklik Laudato Si’Paus FransiskusPerdamaianPertobatan EkologisUmat KatolikVatikan
Layyin Lala

Layyin Lala

Khadimah Eco-Peace Indonesia and Currently Student of Brawijaya University.

Terkait Posts

Perempuan Lebih Religius

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

7 Juli 2025
Film Rahasia Rasa

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

6 Juli 2025
Ancaman Intoleransi

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

5 Juli 2025
Gerakan KUPI

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Tradisional

    Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID