• Login
  • Register
Jumat, 8 Juli 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Menggugat Pemerintah yang Tak Mubadalah pada Rakyatnya

Kepercayaan surut sebab pemerintah tak lagi menerapkan prinsip-prinsip mubadalah dalam mengemban amanah.

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
25/09/2020
in Kolom, Publik
0
91
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pada sidang umum PBB ke-75 kemarin, Presiden Joko Widodo dalam pendahuluannya menyebutkan, “tidak ada artinya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran.”

Pernyataan menarik, yang sekaligus juga mengherankan. Sebab, hal tersebut dilontarkan setelah pemerintah sendiri bersikeras untuk menggelar pilkada serentak untuk merayakan dan mempertahankan kemauan serta kepentingan para elit politik, di saat rakyatnya banyak yang bergelimpangan karena kasus Covid.

Apalagi beberapa hari terakhir, jumlah kasus harian yang tercatat mencapai 4.000an kasus. Belum lagi jumlah korban yang meninggal. Tempat pemakaman umum di daerah Jakarta misalnya, dulu ketika masih dilaksanakan lockdown ketat, jumlah orang yang disemayamkan di sana ada sekitar 4-5 orang per hari. Sekarang, dengan banyaknya kasus yang tercatat, penggali kubur harus berjibaku menguras keringat, karena dalam sehari harus pontang-panting untuk memakamkan hampir 10 orang, bahkan lebih.

Bandingkan dengan negara kiwi Selandia Baru, negara tetangga Australia ini melaporkan kasus tertingginya di bulan April yang mencapai 89 kasus, itu pun dalam beberapa bulan, negeri mereka sempat bebas dari corona dan hanya menyisakan beberapa kasus aktif. Namun, dalam beberapa hari terakhir, pemerintah yang dipimpin oleh Jacinda Arden memilih untuk menunda pemilu dan melakukan pembatasan kembali di Kota Auckland karena ada kenaikan Sembilan kasus di wilayah ibukota. Padahal, jumlah kasus aktif di sana, ‘baru’ mencapai 58 kasus secara keseluruhan.

Pemungutan suara awalnya dijadwalkan pada 19 September, tapi sekarang diundur hingga 17 Oktober. Tanggal baru akan memungkinkan para partai “untuk menyesuaikan rencana dengan berbagai keadaan yang akan dihadapi selama kampanye”, kata Perdana Menteri Jacinda Senin lalu.

Baca Juga:

Putri Pramodhawardhani: Tokoh Toleransi di Masa Mataram Kuno

Di Boharen, Napak Tilas Jejak Perjuangan Para Pendiri Bangsa (Bagian Pertama)

Mendorong Penguatan Polwan untuk Penanganan Kekerasan Seksual

9 Langkah Menyelesaikan Konflik Rumah Tangga Ala Mubadalah

Sebagai gambaran, Selandia Baru melaporkan lebih dari 1.600 infeksi dan 22 kematian sejak pandemi dimulai, menurut catatan Universitas Johns Hopkins. Pemberlakukan lockdown lebih awal, pembatasan yang ketat di perbatasan, pesan kesehatan yang efektif, serta program uji-dan-lacak yang agresif membantu rakyat untuk terbebas dari belunggu virus corona.

Mari kita bandingkan dengan kebijakan pemerintah Indonesia, sejak awal corona menyebar luas, pemerintah kita dengan tenangnya menyatakan bahwa Indonesia akan aman-aman saja. Bahkan salah satu menteri mengklaim bahwa tubuh kita dapat sembuh sendiri asalkan sering minum jamu dan berjemur di pagi hari.

“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” ujar salah satu elit kita. Sikap menganggap remeh seperti itulah yang justru membawa buah simalakama. Hasil dari tindak gegabah pemerintah kini mengakibatkan korban meninggal akibat corona sedikit lagi mencapai 10 ribu jiwa. Belum lagi munculnya pengangguran baru dengan jumlah lebih dari 2 juta orang yang dapat terhitung sebagai kemunduran potensial yang sudah diusahakan pemerintah selama bertahun-tahun.

Dengan deretan situasi buruk tadi, Indonesia mencatatkan diri sebagai salah satu negara dengan penanganan covid terburuk di Asia, bahkan dunia. Bagaimana tidak: mengabaikan nasihat ahli, tidak mempercayai masyarakat sipil, dan gagal mengembangkan strategi yang koheren. Lengkap sekali blundernya!

Seakan belum paripurna derita yang ditanggung masyarakat kelas bawah, sekarang pemerintah tetap bersikukuh melaksanakan pilkada serentak dengan menyilakan para pasangan calon dan pendukungnya untuk melakukan pawai bahkan kumpul massa, yang bisa jadi justru makin memperparah kasus covid yang belum terlihat jalan keluarnya.

Dari sini, jelas terlihat bahwa berharap Indonesia segera masuk kategori baldatun thoyibatun wa rabbun ghofur kok semakin sulit dan sepertinya lama untuk tercapai. Selain karena sistem korup yang masih menjadi penyakit birokrasi kita, segala anugerah dan potensi yang diberikan Sang Maha Kuasa justru lebih sering kita sia-siakan dan tidak dijaga: hutan digunduli, tanah subur makmur hanya dikuasai para cukong tanpa memberikan keuntungan banyak pada rakyat kecil, laut biru nan kaya malah dicemari.

Kalau sudah begini, rakyat kita yang mayoritas nurut, mungkin di titik terjenuhnya akan menganggap pemerintah tidak ada, kebijakan yang diaplikasikan hanya dilihat sebelah mata. Kepercayaan surut sebab pemerintah tak lagi menerapkan prinsip-prinsip mubadalah dalam mengemban amanah.

Ketika berkampanye berkoar-koar, tapi setelah terpilih, nyatanya lupa daratan. Meminjam judul buku Ben Bland, pemerintah dan Pak Jokowi di periodenya yang kedua bukannya memperlihatkan sisi terbaik mereka, malah justru hanya menampilkan sisi “man of contradictions”nya. []

Tags: Covid-19IndonesiaMubadalahPandemi
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Beban Ganda Perempuan

Beban Ganda Perempuan, Bagaimana Solusinya?

7 Juli 2022
Masjid Ramah Lingkungan

Masjid Ramah Lingkungan: Upaya Konservasi Alam dari Tempat Ibadah

7 Juli 2022
Pernikahan Mewah

Meneladani Pernikahan Mewah Ummu Sulaim binti Milhan Ar-Rumaisha’

6 Juli 2022
Tokoh Toleransi

Putri Pramodhawardhani: Tokoh Toleransi di Masa Mataram Kuno

6 Juli 2022
Media Sosial

Etika Menyampaikan Kritik di Media Sosial

5 Juli 2022
Resiko Stunting

Peran Keluarga untuk Mengurangi Resiko Stunting

5 Juli 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Istri Menggugat Cerai Suami

    Berdosakah Istri Menggugat Cerai Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beban Ganda Perempuan, Bagaimana Solusinya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masjid Ramah Lingkungan: Upaya Konservasi Alam dari Tempat Ibadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Akhlak Nabi Saw dengan Orang yang Berbeda Agama (Fase Mekkah)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peristiwa Sa’i Kisah Sang Ratu Zamzam yang Sarat Hikmah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bacaan Niat Puasa Tarwiyah dan Arafah
  • Beban Ganda Perempuan, Bagaimana Solusinya?
  • Keutamaan Puasa Tarwiyah dan Arafah di Bulan Dzulhijjah
  • Masjid Ramah Lingkungan: Upaya Konservasi Alam dari Tempat Ibadah
  • Rasulullah Saw Meminta Umatnya Hentikan Kezaliman dan Wujudkan Keadilan

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist