• Login
  • Register
Sabtu, 1 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Menjadi Perempuan Refleksi di Hari Kartini

Memperingati Hari Kartini semestinya digunakan sebagai momentum untuk menyerap semangat seorang perempuan muda bernama Kartini yang dikaruniai Allah kehidupan kurang dari 26 tahun hidup di dunia.

Tutik Nurul Jannah Tutik Nurul Jannah
21/04/2021
in Pernak-pernik
0
Kartini

Kartini

111
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Bagaimana pendapat ibu, mengenai fenomena saat ini, banyak anak anak usia muda yang menjadi pekerja seks komersial. Apakah ini bagian dari emansipasi perempuan yang kebablasan?”

“Bagaimana pendapat ibu mengenai problem karaoke di Pati yang melibatkan para perempuan pendamping karaoke yang “nyambi-nyambi”, apakah ini juga bentuk emansipasi perempuan yang kebablasan?”

“Maaf bu… akhir akhir ini sering saya dapati istri istri yang tidak lagi memiliki hormat kepada suami karena adanya emansipasi wanita. Bagaimana pemecahannya menurut ibu?”

“Saya perempuan lulusan S1 yang sekarang menjadi ibu rumah tangga. Saya “malu” karena sering disindir oleh keluarga dan tetangga, ngapain sekolah tinggi tinggi kalau hanya jadi ibu rumah tangga. Bagaimana menurut ibu kondisi yang saya alami ini?”

Demikian beberapa pertanyaan yang dilontarkan audiens saat talkshow  memperingati Hari Kartini, pada Kamis, 20 April 2017, ketika saya bersama ibu Endah menjadi narasumber di radio PAS FM Pati.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja
  • Bagaimana al-Qur’an Berbicara Mengenai Gender?
  • Haideh Moghissi : Fundamentalisme Islam dan Perempuan
  • Bibit Kekerasan Simbolik di Lembaga Pendidikan

Baca Juga:

Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

Bagaimana al-Qur’an Berbicara Mengenai Gender?

Haideh Moghissi : Fundamentalisme Islam dan Perempuan

Bibit Kekerasan Simbolik di Lembaga Pendidikan

Sungguh, pertanyaan pertanyaan tersebut membuat saya tertegun. Betapa masih jauhnya jarak pemahaman masyarakat terhadap apa yang dimaksud sebagai emansipasi. Dan sungguh begitu kagetnya saya pagi ini, sàat seseorang justru memaknai maraknya bisnis terkait pekerja seks komersil sebagai akibat dari emansipasi wanita yang dianggap kebablasan.

Saya sendiri memaknai kesetaraan sebagai  kondisi dimana perempuan memiliki potensi dan peluang yang sama untuk secara sadar melakukan pilihan pilihan dalam hidupnya. Apakah pilihan itu adalah pilihan sebagai ibu rumah tangga, pilihan sebagai saudagar, pilihan sebagai guru atau pilihan pilihan lainnya. Kondisi sadar terhadap pilihan yang dilakukan ini tentu saja hanya dapat terjadi jika perempuan memiliki peluang untuk menyelami potensi diri dan memiliki peluang untuk mengasah potensi itu.

Agak sedih juga saat mendengar keluhan seorang perempuan lulusan perguruan tinggi yang malu karena akhirnya “hanya” menjadi ibu rumah tangga. KENAPA HARUS MALU?? bukankah seharusnya kita justru merasa malu, jika sebagai ibu kita tidak mendidik diri dengan baik. Ibu adalah madrasah bagi keluarganya. Pendidikan bagi seorang perempuan bukanlah dimaksudkan hanya semata-mata untuk memenuhi tuntutan lapangan pekerjaan. Namun, dalam ranah apapun setiap perempuan wajib menjadi pintar karena ia adalah madrasah bagi keluarganya dan Madrasah bagi masyarakatnya.

Tak perlu phobia terhadap emansipasi perempuan. Karena itu hanya akan membuat kita menjadi terjebak dalam pikiran-pikiran negatif sehingga menyulitkan kita dalam memahami persoalan sosial yang sesungguhnya. Kepandaian perempuan tidak akan merugikan siapapun. Karena perempuan yang pandai adalah berkah bagi semesta. Dan karena perempuan pandai adalah berkah bagi kehidupan generasi penerus kita.

Lebih jauh, mengenai peringatan tgl 21 April, peringatan hari Kartini itu sendiri seharusnya memang tidak dimaksudkan sebagai saat untuk memitoskan seorang Kartini. Banyak pula syak-wasangka tentang penetapan Hari Kartini ini. Namun, apapun itu, daripada menghabiskan energi untuk memelihara prasangka buruk. Akan lebih bermanfaat jika kita mau mengambil hikmah dari kehidupan seorang hamba Allah yang ditakdirkan wafat saat melahirkan anak pertamanya itu.

Memperingati Hari Kartini semestinya digunakan sebagai momentum untuk menyerap semangat seorang perempuan muda bernama Kartini yang dikaruniai Allah kehidupan kurang dari 26 tahun hidup di dunia. Namun dengan singkatnya usianya itu, Kartini dapat memaksimalkan potensinya untuk memberikan  manfaat kepada sesama. Semoga kita termasuk orang orang yang dicintaiNYA. Orang-orang yang tak gampang terjebak dalam syak-wasangka. Orang-orang yang mampu mengambil hikmah dan kebijaksanaan dalam setiap peristiwa. Semoga Allah ridlo. Amin. []

Tags: emansipasiGenderhari kartinikeadilanKesetaraanPahlawan Perempuan
Tutik Nurul Jannah

Tutik Nurul Jannah

Terkait Posts

Tujuan menikah

Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

1 April 2023
Momen Ramadan

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

1 April 2023
Sarana Menikah

Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

1 April 2023
kerja rumah tangga

Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

1 April 2023
Pekerjaan rumah tangga suami istri

Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

1 April 2023
Rumah Tangga

Hadis Relasi Rumah Tangga

31 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerjaan rumah tangga suami istri

    Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist