Nabi Saw. mendukung Fathimah r.a. menolak poligami dari suaminya, Ali bin Abi Thalib r.a. Nabi Saw. bahkan mengulang kalimat: “Aku tidak mengizinkan” sebanyak tiga kali.
Mubadalah.id – Perempuan, sebagaimana laki-laki, memiliki hak untuk berada pada pernikahan yang sehat, baik, dan membahagiakan. Jika pernikahan membuat seorang perempuan mengalami keburukan, apalagi kekerasan, ia punya hak untuk mengajukan cerai (khuluk).
Konsep khuluk dalam Hadis (Shahih al-Bukhari, no. 5328) dan fikih adalah solusi untuk persoalan ini. Fikih membolehkan seorang perempuan membuat syarat sebelum akad nikah kepada suami untuk tidak dipoligami.
Jika terjadi poligami, pernikahan langsung bisa dibatalkan, tanpa perlu menunggu persetujuan suami. Artinya, perempuan boleh menolak poligami dan memilih monogami, menikah atau memilih melajang daripada berada dalam pernikahan yang tidak sehat.
Dalam Shahih al-Bukhari menyebutkan, seorang ayah boleh membela putrinya agar ia perlakukan secara baik, tanpa poligami (Bab Dzabb al-Rajul an Ibnatihi fi al-Ghirah wa al-Insaf).
Nabi Saw. mendukung Fathimah r.a. menolak poligami dari suaminya, Ali bin Abi Thalib r.a. Nabi Saw. bahkan mengulang kalimat: “Aku tidak mengizinkan” sebanyak tiga kali.
Karena bagi Nabi Saw, poligami menyakiti putri beliau, dan yang menyakiti putri beliau berarti juga menyakiti Nabi Saw.
Dari al-Miswar bin Makhramah r.a., berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. berkata di atas mimbar: “Keluarga Bani Hisyam bin Mughirah meminta izin untuk menikahkan putri mereka dengan
Ali bin Thalib r.a. (suami putri Nabi Saw.: Fathimah r.a.). Aku tidak mengizinkan. Aku tidak mengizinkan. Aku tidak mengizinkan. Jika mereka mau, silakan Ali bin Thalib r.a. menceraikan putriku terlebih dahulu, lalu menikahi putri mereka. Karena putriku adalah darah dagingku. Sesuatu yang mengganggunya berarti menggangguku. Sesuatu yang menyakitinya berarti menyakitiku.” (Shahih al-Bukhari, Kitab al-Nikah, no. 5285).
Hadis ini menegaskan bahwa laki-laki (Nabi Saw.) boleh menolak poligami, perempuan juga (putri Nabi Saw.) boleh menolak poligami.
Siapa pun berhak untuk terbebas dari pernikahan yang menyakitkan, terutama perempuan. Artinya, menolak poligami karena menyakitkan adalah juga Sunah Nabi Saw. []