• Login
  • Register
Sabtu, 24 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Menuju Internasional Women’s Day (IWD) 2024, Siapkah Kita #InspireInclusion?

Menuju IWD 2024, sebelumnya kita bisa merefleksikan diri sejauh mana kemampuan kita dalam menerima perbedaan selama ini

Alfiatul Khairiyah Alfiatul Khairiyah
27/02/2024
in Publik, Rekomendasi
0
IWD 2024

IWD 2024

877
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Menjelang bulan Maret, kita akan menggelar International Women’s Day (IWD) 2024. Perayaan hari besar untuk perempuan seluruh dunia dalam merefleksikan gerakan, ketimpangan sosial, diskriminasi, perlawanan, dan pemberdayaan, serta ketidakadilan lainnya. Dalam website resmi IWD, tema IWD tahun ini adalah Inspire Inclusion. Semuanya diharapkan menjadi dan memberikan inspirasi dalam membangun iklim inklusif, siapkah kita?

Membaca tema ini seakan-akan menyiratkan bahwa setiap kita adalah inspirasi bagi semuanya. Setiap kita mampu menginspirasi pada hal-hal kecil dan berbeda yang diterima dengan baik dalam tatanan masyarakat multikultural. Setiap gagasan individu dan kelompok diterima secara terbuka sebab kita semua memiliki kebutuhan dan cara pandang yang beragam.

Termasuk, melakukan beragam cara yang kita bisa untuk saling memberi inspirasi bagi sesama perempuan, anak, dan kelompok rentan lainnya.

Dalam website resmi IWD juga terdapat beberapa kalimat kunci seperti, ketika perempuan tidak hadir kita perlu bertanya kenapa, jika perempuan mengalami diskriminasi kita perlu mengecam perbuatan tersebut, ketika perempuan mengalami ketidakadilan kita perlu mengambil tindakan, dan kita perlu melakukan ini setiap saat. Tentu, ada banyak jalan menuju roma dan ada banyak sekali cara untuk membangun keadilan.

Secara umum, kita memang perlu mengamini bahwa situasi sosial hari ini belum sepenuhnya dapat menerima perbedaan, belum dapat menerima keterbukaan, dan belum mampu beradaptasi pada perbedaan itu sendiri. Baik itu perbedaan jenis kelamin, kemampuan, intelegensi, kreatifitas, perbedaan fisik, psikis, dan lainnya.

Baca Juga:

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

Fitur Aksesibilitas yang Mengajarkan Kesadaran Empati

Kafa’ah dalam Pernikahan Penyandang Disabilitas

Mempertimbangkan Akses Masjid Ramah Difabel

Kenapa harus Inklusif?

Selama ini, kita selalu hidup dengan upaya-upaya generalisasi dan penyeragaman serta kesamaan. Kita beranggapan bahwa kita sama dan memiliki kebutuhan yang sama dan memaknai kelompok yang berbeda dengan kita sebagai yang lain (the others).

Dengan begitu, proses eksklusi pada yang lain terjadi dan membentuk kelompok-kelompok seperti mayoritas dan minoritas, kelompok antar jenis kelamin, kelompok berdasarkan kelas sosial, dan kelompok-kelompok lainnya tanpa adanya relasi yang adil antara beragam perbedaan.

Setiap kelompok selalu memandang the others dengan kacamata mereka dan memberlakukan the others sesuai dengan kacamata mereka. Tanpa ada upaya untuk mengenal dari berbagai sudut pandang, termasuk dari sudut pandang orang lain. Proses eksklusi berlangsung ketika kita berjalan sesuai dengan kehendak dan cara pandang kita masing-masing.

Proses eksklusi juga berlangsung ketika tidak ada upaya untuk menerima keberagaman, baik fisik, psikis, jenis kelamin, ras, kelas, kemampuan, dan lainnya. Sehingga, seringkali terjadi soft oppression pada kelompok lain khususnya kaum rentan seperti perempuan, anak, dan kelompok disabilitas. Sebab dalam relasi-relasi seperti tadi, akan selalu ada yang dilemahkan dan yang diuntungkan karena ketidakmampuan menerima perbedaan.

Inklusif diperlukan untuk menjembatani keberagaman. Hal ini juga dapat kita lihat dari perspektif interseksionalitas, bahwa setiap orang ataupun kelompok akan berpotensi mengalamai penindasan dari berbagai sudut pandang dan identitas, misal karena jenis kelamim, ras, orientasi seksual, disabilitas, kewarganegaraan, dan agama, serta lainnya.

Ketika inklusifitas tidak menjadi paradigma dalam membangun keadilan sosial, maka eksklusi dapat terjadi. Hal ini tentu akan turut mengeksklusi kelompok lain pada bidang pemberdayaan ekonomi, kemampuan kepemimpinan, usaha, dan teknologi atau sains. Juga terjadi eksklusi pada ranah-ranah fasilitas seperti infrastruktur, layanan kesehatan, ketahanan pangan, kepemilikan lahan, pendidikan, dan lainnya kepada kelompok-kelompok rentan.

Siapkah kita Inspire Inclusion?

Menuju IWD 2024, sebelumnya kita bisa merefleksikan diri sejauh mana kemampuan kita dalam menerima perbedaan selama ini. Penerimaan yang baik akan berdampak pada suatu tindakan yang baik dalam membangun relasi yang adil dan setara dengan yang lain.

Penerimaan yang baik akan memicu kita bertindak pada ketidakadilan-ketidakadilan dan opresi yang berlangsung dalam relasi sosial. Bisa kita lihat dari sejauh mana kita memperlakukan orang lain dalam hidup kita selama ini?

Apakah kita salah satu pelaku opresi atau soft oppression kepada yang lain tanpa kita sadari? Apakah relasi kita selama ini telah diam-diam melemahkan orang lain? Kita bisa tambah pertanyaan lainnya dan jawab pelan-pelan sebagai sebuah refleksi.

Tema IWD 2024 seperti penuh dengan optimisme bahwa setiap orang, kelompok atau organisasi khususnya perempuan agar mampu menginspirasi dalam inklusi dengan baik. Tidak membutuhkan hal-hal besar, kita bisa melakukannya sesuai kemampuan kita dalam bertindak.

Kita juga bisa melakukannya bersama kelompok terdekat. Ketika setiap orang memulai untuk hal ini, kita akan membentuk collective action yang baik. Misal kita dapat memulai dengan meningkatkan sensitifitas kita pada kelompok-kelompok rentan, membongkar nilai-nilai yang tidak berperspektif keadilan dan melemahkan salah satu kelompok saja. Mulai membangun penerimaan-penerimaan terhadap perbedaan yang berlandaskan pada setiap individu memiliki kesamaan hak.

Kalau sudah begitu, siapkah kita menginspirasi dalam inklusi? Saya rasa jawaban yang yang pas adalah “siap”. Tinggal kita mulai saja. Dan pada IWD 2024 nanti, kita rayakan bersama-sama bagaimana kita menjadi inspirasi bagi sesama dan orang lain juga menginspirasi kita dalam membangun social inclusion. Yang terpenting, kita memiliki komitmen baik untuk membangun kesetaraan perempuan dan keadilan sosial bersama-sama. Selamat merayakan #InspireInclusion. []

 

Tags: Inklusiinspire inclusionIWD 2024social justicewomen equity
Alfiatul Khairiyah

Alfiatul Khairiyah

Founder Pesantren Perempuan dan Mahasiswa Sosiologi Universitas Gadjah Mada

Terkait Posts

Memahami Disabilitas

Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

23 Mei 2025
Buku Disabilitas

“Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

22 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version