• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Menyambut Malam Nuzulul Qur’an dengan Tradisi Obor Keliling

Tradisi obor keliling juga menjadi salah satu sarana bagi warga Kedungsana untuk mempererat tali persaudaraan. Karena lewat tradisi ini, kami bisa sama-sama saling bertemu dan berdialog

Najlah Humaidah Najlah Humaidah
29/03/2024
in Personal
0
Nuzulul Qur'an

Nuzulul Qur'an

706
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bulan Ramadan merupakan bulan penuh kemuliaan dan keberkahan, oleh karena itu umat Muslim akan menyambut kedatangannya dengan suka cita. Di bulan Ramadan juga terdapat malam yang sangat mulia, yaitu malam Nuzulul Qur’an.

Nuzulul Qur’an merupakan malam diturunkannya wahyu pertama pada Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, untuk merayakannya, masyarakat Indonesia biasanya mengadakan pawai obor.

Pawai obor adalah iring-iringan sekelompok orang yang dilakukan dengan berkeliling kampung sambil membawa obor yang terbuat dari bambu.

Potret ini juga yang terjadi di kampungku, di Kedungsana, Plumbon, Cirebon. Di sana, setiap menyambut malam Nuzulul Qur’an semua warga akan gotong royong menyiapkan bambu untuk dijadikan obor.

Kemudian setelah itu seluruh warga Plumbon, khususnya warga kampung Kedungsana, akan berbondong-bondong ikut jalan kaki sambil membawa obor menuju balai desa. Biasanya arak-arakan ini diiringi gema sholawat, puji-pujian dan pukulan rebana maupun bedug yang saling bersautan.

Baca Juga:

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

Refleksi Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab: Apakah Perempuan Tak Boleh Keluar Malam?

Tana Barambon Ambip: Tradisi yang Mengancam Nyawa Ibu dan Bayi di Pedalaman Merauke

Filosofi Bunga Telur, Tradisi Suku Melayu di Kalimantan Barat

Sesampainya di balan desa, beberapa dari mereka akan melakukan atraksi berupa bola api dan sembur api (menyeburkan api dari mulut dengan bantuan minyak tanah dan obor).

Bagi kami tradisi obor keliling ini sangat unik dan menarik. Karena dalam tradisi ini dilakukan beramai-ramai dengan berkeliling dari mulai gang-gang kecil menuju ke balai desa, baik dari kalangan anak-anak, remaja. Bahkan orang tua sekalipun, semuanya ikut berkontribusi dalam memeriahkan tradisi ini.

Di sisi lain, tradisi obor keliling juga menjadi salah satu sarana bagi warga Kedungsana untuk mempererat tali persaudaraan. Karena lewat tradisi ini, kami bisa sama-sama saling bertemu, berdialog dan juga memeriahkan malam Nuzulul Qur’an. Sehingga relasi kami dengan sesama warga Kedungsana semakin erat dan harmonis.

Makna Tradisi Obor Keliling

Melansir dari medcom.id, pawai obor atau obor keliling mempunyai berbagai makna, di antaranya ialah:

Pertama, simbol cahaya. Api dalam obor melambangkan sebuah cahaya yang menerangi jalan untuk menuju kehidupan manusia. Di sisi lain, obor juga bermakna sebagai petunjuk serta arahan dalam menjalani kehidupan yang lebih baik.

Kedua, rasa syukur dan harapan. Obor keliling merupakan wujud rasa syukur dan harapan umat Islam dalam menyambut Nuzulul Qur’an.

Ketiga, menjalin kebersamaan. Obor keliling tidak dilakukan sendiri, melainkan bersama-sama. Orang-orang yang mengikuti kegiatan ini akan berjalan secara beriringan. Hal tersebut tentunya bisa menjadi salah satu cara mempererat kebersamaan antar umat muslim, bahkan seluruh masyarakat.Tradisi ini juga dapat mengajarkan nilai-nilai lainnya, seperti solidaritas, saling mendukung, dan persatuan.

Tentu saja filosofi ini sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat, termasuk warga Kedungsana, Plumbon Cirebon.

Keempat, memperkuat identitas Islam. Dengan melakukan tradisi obor keliling dapat menjadi salah satu cara kita dalam menyebarkan nilai-nilai dan ajaran Islam.

Kelima, menghormati sejarah. Malam Nuzulul Qur’an merupakan salah satu malam yang penuh sejarah, karena di malam ini pertama kali Allah menurutkan wahyunya pada Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu mengingat dan memeriahkan malam ini, termasuk pada salah satu cara kita menjaga sejarah dalam Islam.

Melihat makna dari tradisi obor keliling ini, aku kira menjadi wajib bagi kita untuk terus melestarikan tradisi tersebut. Karena selain untuk hiburan warga sekitar, tradisi ini juga mempunyai makna yang mendalam. Di antaranya ialah gotong royong, solidaritas, mempererat tali perssaudaraan dan juga melestarikan sejarah Islam.

Dengan begitu, jika di kampungmu masih ada tradisi-tradisi semacam obor keliling, yuk kita jaga bareng-bareng supaya tetap ada. Sehingga nilai-nilai dan ajaran Islam bisa kita sebarkan bukan hanya lewat ritual ibadah saja, tetapi juga melalui pendekatan tradisi. []

Tags: malammenyambutNuzulul QuranPawai OborTradisi
Najlah Humaidah

Najlah Humaidah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon

Terkait Posts

Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Life After Graduated

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

10 Juli 2025
Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan
  • Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID