• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Menyambut Pesta Politik 2024 Dengan Meneladani Sikap Demokratis Gus Dur

Sikap demokratis Gus Dur menilai bahwa sikap perdamaian atau toleransi harus lahir dari setiap elemen masyarakat

Umi Barokah Umi Barokah
14/10/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Sikap Demokratis Gus Dur

Sikap Demokratis Gus Dur

872
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Demokrasi dalam konteks kebangsaan merupakan sebuah persoalan yang harus dijawab. Karena sebagai sebuah upaya dalam mencari bentuk kenegaraan lebih pasti dan memberi tempat kepada agama dan tidak membunuh agama yang lain.

Meneladani sikap demokratis Gus Dur  dalam menyambut tahun politik 2024 merupakan  sebuah upaya mempersatukan beragam arah dari kekuatan-kekuatan bangsa. Ia mengubah keterceraiberaian dari beragam kelompok sehingga dapat berjalan beriringan menuju arah kedewasaan.

Dalam agama Islam, Allah menciptakan adanya perbedaan dan keberagaman untuk saling mengenal antara satu dengan yang lainnya. Sebagaimana dalam al-Qur’an Surah Al-Hujurat:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.

Baca Juga:

Two State Solution: Solusi Perdamaian bagi Palestina-Israel atau Tantangan Integritas Nasional Terhadap Pancasila?

Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

KB dan Politik Negara

Humor Kritis di Layar Televisi: Menjaga Ruang Demokrasi

Lima Nilai Demokrasi Gus Dur

Lima nilai demokratis dengan mengutip “Kaji Ulang Konsep Hubungan Islam Dan Demokrasi” oleh Ahmad Ali Nurdin, menyebutkan bahwa setidaknya dalam demokrasi sendiri harus memuat lima nilai. Pertama, toleransi, ialah sebuah sikap menghargai dan menjunjung tinggi pendapat orang lain. Baik dalam hak berpendapat, tatacara beragama, dsb. Kedua, pengendalian diri, karena hal ini sangat dibutuhkan dalam sebuah sistem demokrasi, sehingga kebebasan setiap individu tidak dapat merugikan kebebasan orang lain.

Ketiga, menjaga martabat manusia. Maksudnya, tidak ada sikap saling menghina, merendahkan, ataupun menjatuhkan antara satu dengan yang lainnya. Keempat, percaya diri, karena tiap-tiap individu masyarakat mempunyai hak yang setara. Kelima, mentaati peraturan yang menjadi tanggung jawab bersama. Sehingga dapat terciptanya negara yang tertib dan sejahtera.

Mengenal sosok KH. Abdurrahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur, adalah seorang pemimpin yang memiliki kharismatik. Perjalanan hidupnya yang sulit kita lupakan . Gusdur Lahir pada  7 September 1940 di Denayar Jombang. Putra pertama dari enam bersaudara pasangan KH. Wahid Hasyim dan Hj. Solehah.

Penganalogian Gus Dur ibarat lembaran buku yang tidak akan pernah habis kita baca. Individu yang berwibawa dengan kepribadian tanpa sedikitpun muncul jiwa diskriminasi terhadap manusia baik dari warna kulit, perbedaan etnis atau kesukuan.

Memandang Sikap Demokratis Gus Dur

Memandang sikap demokratis Gus Dur, ia beranggapan bahwa mustahil dapat tercapainya demokrasi yang ideal. Jika tanpa adanya korelasi antara pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dengan rakyat. Begitupula untuk terwujudnya sistem pemerintahan yang baik, harus berlandas dengan sikap moralitas yang tinggi dari kedua belah pihak tersebut.

Di negara Indonesia khususnya,  sistem demokratis bangsa saat ini masih belum bisa berdiri dengan tegak dan kokoh. Karena disebabkan para pemegang kekuasaan yang masih belum bisa menjalankan seluruh peraturan. hal ini dibuktikan dengan maraknya orang-orang yang duduk di kursi petinggi terjerat kasus-kasus korupsi.

Dengan demikian, masih banyak PR yang harus diselesaikan bagi setiap individu baik dari kalangan penguasa maupun rakyat biasa dalam upaya menyempurnakan sistem demokrasi bangsa ini yakni dengan cara menumbuhkan moralitas yang melibatkan penguasa dalam mengatasi penderitaan rakyat kelas bawah khususnya.

Gus Dur Mengutamakan Musyawarah

Gus Dur mengutamakan musyawarah dalam berwarga negara. Tidak sedikit terjadinya pertentangan antar golongan baik yang disebabkan oleh perbedaan agama, organisasi, komunitas, partai, maupun perbedaan-perbedaan lainnya. Adanya kontraversi tersebut tentu saja dapat mengganggu stabilitas demokrasi.

Sikap demokratis Gus Dur menilai bahwa sikap perdamaian atau toleransi harus lahir dari setiap elemen masyarakat. Karena adanya perbedaan bukan berarti sebagai pemicu peperangan. Melainkan sebagai penghubung untuk mengenal satu sama lain.

Lebih rinci, Gus Dur memaparkan bahwa agama islam tidak pernah mendoktrin terkait negara. terdapat tiga komponen penting yang harus dimiliki negara menurut Gus Dur. Meliputi: mengutamakan permusyawaratan, menegakkan keadilan, serta adanya jaminan kebebasan bagi rakyat.

Beberapa hal sikap demokratis Gus Dur yakni tidak pernah membeda-bedakan seorang individu. Baik dari latar belakangnya, aspek agama, politik, suku, partai, ormas, maupun atribut-atribut lainnya. Karena fokus perhatian bagi sosok Gus Dur adalah manusia dan kemanusiaan itu sendiri.

Menurut Gus Dur, adanya perbedaan dari sudut apapun merupakan suatu keniscayaan. Sedangkan tugas sebagi manusia adalah mensyukuri, menghargai, serta menikmati perbedaan. Hal tersebut sebagai bentuk berkah bukan sebuah musibah. Sifat mencintai manusia terus mengalir dalam darah Gus Dur, bahkan setelah ia turun dari kursi presiden.

Penghargaan Terhadap Gus Dur

Gus Dur merupakan salah satu dari sedikit ulama ataupun tokoh nasional yang dikenal konsisten dalam memperjuangkan demokrasi dan toleransi beragama. Karena sikap konsisten tersebut, mengantarnya mendapat banyak penghormatan serta penghargaan baik dari dalam maupun dari luar negeri.

Penghargaan yang ia peroleh atas konsisten memperjuangkan demokrasi dan toleransi umat beragama seperti Frist Freedom Center pada tahun 2010 sebagai wujud apresiasi karena gigih dalam mengupayakan kebebasan berpikir dan penegakkan HAM bagi semua keyakinan, tradisi, maupun agama.

Dengan melihat catatan perjalanan presiden Indonesia ke-4 tersebut, maka bukankah sebaiknya kita sebagai warga Indonesia meneladani sosoknya yang demokratis. Jiwa demokratis sebagai warga negara sudah seharusnya tertanam kokoh pada masing-masing individu dalam menyambut pesta politik tahun 2024. []

 

Tags: demokrasigus durPemikiran Gus DurPemilu 2024politik
Umi Barokah

Umi Barokah

Alumni Magister Pengkajian Islam UIN Syarif Hidayatullah. Hobi menulis seputar Gender dan Sastra Arab

Terkait Posts

Pacaran

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

30 Juni 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Pisangan Ciputat

Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

30 Juni 2025
Kesetaraan Disabilitas

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

30 Juni 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Feminisme di Indonesia

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID