• Login
  • Register
Jumat, 31 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Menyoal Feminisme pada RUU PKS

Feminisme tidak untuk membuat perempuan selalu mengungguli laki-laki, gerakan ini menginginkan kesetaraan untuk melawan segala bentuk ketidakadilan gender

Sulma Samkhaty Maghfiroh Sulma Samkhaty Maghfiroh
06/08/2021
in Publik, Rekomendasi
0
RUU PKS

RUU PKS

215
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dari sebuah forum diskusi virtual, aku mendengar bahwa salah satu yang menjadi batu terjal penghambat sahnya RUU PKS adalah stigma negatif pada feminisme. Feminisme disinyalir sebagai sebuah produk liberal buatan dunia barat yang sekuler. Feminisme dianggap sebagai propaganda perempuan dalam menghancurkan tatanan rumah tangga yang sudah ada, menghancurkan harga diri laki-laki, memunculkan kesewenangan perempuan, hingga perempuan mengingkari kewajiban dan kodratnya sebagai perempuan.

Stigma negatif feminisme inilah yang digiring untuk menghambat proses pengesahan RUU PKS. Menjadi tidak mengherankan bila hal ini terjadi, mengingat budaya patriarki sudah terlanjur dianggap final. Di mana laki-laki selalu dinisbahkan sebagai kepala keluarga, perempuan dianggap manusia kelas dua setelah laki-laki, pekerjaan domestik adalah mutlak kewajiban perempuan, dan menjadi mesin reproduksi penghasil anak, pengasuh dan pendidik adalah kodrat perempuan.

Jika menilik definisi feminisme sebagai serangkaian gerakan sosial, politik, dan ideologi yang memiliki tujuan yang sama, yakni untuk mendefinisikan, membangun, dan mencapai kesetaraan gender di lingkup ekonomi, sosial, politik, dan pribadi. Maka benar adanya jika feminisme menjadi inspirasi di balik munculnya RUU PKS.

Karena sejatinya, feminisme merupakan kesadaran akan adanya realitas ketidakadilan dan kekerasan yang menimpa perempuan, yang kemudian menggerakkan kerja-kerja kultural dan struktural bagaimana agar perempuan tidak lagi menjadi korban kekerasan, melainkan hidup sebagai manusia yang bermartabat, diperlakukan secara manusiawi, dan adil gender.

Lantas, pertanyaan yang bermunculan adalah apakah feminisme yang masuk dalam sendi RUU PKS sudah sejalan dengan ajaran agama Islam? Pertanyaan ini sangat wajar terjadi, mengingat bagaimana interpretasi ayat Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah seringkali dimunculkan dengan irama bias gender yang seakan membuat patriarki makin dirasa settled dan final. Inilah mengapa pada akhirnya Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) merilis buku saku “Tanya Jawab Seputar RUUPKS” untuk menjawab pertanyaan seputar RUU PKS dalam bingkai keagamaan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Hikmah Walimah Pernikahan Dalam Islam
  • Hikmah Puasa dalam Psikologi dan Medis: Gagalnya Memaknai Arti Puasa
  • Goethe Belajar Islam
  • Membangun Kasih Sayang Dalam Relasi Laki-laki dan Perempuan Ala Islam

Baca Juga:

Hikmah Walimah Pernikahan Dalam Islam

Hikmah Puasa dalam Psikologi dan Medis: Gagalnya Memaknai Arti Puasa

Goethe Belajar Islam

Membangun Kasih Sayang Dalam Relasi Laki-laki dan Perempuan Ala Islam

Semangat feminisme sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Risalah Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, membawa dan menyempurnakan akhlak mulia, serta membebaskan manusia dari belenggu-belenggu kemusyrikan, perbudakan, dan ketidakadilan sosial.

Dan kasus kekerasan terhadap perempuan yang masih terjadi hingga hari ini, sangat membutuhkan aksi keberpihakan terhadap perempuan sebagai korban melalui upaya pendampingan dan perlindungan. Inilah substansi feminisme yang menjadi dasar urgensi pengesahan RUU PKS.

Kasus ketika laki-laki meyakini bahwa akad nikah sama halnya akad jual beli, sehingga suami merasa kepemilikannya atas perempuan layaknya kepemilikan atas benda, sehingga tidak perlu melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan apapun, meski terkait pada diri perempuan.

Dan ketika laki-laki menemukan perempuan berdaya, pintar, dan banyak kiprah di ruang publik lantas menjadikannya ancaman bagi laki-laki karena dinilai akan berpotensi melakukan kesewenangan berupa pembangkangan dan ketidaktaatan kepada laki-laki. Juga saat perempuan tidak mempunyai hak kontrol atas reproduksi dirinya, sehingga proses mengandung keturunan diatur sepenuhnya oleh laki-laki.

Bahkan tidak hanya berhenti sampai di situ, tugas domestik hingga pengasuhan dan pendidikan anak menjadi kewajiban perempuan secara mutlak. Bukankah kesemuanya ini merupakan bentuk kekerasan dan kezaliman terhadap perempuan. Saat itulah perempuan yang menjadi korban kekerasan, dengan pelaku yang memiliki relasi dekat dengannya.

Di sinilah RUU PKS diharapkan dapat hadir dan memberikan keadilan bagi korbannya. Untuk memastikan kehidupan perempuan bermartabat secara sosial, diperlakukan secara manusiawi, adil, dan memperoleh kebaikan-kebaikan hidup dengan terbebas dari segala bentuk kezaliman, ketidakadilan dan kekerasan.

Feminisme yang menjadi inspirasi RUU PKS, meski memiliki bermacam bentuk, seperti feminisme radikal, liberal, sosialis, etnis, dan lain sebagainya, semuanya memiliki dasar yang sama, yaitu selalu berdasarkan pengalaman perempuan dan aktivisme perempuan. Bahkan saat ini, geliat feminisme Islam sudah banyak bermunculan, masih dengan dasar yang sama layaknya feminisme yang lainnya, namun menempatkan worldview Islam sebagai cara pandangnya.

Menurutku tidak ada yang salah dengan feminisme yang menjadi inspirasi kemunculan RUU PKS, yang salah adalah anggapan bahwa budaya patriarki sebagai bentuk final dari tatanan ideal sebuah kehidupan bermasyarakat. Feminisme tidak membenci laki-laki, mereka hanya membenci kesewenangan laki-laki. Feminisme tidak untuk membuat perempuan selalu mengungguli laki-laki, gerakan ini menginginkan kesetaraan untuk melawan segala bentuk ketidakadilan gender.

Feminisme tidak untuk membuat perempuan melupakan kodratnya, yakni mengandung, melahirkan, menyusui, mereka hanya menginginkan pengalaman biologisnya tidak makin diperparah dengan tugas domestik yang bias gender. Dan hanya dengan RUU PKS lah, para perempuan mendapatkan payung hukum yang jelas dalam memperjuangkan hak-hak dan keadilannya. []

 

 

Tags: Feminis MuslimfeminismeGenderIndonesiaislamkeadilanKesetaraanRUU PKSSahkan RUU PKS
Sulma Samkhaty Maghfiroh

Sulma Samkhaty Maghfiroh

Penulis Merupakan Anggota Komunitas Puan Menulis, dan berasal dari Ungaran Jawa Tengah

Terkait Posts

Konsep Ekoteologi

Konsep Ekoteologi; Upaya Pelestarian Alam

30 Maret 2023
Kontroversi Gus Dur

Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu

30 Maret 2023
Kasih Sayang Islam

Membangun Kasih Sayang Dalam Relasi Laki-laki dan Perempuan Ala Islam

29 Maret 2023
Ruang Anak Muda

Berikan Ruang Anak Muda Dalam Membangun Kotanya

29 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

28 Maret 2023
Tradisi di Bulan Ramadan

Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

28 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hikmah Puasa

    Hikmah Puasa dalam Psikologi dan Medis: Gagalnya Memaknai Arti Puasa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Goethe Belajar Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hikmah Walimah Pernikahan Dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bulan Puasa: Menahan Nafsu Atau Justru Memicu Food Waste?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Dalam Al-Qur’an, Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Bekerja
  • Konsep Ekoteologi; Upaya Pelestarian Alam
  • Nafkah Keluarga Bisa dari Harta Istri dan Suami
  • Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu
  • Hikmah Walimah Pernikahan Dalam Islam

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist