• Login
  • Register
Sabtu, 10 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Merebut Tafsir; Eling lan Waspodo

Lies Marcoes Natsir Lies Marcoes Natsir
16/03/2020
in Aktual
0
29
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Satu hal yang dipesankan untuk mengindari penyebaran covid 19 ( corona) adalah mengubah kebiasaan sehari-hari. Namanya kebiasaan, sesuatu pekerjaan yang dilakukan tanpa dipikirkan lagi atau di luar kesadaran. Kebiasaan umumnya menyangkut hal-hal yang dianggap sepele.

Sering juga terkait dengan hal yang bersifat pribadi. Ada dua jenis kebiasaan; kebiasaan baik dan buruk. Untuk mengubahkan harus ada disiplin yang terus menerus digerakkan oleh kesadaran yang “eling lan waspodo”. Eling lan waspodo adalah ungkapan spiritual dalam bahasa Jawa/ Kebatinan yang menurut saya sulit ditemui padanannya dalam bahasa agama samawi. Ini terkait dengan kebiasaan yang harus dilakuka dengan penuh kesadaran.

Virus corona telah memaksa kita untuk memikirkan ulang kebiasaan dengan kesadaran sepenuhnya atau eling lan waspodo itu. Sepertinya gampang. Tapi ketika dilakukan, ini benar-benar membuat kita seperti orang parno parah. Bayangkan, suatu pagi, sejak pagi kita sudah dituntut untuk mengupayakan memutus rantai corona dengan membatasi sentuhan fisik terutama dengan “orang asing” yang tak tahu riwayatnya dalam minggu-minggu terakhir.

Pagi- pagi saya beli roti dari tukang roti langganan. Saya serahkan uang saya terima uang kembalian dan roti. Tangan saya tak bersentuan dengan si abang, tapi saya menyentuh roti yang dia pegang, dan uang kembalian. Sadar akan hal itu, segera saya cuci tangan dengan sabun dan dalam air yang mengalir. Beres.

Lalu ART datang minta uang untuk tukar galon air. Saya meminta dia mengambil uang dari laci uang belanja harian. Saya pikir OK saya aman tak menyentuh uang dalam laci yang entah sejak kapan sudah disentuh oleh berapa ribu tangan orang. Namun karena transaksi dengan uang itu dilakukan oleh ART, saya buru-buru meminta dia untuk cuci tangan dengan sabun karena dia akan melakukan pekerjaan lain yang terhubung dengan saya.

Baca Juga:

Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

Agak siang pak RT datang menyerahkan daftar kegiatan sepanjang ramadan. Sudah lama muncul kebiasaan untuk tak salaman langsung karena bukan muhrim, jadi kami salaman dengan sikap “namaste”. Tapi saya toh menyentuh kertas darinya.

Saya pikir sudah berapa tangan yang menyentuhnya: tukang foto copy, asisten RT bagian keamanan, dan tangan Pak RT sendiri. Setelah beliau pamit, saya ke kamar mau melanjutkan kerja, tiba-tiba teringat barusan habis menyentuh benda yang mungkin telah disenutuh banyak tangan.

Di dekat laptop saya sediakan sanitizer dan terus menerus mengingatkan diri untuk tak menyentuh muka. Wuaah sungguh susah! Menulis itu proses berpikir, saya biasa menyentuh bibir, hidung, ujung mata, jidat dan menopang dagu kala mencari-cari kalimat yang tepat.

Menjelang siang anak perempuan saya datang. Tentu ritualnya harus berubah, tak cipika cipiki apalagi memeluknya. Dia habis antar anaknya ke sekolah dan mengantarkan buku-buku pesanan teman-temannya yang kemarin dia beli dari pameran buku di Bintaro.

Setelah dia cuci tangan dan ganti baju bersih kami baru saling mendekat melihat-lihat buku baru koleksinya. Sebelumnya saya pesan nasi Padang lengkap yang dibungkus daun pisang. Kami pun siap makan bersama , eit.. tidak boleh pakai sendok yang sama dan gak boleh “pacorok”, memakan satu bungkus berdua. Jadilah kami pisahkan dulu nasi Padang kepul-kepul itu sebelum kami makan.

Demikianlah seharian, kita berhadapan dengan sebuah tindakan yang semula sama sekali tak lagi perlu dipikirkan sekarang harus dipikirkan ulang , detik per detik dengan eling lan waspodo. Sangat melelahkan, memang. Tapi itulah yang harus kita lakukan.

Mengubah kebiasaan yang semula sama sekali tak terpikiran menjadi mata rantai penularan virus. Kesadaran penuh diperlukan karena kita seperti berhadapan dengan hantu, mereka bisa lihat kita, kita tak dapat melihat mereka. Hanya kesadaran penuh, benar-benar penuh atau eling lan waspodo yang dapat memutus mata rantai itu. Tapi ini memang sebuh pilihan sadar untuk tetap hati-hati dan waspada, tak hanya satu dua jam, tapi satu dua hari dan berhari-hari untuk terus eling lan waspodo.

Ini baru eling lan waspodo untuk menghadapi seekor virus yang kita duga terus mengintip. Sebagai manusia, masing-masing kita niscaya telah diingatkan oleh keyakinan masing-masing untuk setiap detik “eling lan waspodo” bahwa apapun perbuatan kita akan menghasilkan amal perbuatan.

Amal itu hanya dua akibatnya baik atau buruk. Virus ini mungkin sebuah dampak dari perbuatan manusia yang kehilangan kesadarannya untuk eling lan waspodo; yaitu ketika mansia merasa paling kuasa untuk mengatur dan mengendalikan alam semesta tanpa tanggung jawab tanpa dilandasi oleh sikap spiriualitas eling lan waspodo. []

Lies Marcoes Natsir

Lies Marcoes Natsir

Peneliti senior pada Kreasi Prasasti Perdamaian. Bisa dihubungi melalui [email protected]

Terkait Posts

Media

Media Punya Peran Strategis dalam Mencegah Konflik Akibat Tidak Dipenuhinya Hak Keberagamaan

26 April 2025
Perempuan bukan Tamu di Ruang Publik

Perempuan Bukan Tamu di Ruang Publik

1 April 2025
Makhluk Intelektual

Laki-laki dan Perempuan adalah Makhluk Intelektual dan Spiritual

1 April 2025
Perempuan bisa menjadi Pemimpin

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Tafsir QS. An-Nisa Ayat 34 dalam Perspektif Keadilan Hakiki Islam

1 April 2025
Khalifah fil Ardl

Perempuan Memiliki Mandat sebagai Khalifah Fil Ardl

29 Maret 2025
Takwa

Kemuliaan Manusia Hanya Ditentukan oleh Takwa

29 Maret 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Kesaksian Perempuan

    Kritik Syaikh Al-Ghazali atas Diskriminasi Kesaksian Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Saksi Perempuan Menurut Abu Hanifah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama
  • Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro
  • Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?
  • Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai
  • Aurat dalam Islam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version