Mubadalah.id – Pada 21 Agustus 2019, selama 3 hari 2 malam bersama kawan-kawan dari Malaysia dan Indonesia, atas anjuran ihsan SIS. Kami mempelajari sebuah wacana al-Quran dan gender dari dua orang Guru yang alim dan humble dari Indonesia.
Pertama adalah Kiyai Dr Faqih Abdul Kodir, alim Usul Fiqh dan seorang Ulama Feminis, antara gurunya Kiyai Haji Ibnu Ubaidillah & Kiyai Haji Husein Muhammad, dan waktu di Syria gurunya adalah Syaikh Ramadhan al-Buti, Syaikh Wahbah al-Zuhaili dan selalu mengikuti zikir dan pengajian Khalifah Tarikat Naqsyahbandiyah, Syaikh Ahmad Kaftaro. Beliau mensyarahkan metodologi tafsir Mubadalah atau bukunya Qiraah Mubadalah.
Kedua adalah Ustazah Dr Nur Rofiah, alim bahasa Arab dan Tafsir Quran, lulusan Turki, Ankara. Beliau mensyarahkan metodologi Keadilan Hakiki, yang melihat al-Quran berperspektif Gender.
Kedua metodologi di atas walau menggunakan nama yang berbeda seperti Mubadalah dan Keadilan Hakiki tetapi matlamatnya satu, adalah untuk melawan wacana atau perspektif yang otoriter dan patriarkis, seksis dan misoginis dalam tafsiran dan pemahaman agama Islam, dan menuju kepada kesetaraan dan keadilan, insyaallah.
Integrasi Quran dan perspektif gender adalah penting memandangkan ianya bukan sekadar permainan teori tetapi adalah sebuah senjata untuk melawan realiti atau realitas dimana tiap wacana, dan kes-kes yang real berlaku sering terjadi kerana masalah dari pemahaman terhadapa teks yang otoriter dan patriarkis, maka, terjadilah pelbagai masalah yang dihadapi kaum Muslim khususnya, seperti pembunuhan, perdagangan manusia (yang menjadi mangsa sering kali adalah wanita dan anak kecil), rogol, pencabulan, pecah amanah, khianat, despotisme, korupsi dan fasisme.
Dalam memberi pandangan (fatwa), mentafsir dan memahami al-Quran tanpa semberono dan seleweng, Allamah Syaikh Dr Khaled Abou El Fadl, memberikan 5 syarat. Pertama adalah Self-Restraint, Diligence, Comprehensiveness, Reasonableness & Honesty.
Kelima syarat itu diperlukan sebagai acuan kajian dan parameter untuk menguji sahih pemaknaan teks dengan secara moral dan ethical, sebagaimana kata Syaikh Dr Khaled, “Moderates (Muslim) read the Quran as having illustrated an ethical and moral methodology on how to deal with situations that at one time were abusive and dismissive toward women.”
Buku Qiraah Mubadalah, dan syarahan Keadilan Hakiki sebenarnya mempunyai ciri-ciri dan syarat-syarat yang dinyatakan Syaikh Dr Khaled ini, maka adalah penting metodologi ini difahamkan, di advokasi dan di amalkan atau aplikasikan sebagai senjata untuk melawan tafsiran yang konservatif serta puritan. Allahualam. []