Mubadalah.id – Mewujudkan keluarga maslahah merupakan hal yang sangat penting. Karena keluarga maslahah akan menciptakan kesejahteraan dan ketenangan jiwa setiap anggotanya. Demikian pula keluarga sebagai unsur organisasi terkecil yang menopang kehidupan berbangsa, tidak akan kuat, jika pribadi-pribadi yang ada dalam rumah tangga tidak saling menguatkan dan tidak mampu menghadirkan kemaslahatan bersama.
Kemaslahatan keluarga (mashalihul usrah) merupakan konsep keluarga yang para anggotanya menjalankan kehidupan sesuai pokok ajaran Islam dan bisa menghadirkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarga. Di satu sisi juga mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki sehingga bisa memberikan kemaslahatan yang lebih luas dalam kehidupan umat Islam, bangsa Indonesia dan peradaban dunia.
Ada beberapa pilar untuk membentuk keluarga yang membawa kemaslahatan sebagaimana tercermin dalam prinsip-prinsip yang ada dalam al-Quran dan hadis.
Suami-istri yang saleh
Suami dan istri yang saleh adalah pondasi utama dari keluarga yang harmonis. Keduanya harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak dan lingkungan mereka, serta menjaga hubungan mereka berdasarkan prinsip-prinsip Islam.
Sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan di antara tanda-tanda-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum [30]: 21)
Ayat ini menunjukkan pentingnya keharmonisan dalam hubungan suami-istri yang berdasarkan rasa kasih sayang dan prinsip kesalingan. Mereka selalu berusaha menjaga hubungan yang sehat, saling menghormati, mendukung, menguatkan, dan saling memberi, mengisi, serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga tidak hanya berusaha memenuhi kebutuhan material, tetapi juga menjaga kualitas spiritual dan moral.
Prinsip dasar tersebut kita yakini dapat menjadi solusi atas berbagai permasalahan dalam kehidupan berkeluarga. Khususnya dalam hal relasi suami-istri. Tidak terciptanya komunikasi yang asertif antara pasangan, kerap berujung pada kesalahpahaman.
Perempuan kerap merasa bahwa ruang lingkupnya terbatas pada tugas domestik. Sementara suami merasa terancam kehilangan derajat maskulinitasnya jika terlibat dalam peran domestik. Hal ini menunjukkan pentingnya prinsip-prinsip tersebut untuk menciptakan harmoni dan saling mendukung.
Anak-anak yang Baik
Sedangkan untuk anak-anak yang baik, dalam arti berakhlak mulia, sehat baik secara fisik maupun spiritual, serta produktif dan kreatif, adalah harapan bagi setiap keluarga. Di mana anak-anak yang kita didik dengan baik akan tumbuh menjadi individu yang mandiri, tidak menjadi beban bagi keluarga atau masyarakat, serta mampu berkontribusi positif.
Al-Quran mengajarkan pentingnya mendidik anak-anak dengan nilai-nilai agama. Tujuannya agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas dan bermanfaat. Teladan ini telah dicontohkan oleh Luqman yang dalam setiap kesempatan selalu hadir untuk mendidik anak-anaknya.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu dia memberi pelajaran kepadanya: ‘Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kedurhakaan yang besar.’ Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dengan susah payah yang bertambah-tambah.” (QS. Luqman [31]: 13-14)
Relasi Pergaulan yang Baik
Pergaulan yang baik dalam keluarga mencakup hubungan yang harmonis dengan anggota keluarga, lingkungan sekitar, seperti tetangga, masyarakat, dan kolega. Dalam hal ini, keluarga yang baik adalah keluarga yang mampu menjaga hubungan sosial yang sehat, tanpa mengorbankan prinsip hidup dan keyakinan agama.
Berkaitan dengan pergaulan sesama anggota keluarga, khususnya relasi suami-istri. Mengutip dari Bu Nyai Nur Rofiah menekankan bahwa relasi pergaulan harus berdasar pada tauhid. Artinya idak boleh ada relasi penghambaan antara satu pihak dengan pihak yang lain karena perkawinan dalam Islam itu bukan melunturkan tapi menguatkan.
Dalam al-Quran sendiri, telah termaktub banyak ajaran yang menekankan pentingnya menjalin hubungan yang baik dengan sesama, termasuk dengan tetangga dan masyarakat sebagaimana dalam surat an-Nisa’ ayat 36.
Rasulullah memberikan predikat orang terbaik ialah ia yang memiliki relasi pergaulan baik kepada keluarganya, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku” (HR. Tirmidzi)
Kecukupan Rezeki (Sandang, Pangan, dan Papan)
Keluarga yang berkecukupan bukan berarti kaya raya, tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup, seperti sandang, pangan, dan papan. Rezeki yang cukup juga mencakup kemampuan untuk membiayai pendidikan dan kebutuhan ibadah. Islam mengajarkan bahwa kesejahteraan materi bukan hanya diukur dari kekayaan, tetapi dari kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang halal dan berkah.
Sebagaimana dalam surat at-Talaq ayat 7, Allah berfiriman:
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah sesuai dengan kemampuannya; dan siapa yang disempitkan rezekinya, maka hendaklah ia memberi nafkah dari apa yang diberikan Allah kepadanya.”
Rasulullah juga telah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Jabir bin Abdillah bahwa beliau saw menegaskan wajib bagi suami memberikan nafkah kepada istri dan larangan menelantarkan istri dan keluarganya karena akan mengakibatkan fatal. (HR. Muslim)
Ayat dan hadits di atas mengajarkan pentingnya mencukupi kebutuhan keluarga dengan cara yang baik dan sesuai dengan kemampuan, serta tidak memberatkan diri dengan kehidupan yang melebihi kapasitas. Sebab keluarga yang memiliki kestabilan finansial akan lebih mudah menjaga keharmonisan dan fokus pada aspek spiritual. Wallah musta’an. []