• Login
  • Register
Minggu, 14 Agustus 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Ngobrol Asik: Karena Setiap Penulis Punya Cerita dan Gaya

Setiap proses para penulis itu berbeda, bagaimana mereka merasakan kegelisahan, menemukan ruang dalam dirinya, dan menuliskannya menjadi sebuah bahasa yang bisa dipahami oleh lebih banyak orang.

Zahra Amin Zahra Amin
22/06/2021
in Pernak-pernik
0
Penulis

Penulis

81
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Acara Ngobrol Asik bersama Penulis Mubadalah, yang disingkat Ngobras, akan mulai digelar malam nanti, dengan penampilan perdana kontributor mubadalah.id Miftahul Huda, seorang aktivis lingkungan dari Jogjakarta. Disusul malam-malam berikutnya ada Mbak Dyah Murwaningrum, Retno Daru, Lutfiana Mayasari, Mbak Listia, Hasna A Fadhilah, Rizki Eka Kurniawan dan terakhir Lenni Lestari.

Sebagai orang yang berada di belakang layar mubadalah.id dalam satu setengah tahun terakhir ini, saya membaca setiap tulisan yang masuk, melihat latar belakang penulisnya, dan melihat konsistensi tema yang dituliskan. Ketika ada tulisan yang bagus, menarik, menggigit, dan menyentuh hati, saya seperti habis menang lotre dan mendapatkan banyak hadiah. Hehehe..

Terlebih jika kemudian tulisan ini berbuah infografis yang menarik pula di IG Mubadalah, dan mendapat apresiasi dari para salingers. (Sebutan untuk para jama’ah mubadalah, yang diambil dari kata “Saling/Kesalingan”). Kerjasama yang baik ini, penulis, media, editor, konten creator dan admin media sosial, menjadi motivasi saya untuk memperkenalkan para penulis ini ke panggung kepenulisan nasional, dengan label khusus sebagai penulis mubadalah. Tentu mimpi ini masih panjang, tapi jalannya perlahan mulai kami rintis, dengan menggelar pelatihan-pelatihan kepenulisan media populer berperspektif mubadalah.

 

Penulis
Penulis

Saya merasa Indonesia akan baik-baik saja, jika semakin banyak orang yang punya kesadaran kritis dan  literasi yang baik, menggelisahkan setiap hal, lalu membaginya melalui tulisan. Seperti Miftahul Huda, bagaimana ia menuliskan problem kerusakan lingkungan, perubahan iklim, dan soal peran perempuan lokal dalam komunitas masyarakat adat sebagai “penjaga” bumi ini dari kerusakan alam yang semakin parah.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Sebagai Manusia, Sudahkah Kita Beragama?
  • Tegas! Nabi Melarang Menyakiti Warga Non-Muslim
  • Tidak Wajar Jika Perempuan Tidak Bisa Memasak, Benarkah?
  • Akhlak Nabi Saw Kepada Pelayan yang Beragama Yahudi

Baca Juga:

Sebagai Manusia, Sudahkah Kita Beragama?

Tegas! Nabi Melarang Menyakiti Warga Non-Muslim

Tidak Wajar Jika Perempuan Tidak Bisa Memasak, Benarkah?

Akhlak Nabi Saw Kepada Pelayan yang Beragama Yahudi

Tak kalah menariknya, ada Mbak Dyah Murwaningrum, seorang pegiat seni dan kebudayaan dari Serat Pena Bandung, yang ketika WCC Mubadalah digelar pada Desember 2019 silam di Cirebon, pernah bertanya tentang musik dalam Islam, dan ia menuliskan secara apik soal Grup Musik Nasidaria, yang seluruh pemain musiknya adalah perempuan, seolah melawan arus kelompok sebelah yang mengatakan jika suara perempuan adalah aurat, dan musik itu haram. Semakin ke sini, Mbak Dyah juga banyak menulis tentang film, bagaimana ia memberikan alternatif pilihan pada pembaca, film apa saja yang masih kuat budaya patriarkinya, dan film mana yang pesan kemanusiaan serta keadilan gendernya keren.

Sesi ketiga ada Mbak Retno Daru, seorang anggota Puan Menulis, sebuah komunitas kepenulisan yang diinsiasi Aman Indonesia, dan dibidani kelahirannya oleh Mubadalah.id. Retno pernah menceritakan bagaimana awal persentuhannya dengan perspektif mubadalah. Ia pernah membaca postingan Kalis Mardiasih di salah satu akun medsosnya, lalu ia mulai tertarik untuk mengenal mubadalah. Proses ketertarikannya itu mengantarkan ia mendaftarkan diri menjadi anggota Puan Menulis. Melalui mubadalah Ia seolah menemukan “sesuatu” tentang Islam yang selama ini ia cari. Apa itu? Temukan jawabannya di sesi ketiga Ngobras.

Lalu di sesi ke empat, ada Mbak Lutfiana Mayasari, dosen dari IAIN Ponorogo, anggota Puan Menulis, juga peserta Kelas Intensif Ramadan Mubadalah, yang baru saja usai digelar. Ketertarikannya pada isu hukum, gender, dan perdamaian, menjadi menarik ketika ia menuliskannya dengan perspektif mubadalah. Bahwa penting peran perempuan sebagai agen perdamaian, dan bagaimana perempuan rentan menjadi korban, meski ia diposisikan, atau mendapat stigma sebagai pelaku terorisme. Kok bisa? Tunggu ulasannya bersama penulisnya di acara Ngobras.

Sesi selanjutnya ada Mbak Listia, seorang pegiat pendidikan yang sudah malang melintang dalam isu kebhinekaan, tentang Indonesia dan kearifannya menjaga nilai-nilai masyarakat lokal yang kian pudar. Melalui tulisan, Mbak Listia terus bersuara dan membagi kegelisahannya itu, tentang anak-anak muda yang mulai goyah, pragmatis, dan apatis dengan sekitarnya. Catatan yang ditulis Mbak Listia juga menjadi pengingat bagi saya agar selalu berlaku mawas, dan eling lan waspada. Yang menarik, temuan Mbak Listia tentang nilai dan kearifan lokal, yang dikaitkan dengan perspektif mubadalah, apakah itu? Penasaran? Jangan lupa bergabung di sesi ke lima acara Ngobras.

Di sesi ke enam, ada Hasna A Fadhilah. Kemampuan analisanya sudah tak diragukan lagi, bagaimana ia memotret konflik sosial dan politik, baik dalam dan luar negeri. Yang menarik, Hasna menggunakan perspektif mubadalah sebagai cara pandang untuk membahas isu-isu tersebut. Kemudian, di sesi ke tujuh ada anak muda dari Tegal, Rizki Eka Kurniawan yang getol menuliskan pemikiran filsafat, dari Barat sampai Timur. Dari era Socrates hingga Erich Fromm. Dari Plato sampai Al Ghazali. Teori-teori yang rumit itu, ia sederhanakan dan dituliskan menjadi bahasa yang populer, sehingga mudah dipahami bahkan oleh pembaca awam sekalipun. Meski, dari balik layar, berkali-kali saya memastikan cek ricek ke buku atau sumber referensi yang lain, bahwa teori yang ia gunakan itu betul hehehe..

Terakhir, ada Lenni Lestari, dosen dari IAIN Langsa Aceh. Seorang ibu muda yang sebelumnya penulis di beberapa media local Aceh. Saya senang, Lenni cepat merespon dan komunikatif, ketika saya lempar ke WAG kontributor meminta agar ada yang menuliskan review film “Raya and The Last Dragon”, dengan cepat ia merespon dan membuatkan tulisannya. Dan sesuai ekspektasi, ia menggunakan analisa feminisme dalam menulis film tersebut. Lenni juga alumni peserta kepenulisan Mubadalah Virtual Class, medio Oktober 2020, hasil kerjasama Mubadalah.id bersama Ibuku Content Creator (ICC) Jakarta yang digawangi Mbak Karimah Iffia Rahman, salah seorang kontributor dan alumni WCC Mubadalah 2019.

Karena setiap penulis punya cerita dan gaya, maka saya merasa penting untuk menuliskan ini. Bahwa setiap proses para penulis itu juga berbeda, bagaimana mereka merasakan kegelisahan, menemukan ruang dalam dirinya, dan menuliskannya menjadi sebuah bahasa yang bisa dipahami oleh lebih banyak orang. Saya senang bisa membersamai proses itu, meski hanya dari balik layar. Ketika tulisan itu sudah diposting dan menyebar, maka tulisan sudah bukan lagi milik penulisnya. Tapi milik setiap pembaca yang setuju atau tidak dengan gagasan yang ditulis oleh si penulis.

Meski demikian, kita patut mengapresiasi kerja-kerja para penulis tersebut, dan bersama mubadalah saya ingin mereka juga merasakan kebanggaan itu. Penting juga menekankan bahwa, perspektif mubadalah cair, fleksibel dan bisa dipakai untuk menjadi cara pandang dalam isu apapun. Tak melulu harus mencantumkan dalil, ayat al-Qur’an atau Hadits, itu biar menjadi wilayah para suhu di KUPI, hehehe.. Kalaupun ada, itu lebih baik, tetapi tidak wajib. Saya tutup catatan ini dengan meminjam adagium terkenal milik Prameodya Ananta Toer Sang Begawan Sastra Indonesia,  menulislah, karena menulis adalah bekerja untuk keabadian. []

 

 

Tags: GenderkeadilanKesetaraanliterasiNgobrol AsikPenulis MubadalahPerdamaianperspektif mubadalahPuan Menulis
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Nabi Ibrahim

Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (4)

13 Agustus 2022
Sudahkah Kita Beragama

Sebagai Manusia, Sudahkah Kita Beragama?

13 Agustus 2022
fiqh

Fiqh Itu Tidak Statis

13 Agustus 2022
satu visi

Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (3)

13 Agustus 2022
nikah sirri

Nikah Sirri Adalah Bentuk Lain Dari Praktik Perdagangan Manusia

13 Agustus 2022
ibrahim

Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (2)

12 Agustus 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berbagi Suami

    Ini Bukan tentang Drama Berbagi Suami, Tapi Nyata Ada

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tegas! Nabi Melarang Menyakiti Warga Non-Muslim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Wajar Jika Perempuan Tidak Bisa Memasak, Benarkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sebagai Manusia, Sudahkah Kita Beragama?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nikah Sirri Adalah Bentuk Lain Dari Praktik Perdagangan Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (4)
  • Sebagai Manusia, Sudahkah Kita Beragama?
  • Fiqh Itu Tidak Statis
  • Ini Bukan tentang Drama Berbagi Suami, Tapi Nyata Ada
  • Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (3)

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist