• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

No Buy Challenge 2025: Lebih dari Sekadar Tidak Membeli

Kampanye No Buy Challenge seolah menjadi momentum untuk mengevaluasi sejauh mana sikap dan gaya hidup konsumtif kita

Arini Zazky Arini Zazky
07/01/2025
in Personal
0
No Buy Challenge

No Buy Challenge

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belakangan muncul lagi tren menjelang akhir tahun dan memasuki awal tahun yaitu tren “No Buy Challenge”, yang memenuhi linimasa media sosial. Tantangan tersebut berupaya untuk tidak membeli sesuatu atau menekan pengeluaran dalam kurun waktu tertentu. Ada yang memulai untuk tidak membeli gadget terkecuali benar-benar tidak bisa kita gunakan, ada yang mengurangi makan di luar, tidak membeli skincare atau make up berlebih dan sebagainya.

Kampanye No Buy Challenge seolah menjadi momentum untuk mengevaluasi sejauh mana sih sikap dan gaya hidup konsumtif kita yang terbentuk, terbawa serta termakan oleh iklan-iklan skincare yang menggiurkan. Lalu tren outfit yang wajib kita ikuti, membeli barang karena bentuknya lucu dan sedang happening. Kemudian makan-makanan viral yang bikin uang menipis juga benda-benda yang sebenarnya tak kita butuhkan.

Memahami No Buy Challenge 2025

Pada dasarnya “No Buy Challenge” sebuah eksperimen sosial yang mengajak kita untuk lebih sadar akan konsumsi kita. Dengan cara mengurangi hal-hal yang tak perlu kita dapat memperoleh berbagai manfaat mulai dari menghemat uang hingga mengurangi limbah lingkungan.

Tapi bukan berarti no buy challenge ini membuat kita hidup serba kekurangan. Justru tantangan ini mendorong kita utuk lebih bijak mengeluarkan uang. Memulai menghargai apa yang sudah kita punya, menemukan kebahagiaan lewat hal-hal yang sederhana serta membangun interaksi lebih baik dengan barang-barang kita.

Manfaat Mengikuti Tren “No Buy Challenge”: Lebih Dari Sekadar Membeli

Sebagai tren yang positif, agaknya kita bisa turut serta memulai berhenti membeli karena akan memberi manfaat bagi kita di antaranya:

Baca Juga:

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Pertama, mengubah gaya hidup konsumtif menjadi minimalis. Dengan berhenti menekan pengeluaran kita seperti berhenti membeli barang hanya karena fomo. Kita dapat mengubah gaya hidup konsumtif menjadi lebih minimalis.

Minimalis sendiri merupakan gaya hidup yang lebih cenderung fokus pada hal-hal yang kita butuhkan saja. Dari gaya hidup yang membikin uang kita menipis melalui tren No Buy Challenge ini kita hanya membeli barang barang yang kita butuhkan, dengan begitu kita menjadi minimalis.

Kedua, kondisi mental jadi lebih baik. Memiliki banyak barang tidak menjamin membuat seseorang bahagia. Nyatanya banyak barang justru membuat kita cenderung stress. Misalnya, saat kita mau pergi kita lebih lama memilah baju yang cocok kita gunakan sebab pilihannya beragam. Akhirnya kita buang-buang waktu juga banyak barang akan lebih susah untuk merapikannya, sehingga bikin kita mudah stress.

Ketiga, bijak dalam mengeluarkan uang. Tren “No Buy Challenge” ini fokus pada hal-hal yang kita miliki dan berhenti menambah barang yang tak perlu. Sehingga manfaatnya tentu kita dapat bijak menggunakan uang. Kita akan lebih memilah anggaran demi sesuatu yang kita butuhkan. Selain itu kita lebih sadar serta bijak dalam mengeluarkan uang. Uang tak lagi habis begitu saja untuk hal-hal di luar kebutuhan.

Keempat, mengurangi limbah. Konsumsi yang berlebihan turut serta dalam peningkatan jumlah limbah. Jika kita mengurangi pembelian kita akan berkontribusi dalam mengurangi jumlah sampah.

Tidak Menggantungkan Kebahagiaan pada Hal Materi

Kelima, hidup jadi lebih sadar. Seperti yang sudah-sudah, ketika kita membeli barang hanya sekadar keinginan atau karena lucu. Kemudian beli makanan sebab lagi happening, kita jadi kurang sadar tahu-tahu pengeluaran membengkak.

Dengan adanya tren ini dapat membuat kita lebih sadar kembali untuk memilah kira-kira barang apa yang sebenarnya nggak perlu dibeli, barang mana yang masih bisa kita perbaiki, dalam keadaan bagus, dan masih tersedia belum benar-benar habis. Serta barang apa saja yang memang kita butuhkan.

Keenam, menghindari keterkaitan emosional: Terkadang kita membeli barang bukan karena kebutuhan, melainkan dorongan emosi. Misalnya stress, kesepian dan rasa ingin dapat validasi dari sekitar bahwa kita mampu membeli sesuatu. Lewat tantangan tidak membeli kita lebih mudah mengenali dan mengatasi emosi-emosi tersebut.

Ketujuh, menghargai apa yang telah kita miliki. Menariknya kalau kita mau memulai mengurangi pembelian, selain bikin kita hidup berkesadaran kita dapat menghargai sesuatu yang kita punya. Dengan begitu kita akan bertanggung jawab pada apa yang menjadi milik kita seperti melakukan 3M (Merawat, Menjaga, Memperbaiki).

Kedelapan, menemukan kebahagiaan. Lewat tantangan ini kita dapat fokus pada hal-hal yang sudah kita punya sehingga kita dapat menemukan kebahagiaan. Kita tak lagi menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal materi yang membuat kita terus-terusan membeli agar kita senang padahal belum tentu banyak barang membuat kita bahagia.

No Buy Challenge  2025 Versi Diriku Sendiri

Tantangan untuk tidak membeli di tahun 2025 ini versi diriku sendiri antara lain, pertama tidak membeli casing HP sebelum benar-benar nggak layak untuk kita gunakan. Kedua, tidak membeli perlengkapan untuk melakukan journaling seperti memperbanyak stabilo, bolpoin, pensil warna, sticker dan yang lainnya.

Cukup punya beberapa atau yang sudah ada karena perlengkapan lengkap dengan jumlah yang lebih dari dua itu pasti ujung-ujungnya nggak semua digunakan.

Ketiga, tidak membeli atau mencoba produk skincare baru hanya karena banyak yang mereview, memakai dan banyak diperbincangkan. Sebab kalau nggak cocok akan buang-buang uang juga capek harus memperbaiki muka yang sensitif lagi padahal sebelumnya mungkin sudah cocok dengan produk skincare yang sudah lama dipakai.

Keempat, selain tidak mencoba produk skincare baru, tantangan “No Buy Challenge” berikutnya tidak membeli skincare kalau nggak benar-benar produk di wadahnya habis.

Kelima, tidak membeli buku baru kalau masih banyak buku yang belum selesai dibaca di rak buku. Ini juga bisa mengurangi konsumsi sekaligus menghemat tempat. Yuk mari ikutan challenge ini dengan versi dirimu sendiri.

Sebagai penutup, saya ingin mengatakan bahwa: “Kebahagiaan tak terletak pada seberapa banyak barang yang kita miliki jadi mari kita kurangi membeli dan hargai yang sudah ada, dengan begitu kita akan merasa cukup. Temukan bahagia lewat kualitas hidup yang dijalani bukan melalui hal hal yang bersifat materi”. –Arini Zazky-

 

Tags: gaya hidupkebahagiaanKesehatan MentalNo Buy ChallengeSelf Love
Arini Zazky

Arini Zazky

Arini Zazky yang lahir dari rahim seorang ibu di Lumajang.  Seorang pembaca yang lamban dan kebetulan suka menulis. Untuk lebih tahu tentangnya bisa kalian hubungi lewat instagram @disharerin.

Terkait Posts

Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Life After Graduated

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

10 Juli 2025
Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berhaji

    Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam
  • Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung
  • Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam
  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID