• Login
  • Register
Sabtu, 10 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Novel Hati Suhita Sebagai Representasi Kepemimpinan Perempuan

Novel Hati Suhita telah memberikan hikmah bahwa perempuan mampu mengalahkan ego dalam perasaannya dengan memfokuskan pada potensi dirinya. Itulah fitrah kepemimpinan perempuan yang sesungguhnya

Ihza Maulina Ihza Maulina
23/04/2023
in Buku, Rekomendasi
0
Novel Hati Suhita

Novel Hati Suhita

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saat minggu kedua Ramadan, saya melihat postingan flayer film yang akan tayang sebentar lagi, tepatnya pada tanggal 25 Mei 2023. Filmnya berjudul “Hati Suhita”. Saya merasa asing dengan judul ini, tapi ketika saya melihat cover filmnya seperti sedang menggambarkan kehidupan cinta segitiga. Jelas saja, ini terlihat dari pawakan seorang laki-laki yang terapit oleh dua perempuan. Satu perempuan terlihat sedang menggamit lengan seorang laki-laki di sebelahnya. Satu perempuan lagi bersebelahan dengan seorang laki-laki namun dia tampak kesepian.

Ada tiga pemeran paling utama dalam film ‘Hati Suhita’. Alina Suhita diperankan oleh Nadya Arina. Gus Birru diperankan oleh Omar Daniel. Satu lagi, Ratna Rengganis diperankan oleh Anggika Bolsterli. Saya langsung penasaran dengan film ini, karena mungkin ada hikmah penting yang dapat terpetik oleh para perempuan.

Ternyata setelah saya telusuri lagi, film ini merupakan gubahan dari karya sastra novel yang Khilma Anis tulis. Novel Hati Suhita ini terbit pada tahun 2019 dan akan menjadi film pada Mei 2023. Sungguh sangat beruntung karya sastra Khilma Anis digubah menjadi sebuah film.

Dua Perempuan Terjebak Cinta Segitiga

Rasa penasaran saya tinggi dengan hadirnya film ini. Rasanya akan kurang jika saya menonton film ini tanpa membaca novelnya terlebih dahulu. Buku setebal 400-an halaman ini telah saya selesaikan selama 5 hari. Kecepatan membaca memang terkadang tergantung jenis karya tulisnya. Bagi saya, karya sastra novel sangat mudah untuk dibaca secara mengalir mengikuti suasana, sehingga saya tertarik untuk terus membaca sampai akhir. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membacanya.

Keuntungan membaca novel ini setelah hadirnya flayer film Hati Suhita yaitu bisa membayangkan sosok Suhita, Gus Birru dan Rengganis dengan jelas. Setelah saya membaca novel ini, saya bisa menangkap unsur intrinsik yang membuat novel ini sempurna. Sesuai dugaan saya, novel ini menceritakan kisah ketiga insan yang terjebak dalam hubungan cinta segitiga. Sosok Gus Birru mengalami perang batin karena dia harus menyesuaikan diri setelah menikah dengan perempuan yang tidak ia cintai, Alina Suhita.

Baca Juga:

Falsafah Hidup Penyandang Disabilitas dalam “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati”

Perjodohan dalam Novel: Memotret Kisah, Menyemai Ibrah

Perempuan Kuat dan Hebat dalam Novel Cinta dalam Mimpi karya Muyassarotul Hafidzoh

Bernuansa Islami, Begini Tips Menulis Ala Ning Khilma Anis

Gus Birru menaati perjodohan tersebut demi membahagiakan abah dan ummiknya. Suhita adalah menantu idaman orang tua Gus Birru yang akan membantu mereka membangun Pesantren Al-Anwar. Sedangkan sosok Rengganis mengalami patah hati karena harus merelakan Gus Birru menikah dengan perempuan lain. Namun, sudah semestinya Rengganis belajar mengikhlaskan karena Alina Suhita sebagai istri sah Gus Birru lebih berhak mendapatkan tempat di hati Gus Birru. Dalam etika pernikahan, suami istri wajib saling mencintai dan saling melindungi satu sama lain.

Kiprah Perempuan Dalam Novel Hati Suhita

Novel Hati Suhita ini menggambarkan dua perempuan yang hebat dalam pembangunan karakter atau perannya. Mereka adalah Alina Suhita dan Ratna Rengganis. Selain kisah percintaan, saya menemukan sudut pandang lain yaitu melihat dua sisi perempuan yang memiliki potensi diri masing-masing dan sukses membawakan kiprahnya. Novel ini tidak ditemukan pengekangan potensi diri perempuan kecuali sesi perjodohan. Alina Suhita dan Ratna Rengganis memiliki potensi dan dunia perannya yang berbeda.

Pertama, Alina Suhita menggambarkan sosok perempuan yang memiliki potensi dalam bidang ilmu agama dan dunia pesantren. Sehingga, Alina Suhita dipercaya oleh orang tua Gus Birru untuk memimpin Pesantren al-Anwar. Alina Suhita memiliki banyak kelebihan, seperti hafal al-Qur’an 30 Juz, menguasai ilmu tafsir, manajemen pesantren, dan sebagainya. Alina Suhita mampu mengamalkan keilmuan yang ia miliki untuk membangun sebuah pesantren mertuanya.

Kedua, Ratna Rengganis menggambarkan sosok perempuan yang memiliki potensi dalam bidang kepenulisan dan jurnalistik. Sehingga, Ratna Rengganis banyak mengikuti komunitas jurnalis. Dia terkenal sebagai perempuan yang aktif dalam menulis. Karya Rengganis sudah banyak orang kenal, dan mereka menyukai tulisan Rengganis, termasuk Gus Birru. Ratna Rengganis adalah pimpinan redaksi dari sebuah komunitas jurnalistik.  Dia aktif menularkan ilmu jurnalistiknya kepada santri-santri di beberapa pesantren.

Fitrah Kepemimpinan Perempuan

Walaupun keduanya memiliki potensi dan peran yang berbeda, mereka adalah perempuan yang hebat. Awalnya saya menduga novel ini akan ada adegan perseteruan antara Alina Suhita dan Ratna Rengganis, seperti adegan Suhita melabrak Rengganis. Ternyata tidak, novel ini justru menggambarkan sosok dua perempuan ini mampu mengelola emosional dengan baik. Mereka lebih memfokuskan pada potensi dan perannya masing-masing. Mereka tidak saling menjatuhkan antara perempuan satu dengan yang lainnya.

Novel ini sedang merepresentasikan dua sosok perempuan sebagai pemimpin. Alina Suhita mampu memposisikan dirinya sebagai istri Gus Birru sekaligus pemimpin pesantren. Sedangkan Ratna Rengganis mampu memposisikan dirinya sebagai pemimpin komunitas jurnalistik Gus Birru dan tetap profesional walaupun dia pernah hadir dalam masa lalu Gus Birru.

Meskipun dalam hati mereka, Alina Suhita dan Ratna Rengganis, mengalami perang batin pada kisah percintaannya, namun mereka mampu menguasai akalnya. Novel Hati Suhita telah memberikan hikmah bahwa perempuan mampu mengalahkan ego dalam perasaannya dengan memfokuskan pada potensi diri. Itulah fitrah kepemimpinan perempuan yang sesungguhnya. []

Tags: Film Hati SuhitaKhilma AnisNovel Hati SuhitaReview NovelSastra Pesantren
Ihza Maulina

Ihza Maulina

Aktivis Perempuan Pekalongan

Terkait Posts

Neng Dara Affiah

Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

10 Mei 2025
Vasektomi untuk Bansos

Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

9 Mei 2025
Vasektomi

Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

8 Mei 2025
Barak Militer

Mengasuh dengan Kekerasan? Menimbang Ulang Ide Barak Militer untuk Anak Nakal

7 Mei 2025
Hak Penyandang Disabilitas

Menilik Kiprah Ulama Perempuan dalam Menguatkan Hak Penyandang Disabilitas

6 Mei 2025
Penguatan Perempuan

Doa, Mubadalah, dan Spirit Penguatan Perempuan: Catatan Reflektif dari Kuala Lumpur

5 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • PRT

    Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aurat dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah
  • Perempuan Bukan Fitnah: Membongkar Paradoks Antara Tafsir Keagamaan dan Realitas Sosial
  • Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?
  • Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama
  • Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version