• Login
  • Register
Selasa, 15 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Perempuan Kuat dan Hebat dalam Novel Cinta dalam Mimpi karya Muyassarotul Hafidzoh

Semua tokoh perempuan dalam novel ini menunjukkan bahwa mereka adalah perempuan yang cerdas

Khumairouusolikha Khumairouusolikha
28/04/2024
in Buku
0
Novel Cinta dalam Mimpi

Novel Cinta dalam Mimpi

634
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Cinta dalam mimpi adalah novel kedua karya Muyassarotul Hafidzoh yang terbit pada tahun 2020. Novel ini memiliki kandungan sosial yang harus terimplememtasikan dalam kehidupan nyata.

Ketika membaca novel ini, pembaca diajak untuk masuk kedalam karakter tokoh. Penulis novel menyajikan dengan bahasa yang ringan, mudah kita pahami. Adapula kandungan kitab ala pesantren seperti kitab Al-Mawaidh al-‘Usfuriyyah sehingga tidak menghilangkan khas pesantren yang ada.

Nilai kesetaraan dalam Novel Cinta dalam Mimpi

Setelah membaca novel cinta dalam mimpi, ada dua hal besar yang saya temukan tentang karakter perempuan. Yang pertama adalah tentang kecerdasan seorang perempuan. Semua tokoh perempuan dalam novel ini menunjukkan bahwa mereka adalah perempuan yang cerdas.

Farah dengan kecerdasan Ilmu pengetahuan dan pendalaman ilmu agamanya. Sosok Sari dengan ketelitian dan keuletannya ketika di Pesantren. Sosok Ning Sulma dan Fatimah yang sudah menyelesaikan studinya dan berlanjut mengabdikan ilmunya di pondok pesantren.

Yang kedua adalah tentang tekad dan keberanian perempuan

Tokoh perempuan yang ada dalam Novel adalah perempuan yang hebat, kuat, dan berani. Farah tergambarkan sebagai wanita kuat dan berani. Ujian dalam hidupnya selalu datang silih berganti, mulai dari pernikahan dini yang hampir menghancurkan cita-cita. Kemudian kepergian kedua orangtuanya, percintaannya dengan Gus Syauqi, dan juga ekonomi  hingga akhirnya ia keluar dari pondok dan berjuang untuk tetap hidup walaupun tanpa orang tua.

Kemudian sosok Sari yakni saudara Farah, ia begitu berani dalam mengajarkan dan mengingatkan mana perkara haq dan bathil. Sari juga tergambarkan sebagai santri yang sangat bertanggungjawab dalam menjalankan tugasnya sebagai santri Ndalem.

Baca Juga:

Kisah Ronggeng Dukuh Paruk dan Potret Politik Tubuh Perempuan

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Kemudian yang terakhir adalah sosok Ning Sulma, dia berani menolak perjodohannya dengan gus Syauqi. Ning Sulma melawan budaya patriarki yang ada di dalam keluarganya dan mempertahankan haknya untuk memilih siapa yang akan menjadi suaminya. Selain itu pernikahan harus berdasarkan cinta. Tanpa cinta maka hanya menciptakan keburukan yang akan lebih besar mudaratnya.

Ketiga karakter perempuan dalam novel tersebut adalah perempuan yang sangat menginspirasi karena ketiganya adalah sosok perempuan yang pintar, kuat, dan berani.

Kesetaraan dalam Al-Qur’an

Ini menunjukkan bahwa menjadi perempuan bukan kendala untuk seseorang menjadi pintar, kuat, dan berani. Hal ini tergantung dari seberapa kuat tekad yang kalian miliki karena faktanya Allah tidak pernah membedakan penciptaan laki-laki dan perempuan, hal ini seperti yang Allah jelaskan dalam Q.S an-Nisa ayat 13:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْ

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti”. (Q.S Al-Hujurat ayat 13).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak pernah membedakan kecerdasan ataupun kemuliaan laki-laki dan perempuan. Menjadi laki-laki bukanlah sebab orang tersebut menjadi cerdas dan berani, ataupun sebaliknya. Tetapi akal seseorang bisa dikatakan cerdas sebab pembiasaan, latihan, dan pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya, dan tidak ada kaitannya dengan gender laki-laki atau perempuan.

Muyassarotul Hafidzoh menyajikan novel yang ramah terhadap perempuan,sifat dan kepribadian perempuan yang ada dalam novel sangat diperhatikan. Tujuannya agar tidak ada diskriminasi antara tokoh laki-laki dan perempuan. Keduanya sama-sama memiliki porsi yang sama termasuk kecerdasan dan keberanian. []

Tags: Konsep MubadalahMuyassarotul HafidzohNovel Cinta Dalam MimpiReview BukuSastra Pesantren
Khumairouusolikha

Khumairouusolikha

Sedikit belajar tentang apa yang terjadi di dunia ini. Masih menjadi guru untuk diri sendiri

Terkait Posts

Ronggeng Dukuh Paruk

Kisah Ronggeng Dukuh Paruk dan Potret Politik Tubuh Perempuan

14 Juli 2025
Perempuan Lebih Religius

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

9 Juli 2025
Ancaman Intoleransi

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

5 Juli 2025
Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

4 Juli 2025
Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Novel Cantik itu Luka

Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

27 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Krisis Ekologi

    Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ronggeng Dukuh Paruk dan Potret Politik Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi
  • Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman
  • Jihad Perempuan Melawan Diskriminasi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID