• Login
  • Register
Selasa, 15 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Novel Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982: Patriarki Di Korea Selatan

Hingga saat ini, budaya patriarki, diskriminasi, dan minimnya ruang aman bagi perempuan masih menjadi problematika yang terus dan harus diperjuangkan

Umi Barokah Umi Barokah
30/01/2024
in Buku
0
Novel Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

Novel Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

966
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Novel Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 merupakan karya ke-3 karya penulis Cho Nam-Jo, seorang mantan penulis naskah telivisi di Korea. Novel Kim Ji-Yeong berhasil mengantarnya masuk nominasi ajang penghargaan National Book Award.

Cho Nam-Joo menulis novel dengan alasan ingin merekam perjalanan kisah hidupnya sendiri serta bentuk keprihatinannya menjadi perempuan biasa. Ia terlahir sebagai perempuan sederhana yang harus merelakan kariernya demi mengurus kehidupan rumah tangganya.

Menceritakan sulitnya tekanan menjadi perempuan yang lahir di negeri gingseng dengan budaya patriarki melekat kuat di tengah lingkungan masyarakat Korea Selatan.

Novel Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982, Cerminan Patriarki Kehidupan Nyata

Kisah Kim Ji-Yeong bermula dengan menceritakan kehidupan keluarganya. Anak perempuan kedua lahir di tengah keluarga yang mengharapkan anak-laki-laki.  Para siswa laki-laki kerap menggodanya di perjalanan sepulang sekolah. Sayangnya, bukan mendapat perlindungan, tetapi justru pihak sekolah menyalahkan ayahnya.

Seperti relate dengan kehidupan nyata, anak perempuan kedua sering kali harus terpaksa mengalah dengan kaka perempuan dan adik laki-lakinya. Tampaknya, budaya patriarki sudah turun menurun dalam keluarganya. mengisahkan saat Kim Eun Yeong, kaka perempuannya lahir, ibunya sampai memohon maaf kepada mertua karena telah melahirkan bayi perempuan.

Baca Juga:

Kisah Ronggeng Dukuh Paruk dan Potret Politik Tubuh Perempuan

Kala Kesalingan Mulai Memudar

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Mulanya, nenek Ji-Yeong dapat menerima dengan mengatakan “tidak apa-apa. Anak kedua nanti mungkin saja laki-laki”. Tidak sesuai yang diharapkan, Kim Ji-Yeong lahir sebagi bayi perempuan kedua. Belum genap berumur satu tahun, ibunya sudah mengandung lagi. Dengan harapan mendapat bayi laki-laki, seperti mimpi buruk terulang kembali, ibu Ji-Yeong mengandung bayi perempuan untuk kali ketiga.

Pada masa tersebut, pemerintah Korea menetapkan kebijakan pengendalian kelahiran yang dikenal dengan istilah “keluarga berencana”. Sebelumya, sepuluh tahun lalu, pemerintah melegalkan tindakan aborsi secara hukum. Anak perempuan seolah-olah alasan yang menjadi salah satu kebijakan medis tersebut. Lalu fenomena pemeriksaan jenis kelamin dan aborsi janin anak perempuan kian merajalela.

Situasi kasus maraknya aborsi berlangsung selama tahun 1980-an hingga menyebabkan ketidakseimbangan perbandingan jumlah gender yang memuncak di awal tahun 1990. Pasalnya jumlah anak lak-laki yang menjadi anak ketiga dalam keluarga dua kali lebih banyak dibanding jumlah anak perempuan.

Dengan adanya desakan oleh situasi dan keadaan sekitarnya, tanpa adanya pilihan, ibu Ji-Yeong dengan terpaksa menggugurkan adik Ji-Yeong yang sedang ia kandung.

Perempuan Abad Ke-20 Korban Praktik Misoginis dan Penindasan Institusional

Novel sensasional Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 berasal dari Korea Selatan ini ramai menjadi bahan perbincangan di seluruh dunia. Kisah perempuan yang lahir di akhir abad ke-20 ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan mengenai praktik misoginis dan penindasan institusional yang relavan di kehidupan nyata.

Mengalami diskriminasi dalam dunia kerja, Kim Ji-Yeong dan pekerja perempuan lainnya memperoleh upah yang lebih rendah dibanding pekerja laki-laki di perusahaan.

Pada masa tersebut, Korea Selatan merupakan negara dengan slisih penghasilan terbesar antara laki-laki dan perempuan di antara anggota-anggota OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) atau Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi. Menurut data statistik 2014, penghasilan laki-laki sebesar 1.000.000 won sedangkan penghasilan pekerja perempuan hanya sebesar 633.000 won.

Diskriminasi dan Minimnya Ruang Aman bagi Pekerja Perempuan

Novel Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 menggambarkan bagaimana parahnya situasi yang dialami para pekerja perempuan. Perusahaan tempatnya bekerja memberi pertimbangan kepada karyawan perempuan yang hamil dengan mengizinkan tiba di kantor 30 menit lebih lambat. Para pekerja lak-laki tidak sepenuhnya menerima peraturan tersebut. Saat mengumungkan kehamilannya, ia menerima komentar tidak sedap dari rekan kerja laki-laki.

Selain itu, saat ia bekerja di luar kantor, pulang di tengah hari, atau saat dalam perjalanan ke rumah sakit, terkadang ia memperoleh tempat duduk saat di menaiki kereta bawah tanah. Namun berbeda saat di jam-jam sibuk.

Sekalipun ia sedang hamil, ia tetap harus berdiri dengan tangan menahan pinggangnya. Pernah terlintas dalam pikirannya bahwa ia hanyalah seorang perempuan yang mencari uang dan berkeliaran naik kereta bawah tanah sekalipun dalam keadaan hamil.

Novel Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 ialah sebuah novel fiksi. Tetapi pada realitanya Kim Ji-Yeong dalam kehidupannya menjalani kehidupan sebagaimana perempuan di dunia nyata. Perempuan sering memperoleh diskriminasi di berbagai sektor. Bahkan hingga saat ini, budaya patriarki, diskriminasi, dan minimnya ruang aman bagi perempuan masih menjadi problematika yang terus dan harus diperjuangkan. []

Tags: budaya patriarkhiDepresiKesehatan MentalKim Ji-YeongNovelReview Buku
Umi Barokah

Umi Barokah

Alumni Magister Pengkajian Islam UIN Syarif Hidayatullah. Hobi menulis seputar Gender dan Sastra Arab

Terkait Posts

Ronggeng Dukuh Paruk

Kisah Ronggeng Dukuh Paruk dan Potret Politik Tubuh Perempuan

14 Juli 2025
Perempuan Lebih Religius

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

9 Juli 2025
Ancaman Intoleransi

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

5 Juli 2025
Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

4 Juli 2025
Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Novel Cantik itu Luka

Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

27 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Krisis Ekologi

    Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ronggeng Dukuh Paruk dan Potret Politik Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi
  • Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman
  • Jihad Perempuan Melawan Diskriminasi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID