• Login
  • Register
Sabtu, 1 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Tokoh Profil

Obituari BJ Habibie: Pengabdian Tiada Henti

Agus Budiono Agus Budiono
12/09/2009
in Profil
0
BJ Habibie

BJ Habibie

39
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di langit Bandung pada suatu hari bulan Agustus 1995 ada peristiwa istimewa. Pagi-pagi wartawan dan reporter dari belasan media asing telah bersiap-siap dengan teropong-teropong kameranya tidak terlalu jauh dari ujung Bandara Husein Sastranegara. Hari itu adalah peluncuran pertama pesawat N250 hasil karya putra-putri Indonesia. Para reporter tersebut mewakili kepentingan dominasi bangsa asing yang menghendaki Indonesia hanya sebagai pasar bagi produknya. Yang berpandangan dan mempengaruhi kebijakan (via klausul dana bantuan dsb) bahwa Indonesia sebaiknya membeli saja produk-produk teknologi tinggi (pesawat, kapal, kereta, mobil, satelit,…) dan melupakan konsep nilai tambah. Wartawan-wartawan tersebut disana untuk bersiaga meliput jatuhnya pesawat N250 yang diramalkan banyak pihak asing. BJ Habibie meruntuhkan prediksi tersebut.

Pesawat N250 terbang dengan sangat mulus. Karakteristik terbang dalam matra longitudinal dan lateral-direksional semua baik. Tangan kanan Habibie dalam bidang Flight Testing adalah Professor Said D Jenie yang disertasinya ditulis di MIT. Pesawat N250 adalah lambang pengumuman kemerdekaan teknologi. Produk unggulan anak bangsa yang menjadi kulminasi program transformasi BJ Habibie dengan strategi: berawal pada akhir dan berakhir pada awal. Produk yang mengumumkan ke dunia bahwa Indonesia bisa. Bahwa bangsa Indonesia mampu.

Musim panas 1995 itu, saya sedang menyelesaikan semester pertama saya di MIT. Berbeda dengan kebanyakan sentimen negara asing, para professor saya di Department of Aeronautics and Astronautics mengapresiasi pencapaian tersebut. Mereka sendiri adalah pejuang-pejuang teknologi dari negaranya. Ada yang berasal dari Swedia yang melahirkan pesawat tempur canggih Saab JAS 39 Grippen. Yang asli dari Amerika sebagian adalah yang merancang Navigation, Guidance and Control untuk pesawat antariksa program Apollo.

Pak Habibie dipandang dengan hormat oleh blio-blio para professor itu juga sebagai seorang pejuang teknologi yang ingin memerdekakan bangsanya. Tidak hanya secara individual, Pak Habibie across the board dihargai oleh komunitas ilmuwan di semua negara maju, beliau antara lain adalah anggota kehormatan dari: The National Academy of Engineering (AS), Academie Nationale de l’Air et de l’Espace (Perancis), The Royal Aeronautical Society (Inggris), The Royal Swedish Academy of engineering Science (Swedia), Gesselschaft Fuer Luft und Raumfarht (Lembaga Penerbangan & Ruang Angkasa) Jerman, The Fellowship of engineering of United Kingdom (London), Japanese Academy of Engineering.

Patut kita catat perbedaan antara dua hal. Setiap negara maju yang komunitasnya ilmuwannya sangat menghargai Habibie sebagai saintis dan teknolog, adalah juga negara yang sama yang tidak ingin Indonesia merdeka secara teknologi. Dunia memang bukan ruang vakum karena masing-masing negara mempunyai kepentingan untuk menjual produk dan hasil karyanya untuk keunggulan ekonominya. Tesis utama Habibie adalah Indonesia hanya akan makmur dan setara dengan negara maju lainnya bila ekonominya berlandaskan pada industri berbasis nilai tambah.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

Baca Juga:

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

Dari kalangan para ilmuwan dan teknolog dunia, BJ Habibie memperoleh penghargaan karena kiprah dan komitmennya dalam membangun industri negaranya. Bagaimana Pak Habibie mentransformasi bangsanya dari yang semula berbasis hasil kekayaan alam (sawah, kebun, sungai, laut, tambang,…) menjadi sentra-sentra industri berbasis nilai tambah (pesawat terbang (IPTN), kapal (PAL), baja (KS), telekomunikasi (TELKOM), senjata (PINDAD), ….).

Kita bisa belajar ketangguhan dari Habibie. Tahun 2013, saya menemani 5 eks menteri Korea diterima di ruang kerja Pak Habibie di kediaman blio. Selama hampir 2 jam Pak Habibie menjelaskan konsep transformasi industri. Dalam usia 77 tahun waktu itu blio masih mempunyai elan dan semangat seperti yang saya lihat 20 tahun sebelumnya. Blio jelaskan bahwa transformasi membutuhkan waktu dan konsistensi.

Dengan sangat kontekstual, menimbang latar belakang para tamunya, blio menyitir apa yang dilakukan oleh pemerintah Korea dengan menetapkan blue-chips company Samsung, Hyundai, Daewoo sebagai gerbong penarik ekonomi yang prosesnya melahirkan ribuan small medium enterprises (SME). Pak Habibie menjelaskan ide blio mengembangkan industri strategis yang diharapkan sebagai gerbong penarik ekonomi, yang akan melahirkan dan membentuk pohon industri. Di tengah pembicaraan blio meminta asistennya mengambilkan koran terbitan Jerman beberapa hari sebelumnya. Dalam halaman utama Der Spiegel ada foto Pak Habibie dan judul artikel yang kurang lebih berbunyi “How He Does It”.

Pak Habibie paham benar kendala dan tantangan mengembangkan industri strategis baik dari luar maupun dari dalam. Program N250 yang menjadi kebanggaan blio dan rakyat Indonesia terpaksa dihentikan, bukan karena alasan teknologi, tapi karena business politics. Pelajaran ini penting bagi para entrepreneur maupun intrapreneur (di BUMN maupun korporasi), bahwa produk dan teknologi itu penting, tapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana menjadinya bernilai ekonomi yang pada gilirannya akan mendatangkan kemakmuran.

Dalam tahap krusial inilah biasanya akan banyak hambatan dan tantangan. Dunia bisnis menamakannya “the valley of the death”. Dengan berbagai hambatan dan lembah kematian yang pernah dilewati, saya menyaksikan sosok Habibie yang tangguh. Tidak mudah discouraged dan putus harapan. Pembawaannya seolah seperti hendak menandaskan bahwa sesuatu dengan niat mulia dan baik untuk bangsa harus terus diupayakan.

Bulan puasa yang silam, saya duduk bersimpuh bersama sekitar 80an alumni program Habibie. Acaranya adalah buka bersama dengan Pak Habibie di kediaman blio. Saat itu pihak protokoler memberikan reminder bahwa kondisi Pak Habibie agak kurang baik, jadi kami dilarang untuk bersalaman dalam menjaga sterilitas. Saya mempunyai firasat saat itu yang tidak saya bagi dengan sesiapapun. Pak Habibie tidak seperti yang saya kenal dan saya temui pada kesempatan sebelumnya. Berbicara pelan dan berjalan secara delicately perlahan dikawal beberapa orang.

Saya sebenarnya terbelah antara keinginan tidak ingin mengganggu blio yang terlihat dalam kondisi sakit dan menyapa untuk menunjukkan penghormatan langsung. Seselesai acara ketika blio berjalan menuju ruang peristirahatan saya memutuskan untuk beberapa detik menyapa sekaligus memberikan penghormatan. Sepersekian detik dalam langkah saya menuju tempat blio, saya teringat episode awal tahun 2000.

Di sebuah ruang di Vassar Street di Cambridge, Amerika saya menemui ketua program Engineer’s in Aeronautics and Astronautics- MIT, Professor Manuel Martinez-Sanchez untuk berpamitan. Saya menyelesaikan program belajar saya dan hanya hendak bersopan-santun. Mungkin barang semenit saying good-bye, karena saya tahu professor disana tidak banyak waktu. Ternyata saya diterima dan malah diajak bicara di ruang kerjanya. Blio meminggirkan beberapa berkas ujian yang sedang diperiksa. Saya agak heran, agak tumben ini seseorang professor meluangkan waktu ke seseorang (yang baru lulus) dari negeri yang tidak terkenal. Sesudah bicara mengenai sekilas program belajar saya dan apa yang saya rencanakan ke depan, ada kalimat yang tidak saya lupakan:

“So …. You would come back to your country and help Dr Habibie?”

Ingatan tersebut menancap ketika saya akhirnya ada di depan Pak Habibie sambil menyapa:

“Pak Presiden Habibie, saya menulis mengenai Bapak dan sebagian tulisan ada dalam buku ini. Kalo diperkenankan saya bacakan autografnya”

(Saya memang memakai kebiasan Amerika, dimana seseorang sekali menjadi presiden tetap dipanggil presiden). Oh iya, blio tersenyum dan saya bacakan pelan-pelan autograf yang saya tulis beberapa menit sebelumnya.

“Semoga selalu sehat dan senantiasa menginspirasi generasi penerus bahwa Indonesia bisa menjadi yang maju dan mandiri”

Tidak ada yang tahu bahwa sesudah kata “sehat” saya harus menelan keharuan saya dan meneruskan penggalan kalimat berikutnya dengan trembling.

Kemaren sore saya memperoleh update WA dari Ketua Umum IABIE, Bimo Sasongko, yang mengabarkan via sekpri Pak Rubijanto bahwa kondisi BJ Habibie kritis. Mohon keikhlasan untuk mendoakan yang terbaik untuk Pak Habibie dalam menghadap khaliqnya. Sesiap apapun, saya agak tercekat membaca pesan tersebut. Beberapa jam kemudian Bimo kembali mengupdate bahwa Pak BJ Habibie telah berpulang.

Selamat jalan Pak Habibie. Semoga jalanmu mudah dalam menemui penciptamu. Disana engkau bisa menemui Ainun, kecintaanmu.[]

Agus Budiono

Agus Budiono

Terkait Posts

Kamla Bhasin

Mengenang Kiprah Kamla Bhasin dan Slogan Aazadi

19 Oktober 2021
Feminisme

Betty Friedan dalam Ingatan Feminisme

9 Oktober 2021
Tjoet Nyak Dhien

Tjoet Nyak Dhien, dalam Lintasan Sejarah Kemerdekaan Indonesia

21 Agustus 2021
Raden Dewi Sartika

Raden Dewi Sartika, Pejuang Pendidikan bagi Kaum Perempuan

20 Agustus 2021
Afifudin Muhajir

Motivasi Melalui Humor dari Kiai Afifudin Muhajir

18 Agustus 2021
Feminisme

Lies Marcoes: Feminisme adalah Tentang Melawan dan Pergulatan

14 Agustus 2021
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Melestarikan Tradisi Nyadran

    Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadis Relasi Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Kembali Hadis-hadis Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan
  • Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist