• Login
  • Register
Minggu, 11 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Pakaian Terkena Air Kencing Bayi, Bolehkah dipakai Salat?

Seorang teman bertanya kepada saya, ketika dia sedang dalam perjalanan pakaiannya terkena air kencing bayi keponakannya yang baru berusia satu tahun

Maylitha Luciona Demorezza Maylitha Luciona Demorezza
08/05/2023
in Personal
0
Terkena Air Kencing Bayi

Terkena Air Kencing Bayi

657
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Seorang teman bertanya kepada saya, ketika dia sedang dalam perjalanan pakaiannya terkena air kencing bayi keponakannya yang baru berusia satu tahun. Karena hendak melaksanakan salat, dia bingung apakah pakaian yang ia kenakan bisa ia pakai untuk salat? Lantas bagaimana cara mensucikannya?

Mubadalah.id – Pertama-tama, kita perlu mengingat kembali bahwa salah satu syarat sah salat adalah suci dari najis, baik pada badan, pakaian ataupun tempatnya. Maka, apabila badan atau pakaian kita mengandung najis atau terkena najis, kita wajib membersihkan terlebih dahulu. Kemudian, apabila yang terkena najis adalah pakaian atau tempat salat, maka kita juga harus membersihkannya terlebih dahulu.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita juga perlu memperjelas air kencing yang mengenai pakaian tersebut berupa air kencing bayi laki-laki atau perempuan. Karena adanya perbedaan hormon air kencing bayi perempuan cenderung lebih pekat, lebih kental, dan lebih berbau. Meskipun asal hukum terkena air kencing bayi adalah najis. Akan tetapi air kencing bayi laki-laki yang berusia di bawah enam bulan, dan belum makan apapun kecuali air susu ibunya (ASI) memiliki pengecualian. Berikut penjelasannya.

Daftar Isi

    • Pembahasan tentang Najis
  • Baca Juga:
  • Jika Tidak Bisa Haji, Undanglah Tuhan Ke Dalam Hatimu
  • Haji Ramah Lansia, Beribadah Secara Mubadalah
  • 4 Pesan KH Musthofa Aqiel Siradj untuk Para Calon Jemaah Haji
  • Mengenal Haji Ta’awun untuk Mewujudkan Haji Ramah Lansia
    • Lantas apakah setelah itu dapat dikatakan suci?
    • Menyikapi Najis Mutawassithah

Pembahasan tentang Najis

Di dalam fikih najis kita kategorikan menjadi 3, yakni najis mukhaffafah, najis mutawassithah, dan najis mughalladhah. Syekh Salim bin Sumair Al- Hadlrami dalam kitabnya Saafinatun Najaa mengatakan bahwa, “Najis ada tiga macam, mughalladhah, mukhaffafah, dan mutawasshitah. Najis mughalladhah adalah najisnya anjing dan babi beserta anak salah satu dari keduanya.

Di mana najis ini masuk kategori berat. Sedangkan najis mukhaffafah adalah najis air kencing bayi laki-laki yang belum makan selain air susu ibu, dan belum sampai usia dua tahun. Maka, najis ini masuk kategori ringan. Sementara itu, najis mutawassithah adalah najis-najis lainnya yang masuk dalam kategori sedang.”

Dalam kasus di atas katakanlah yang kita maksud air kencing bayi laki-laki yang belum genap berusia dua tahun, dengan catatan belum mengkonsumsi apapun selain ASI, tata cara penyuciannya, cukup dengan menghilangkan terlebih dahulu bentuk, bau dan rasa dari najisnya. Bisa dengan bagian pakaian yang terkena air kencing tersebut kita lap dengan kain.

Baca Juga:

Jika Tidak Bisa Haji, Undanglah Tuhan Ke Dalam Hatimu

Haji Ramah Lansia, Beribadah Secara Mubadalah

4 Pesan KH Musthofa Aqiel Siradj untuk Para Calon Jemaah Haji

Mengenal Haji Ta’awun untuk Mewujudkan Haji Ramah Lansia

Selanjutnya, percikan air ke bagian yang terkena najis hingga betul-betul merata kemudian tidak disyaratkan air yang kita pakai harus mengalir. Sebagaimana dalam hadist Nabi SAW,

“Dari Ummu Qais bin Mihshan, ia datang dengan anak laki-lakinya yang masih kecil dan anaknya belum mengonsumsi makanan. Ia membawa anaknya ke hadapan Nabi. Beliau mendudukkan anak tersebut di pangkuannya. Lalu Anak tersebut kencing di pakaian Nabi. Beliau lantas meminta diambilkan air dan memercikkan bekas kencing tersebut tanpa mencucinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Lantas apakah setelah itu dapat dikatakan suci?

Perlu kita perhatikan, apabila bau dan bekas air kencing sudah hilang dari bagian pakaian yang tadi maka suci. Apabila tidak, maka bagian tadi belum suci, dan perlu dipercikkan air kembali seperti sebelumnya hingga bau dan bekasnya betul-betul hilang.

Berbeda lagi jika yang mengenai pakaian adalah air kencing bayi laki-laki yang sudah berumur dua tahun. Air kencingnya terhukumi najis mutawassithah (sedang). Cara mensucikannya juga berbeda.

Apabila yang mengenai pakaian tersebut adalah air kencing bayi perempuan atau air kencing bayi laki-laki yang sudah berusia dua tahun, cara pensuciannya sebagai berikut.

Air kencing bayi perempuan kita kategorikan sebagai najis mutawassithah. Cara mensucikan najis mutawassithah tidak cukup hanya dengan memercikan air tetapi kita perlu membasuhnya hingga bau dan bentuknya hilang.

Menyikapi Najis Mutawassithah

Ada dua kemungkinan saat menghadapi najis mutawassithah ini, pertama, apabila kita meyakini adanya najis akan tetapi bentuk, rasa maupun baunya sudah hilang. Seperti air kencing yang sudah mengering, sehingga sifat-sifatnya hilang. Maka cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air diatasnya.

Kedua, apabila salah satu antara bau, rasa atau bentuknya masih terlihat. Maka kita harus membasuhnya untuk menghilangkan najis tersebut. Jika sudah terbasuh, digosok maupun kita kerik tetap tidak hilang maka hukum najisnya dimaafkan.

Begitulah pengkategorian najis dari air kencing. Kedua jenis najis ini memiliki perbedaan hukum dan tata cara pensuciannya.

Dapat kita simpulkan jawaban dari pertanyaan teman saya adalah pakaian yang terkena air kencing bayi, boleh ia pakai untuk salat dengan syarat harus kita bersihkan dahulu. Yakni dengan ketentuan yang berlaku seperti di atas sesuai dengan jenis najisnya. []

 

Tags: Air Kencing BayiFikih NajisHukum NajisNajisRukun Islamsalat
Maylitha Luciona Demorezza

Maylitha Luciona Demorezza

Anggota Puan Menulis yang saat ini berdomisili di Jakarta Barat sembari mengajar di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta

Terkait Posts

Perempuan Berdaya dalam Islam

Perempuan Berdaya dalam Islam, Merdeka Pikiran, Tindakan, dan Finansial

11 Juni 2023
Melepas Cadar

Inara Rusli Melepas Cadar demi Pekerjaan Part II

9 Juni 2023
Wanita Berkelas

Berwawasan Luas adalah Ciri Wanita Berkelas

8 Juni 2023
Perempuan Pesantren

Hati Suhita dan Tafsir Perjodohan Perempuan Pesantren

7 Juni 2023
Alasan Patriarkhi Tetap Bertahta

3 Alasan Patriarkhi Tetap Bertahta

6 Juni 2023
Inara Rusli Lepas Cadar

Inara Rusli Lepas Cadar demi Pekerjaan

5 Juni 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kawin Anak

    Dilema Hukum Dalam Kawin Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Moetiah, Aktivis Perempuan Tertelan Kuasa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Invisible Disability dari Drama Korea Doktor Cha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sopo Aruh: Menjaga Persatuan Indonesia dalam Lanskap Kebudayaan Jawa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Memberikan Dukungan Kepada Perempuan Korban KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan Berdaya dalam Islam, Merdeka Pikiran, Tindakan, dan Finansial
  • Hak-hak Perempuan di Pesantren
  • Pentingnya Memperhatikan Kesejahteraan Mental Selama Kehamilan
  • Akar Masalah Pekerja Migran
  • Moetiah, Aktivis Perempuan Tertelan Kuasa

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist