• Login
  • Register
Sabtu, 30 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Rujukan Hadits

Pekerjaan Domestik Perempuan Menurut Islam

Kompilasi 60 Hadits Sahih tentang Hak-hak Perempuan dalam ISlam

Faqih Abdul Kodir Faqih Abdul Kodir
21/08/2016
in Hadits
0
Pekerjaan Domestik Perempuan Menurut Islam

Pekerjaan Domestik Perempuan Menurut Islam

131
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hadits ini menjelaskan tentang pekerjaan domestik perempuan menurut Islam, baik reproduktif biologis maupun layanan terhadap seluruh anggota keluarga.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِى؟ قَالَ: «أُمُّكَ». قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أُمُّكَ». قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أُمُّكَ». قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أَبُوكَ». رواه مسلم.

 

Terjemahan:

Abu Hurairah Ra. menuturkan bahwa ada seorang laki-laki datang dan bertanya kepada Rasulullah Saw., “Siapakah orang yang paling berhak aku layani dan temani?”

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • 7 Dalil Kerja Domestik Tanggung Jawab Suami Istri
  • Biografi Gus Dur; Dekat dengan Lima Perempuan
  • 7 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri
  • Perempuan Sarjana Memilih Kerja Domestik, Apa Salahnya?

Baca Juga:

7 Dalil Kerja Domestik Tanggung Jawab Suami Istri

Biografi Gus Dur; Dekat dengan Lima Perempuan

7 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

Perempuan Sarjana Memilih Kerja Domestik, Apa Salahnya?

Rasulullah Saw. menjawab, “Ibumu.”

“Lalu, siapa?” orang itu bertanya lagi.

“Ibumu.”

“Terus, siapa?”

“Ibumu.”

“Setelah itu, siapa?”

“Kemudian, ayahmu,” jawab Rasulullah Saw. (Shahīh Muslim).

 

Sumber Hadits:

Hadits ini diriwayatkan Imam Muslim dalam Sahīh-nya (no. hadits: 6664), Imam Bukhari dalam Sahīh-nya (no. hadits: 6037), Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. hadits: 5141 dan 5142), Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya (2018), Ibnu Majah dalam Sunan-nya (no. hadits: 3789), dan Imam Ahmad dalam Musnad-nya  (no. hadits: 8459, 20345, dan 20365).

 

Penjelasan Singkat:

Hadits Abu Hurairah Ra. ini dinyatakan dalam konteks budaya Jahiliah yang lebih memberi penghormatan kepada laki-laki dibanding kepada perempuan (Ingat pernyataan Umar bin Khathab pada hadits ke-6). Nabi Muhammad Saw. membalik kesadaran mereka, bahwa memberi perhatian kepada perempuan lebih penting daripada kepada laki-laki. Mengapa?

Tentu saja, karena perhatian yang ada di masyarakat sama sekali tidak tertuju pada perempuan. Padahal, perempuan telah mengambil peran penting dalam meneruskan regenerasi kemanusiaan. Yaitu, menjadi ibu, mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, dan membesarkan anak. Hadits ini sekaligus memberi pengakuan dan penghargaan terhadap peran domestik dan reproduktif perempuan yang sering sekali diabaikan kebanyakan orang. Perempuan seringkali dibiarkan sendiri menjalankan peran tersebut, tanpa dukungan yang cukup dari pihak keluarga, masyarakat, dan terutama negara.

Dukungan terhadap perempuan sebagai ibu tidak cukup hanya berupa pujian dan ucapan manis. Tetapi, itu harus bentuk riil: membantu berbagi kerja, memberi makanan yang bergizi, mendidik dan memberdayakan perempuan, mengalokasikan anggaran kesehatan untuk perempuan, serta cuti kerja untuk reproduksi.

Penghargaan Nabi Muhammad Saw. kepada seorang ibu adalah ajaran Islam. Ajaran ini sudah seharusnya diimplementasikan dalam bentuk dukungan yang nyata dari anggota keluarga, masyarakat, dan negara. Perempuan sebagai calon ibu harus memperoleh pendidikan yang tinggi, ekonomi yang cukup, dan kesehatan yang terjamin. Begitu pun ketika sedang menjalani peran sebagai ibu, atau sudah menjalankan peran sebagai ibu. Konsep suami siaga dan desa siaga adalah bagian dari implementasi hadits ini, bukan?

 

Tags: kerja domestikposisi ibusuami siaga
Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir, biasa disapa Kang Faqih adalah alumni PP Dar al-Tauhid Arjawinangun, salah satu wakil ketua Yayasan Fahmina, dosen di IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan ISIF Cirebon. Saat ini dipercaya menjadi Sekretaris ALIMAT, Gerakan keadilan keluarga Indonesia perspektif Islam.

Terkait Posts

Al-Sittīn Al-‘Adliyah

Ngaji Al-Sittīn Al-‘Adliyah (4): Antara Idealitas dan Realitas Berinteraksi Sama Istri

25 September 2023
Hak hak Perempuan

Ngaji Al-Sittīn Al-‘Adliyah (3): Mengapa Membela Hak-hak Perempuan?

19 September 2023
Ngaji Kitab Al-Sittīn Al-‘Adliyah Prinsip Relasi Kehidupan

Ngaji Kitab Al-Sittīn Al-‘Adliyah (2): Prinsip Umum dalam Relasi Kehidupan

11 September 2023
Ngaji Kitab Al-Sittīn Al-‘Adliyah

Ngaji Kitab Al-Sittīn Al-‘Adliyah (1): Prinsip Umum dalam Relasi Kehidupan

26 Agustus 2023
Perempuan (bagai) dalam tawanan lelaki

Membaca Hadis “Perempuan (bagai) Tawanan Lelaki” dalam Perspektif Mubadalah

24 Juli 2023
Hadits tentang Pemukulan Anak

Hadis tentang Pemukulan Anak Perspektif Maqashid Syariah

8 November 2022
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Larangan Berbuat Kerusakan di Muka Bumi

    Dalil Tentang Larangan Berbuat Kerusakan di Muka Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Urgensi Pengesahan RUU PPRT: Payung Hukum untuk Lindungi Para Pekerja Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jiwa yang (Seharusnya) Bersedih: Laki-laki yang Tak Boleh Menangis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memahami Hadits Kecaman Alat Pembajak Tanah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meneladani Rasulullah dalam Menjaga Tiga Relasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Refleksi Tadarus Subuh: Banyak Perempuan Masa Nabi Saw Ikut Bela Negara
  • Film Air Mata di Ujung Sajadah: Dilema Ibu Kandung dan Ibu Asuh, Siapa yang Lebih Berhak?
  • Nabi Muhammad Saw: Sosok Sang Pemimpin Besar
  • Jiwa yang (Seharusnya) Bersedih: Laki-laki yang Tak Boleh Menangis
  • Buku Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama: Nabi Saw Menghormati Jenazah Non-Muslim

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist