• Login
  • Register
Rabu, 25 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Pemulihan Mental Anak Korban Kekerasan Seksual

Hindari menyalahkan anak, karena hal tersebut hanya akan menambah beban mental mereka.

Sifa Himayah Sifa Himayah
06/02/2025
in Publik
0
Kekerasan Seksual Anak

Kekerasan Seksual Anak

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kekerasan seksual terhadap anak di lembaga pendidikan masih menjadi isu hangat di berbagai platform media sosial. Hal ini tentu menjadi keprihatinan sebagian orang, termasuk bagi saya sendiri sebagai mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) ISIF Cirebon, pun merasa miris dan prihatin.

Merujuk data yang dirilis oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), tercatat bahwa dari Januari hingga Agustus 2023 terdapat 2.355 kasus pelanggaran perlindungan anak, di mana 861 di antaranya terjadi di lembaga pendidikan.

Data tersebut menunjukkan bahwa angka kekerasan terhadap anak di lingkungan pendidikan masih tinggi. Bahkan, salah satu dari ratusan kasus kekerasan seksual di lembaga pendidikan pernah terjadi di daerah saya, Kabupaten Kuningan.

Melansir laman tribratanews.jabar.polri.go.id, seorang guru ngaji yang berinisial HS di Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan, diduga melakukan kekerasan seksual terhadap beberapa santrinya.

Kasus ini terungkap ketika salah satu korban, yang berusia sembilan tahun dan duduk di kelas tiga sekolah dasar, terlihat murung serta merasakan kesakitan saat buang air kecil. Setelah ditanya oleh orang tuanya, terungkap bahwa ia telah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh guru ngajinya sendiri.

Baca Juga:

Difabel dan Kekerasan Seksual: Luka yang Sering Tak Dianggap

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

Jangan Membedakan Perlakuan antara Anak Laki-laki dan Perempuan

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

Modus yang digunakan pelaku adalah dengan memanggil santrinya secara bergiliran untuk mengaji secara privat. Kemudian melakukan tindakan pelecehan dengan meraba-raba tubuh korban.

Pemulihan Mental Anak Korban Kekerasan Seksual

Kasus di atas menunjukkan bahwa pelaku harus dihukum dan dilaporkan kepada pihak berwajib. Harapannya agar mereka jera dan tidak ada lagi yang melakukan kekerasan serupa.

Namun, selain melaporkan pelaku, ada hal yang lebih penting adalah memastikan pemulihan psikologis bagi anak korban kekerasan seksual. Karena kekerasan semacam ini meninggalkan luka batin yang dalam, seperti terlihat dari perubahan perilaku korban yang menjadi murung dan berbeda dari biasanya.

Bahkan tidak hanya anak, orang tua juga tentu merasa terpukul atas kejadian tersebut. Oleh karena itu, keluarga perlu memberikan perhatian lebih agar kondisi mental anak dapat pulih.

Melansir situs haibunda.com, ada beberapa langkah yang dapat orang tua lakukan untuk membantu pemulihan mental anak korban kekerasan seksual:

Pertama, memahami posisi anak. Menjadi korban kekerasan seksual dapat membuat anak merasa tak berdaya, terluka, dan trauma mendalam.

Orang tua harus memahami kondisi anak serta mendampingi mereka secara emosional dan psikologis. Hindari menyalahkan anak, karena hal tersebut hanya akan menambah beban mental mereka.

Kedua, tidak menghakimi. Sering kali, keluarga cenderung mempertanyakan anak secara langsung dan tanpa kehati-hatian, sehingga korban merasa tidak nyaman atau enggan bercerita.

Orang tua harus memastikan bahwa anak merasa didukung dan diterima tanpa adanya penghakiman, agar mereka lebih terbuka dan tidak semakin terpuruk.

Ketiga, memberikan rasa aman. Anak korban kekerasan seksual sering kali mengalami kecemasan, kesedihan mendalam, atau bahkan mengisolasi diri.

Oleh karena itu, orang tua harus menjadi garda terdepan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak. Kehadiran serta dukungan emosional yang kuat sangat penting dalam proses pemulihan mereka.

Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, keluarga dapat membantu mempercepat pemulihan mental anak korban kekerasan seksual. Sudah sepatutnya orang tua menjadi pendamping utama dalam memastikan bahwa anak mereka mendapatkan perlindungan dan pemulihan yang layak setelah mengalami kekerasan seksual. []

Tags: anakKekerasan seksualkorbanPemulihan Mental
Sifa Himayah

Sifa Himayah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Etika Berbagi

Berbagi dan Selfie: Mengkaji Etika Berbagi di Tengah Dunia Digital

24 Juni 2025
Digital

Kasus Francisca Christy: Ancaman Kekerasan di Era Digital itu Nyata !!!

24 Juni 2025
Wahabi Lingkungan

Pentingkah Melabeli Wahabi Lingkungan?

24 Juni 2025
Korban KBGO

Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi

23 Juni 2025
Khadijah

Nyai Awanillah Amva: Jika Ingin Istri Seperti Khadijah, Muhammad-kan Dulu Dirimu

22 Juni 2025
Ekoteologi Kemenag

Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

20 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bias Kultural

    Bias Kultural dalam Duka: Laki-Laki Tak Boleh Sepi, Perempuan Harus Mengisi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Dalil Lemah di Balik Khitan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingkah Melabeli Wahabi Lingkungan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Tak Mau Menikah, Tapi Realitas yang Tak Ramah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Francisca Christy: Ancaman Kekerasan di Era Digital itu Nyata !!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berbagi dan Selfie: Mengkaji Etika Berbagi di Tengah Dunia Digital
  • Kasus Francisca Christy: Ancaman Kekerasan di Era Digital itu Nyata !!!
  • Bias Kultural dalam Duka: Laki-Laki Tak Boleh Sepi, Perempuan Harus Mengisi
  • Membongkar Dalil Lemah di Balik Khitan Perempuan
  • Bukan Tak Mau Menikah, Tapi Realitas yang Tak Ramah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID