• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Pentingnya Kemandirian Sejak Dini bagi Anak Perempuan

Mengajarkan kemandirian kepada anak perempuan bisa jadi tata caranya tidak harus sama dengan anak laki-laki, tetapi tujuan yang diinginkan adalah agar baik anak laki-laki maupun anak-anak perempuan sama-sama bisa mandiri dan berdaya di masa depan

SITI KHOIROTUL ULA SITI KHOIROTUL ULA
21/10/2021
in Personal, Rekomendasi
0
Anak Perempuan

Anak Perempuan

146
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam konteks budaya patriarki, laki-laki memang memiliki posisi secara sosial yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Meski begitu, tanggung jawab laki-laki – dalam konstruksi budaya tadi- juga lebih besar. Konstruksi budaya yang menempatkan laki-laki di atas perempuan membentuk narasi bahwa kebanyakan perempuan itu manja, bergantung dan butuh dilindungi.

Namun, keadaan tersebut kian menemukan perdebatan sekaligus  pertentangannya ketika dihadapkan pada realita bahwa banyak perempuan yang justru tidak mendapatkan perlindungan dari laki-laki, mendapatkan perlakukan kasar hingga kekerasan fisik.

Perempuan yang dalam budaya patriarki dituntut untuk menghormati laki-laki sedemikian rupa yang dengan begitu ia mendapatkan perlindungan dari laki-laki, nyatanya justru disubordinatkan dan diperlakukan dengan tidak adil. Sehingga memunculkan pandangan-pandangan baru yang menjadi kritik sosial atas kondisi yang timpang seperti emansipasi, feminisme dan sebagainya.

Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk melakukan kritik sosial itu adalah dengan cara memberikan pendidikan kemandirian dan keberdayaan kepada anak-anak perempuan sejak dini. Anak-anak perempuan hendaknya diberikan wawasan tentang bagaimana dunia ini berjalan, berlaku, tantangan-tantangannya, dan beberapa hal yang nature maupun yang nurture. Supaya anak perempuan mampu menempatkan dirinya dengan baik dan survive dalam berbagai kondisi, tentunya dengan pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan tata moral yang ada.

Mengajarkan kemandirian kepada anak perempuan bisa jadi tata caranya tidak harus sama dengan anak laki-laki, tetapi tujuan yang diinginkan adalah agar baik anak laki-laki maupun anak-anak perempuan sama-sama bisa mandiri dan berdaya di masa depan. Sudah bukan waktunya lagi mengatakan kepada anak-anak perempuan bahwa perempuan tidak harus bekerja karena nanti suaminya yang akan memberi nafkah, atau mengatakan kepada anak perempuan kalau perempuan tidak perlu sekolah terlalu tinggi karena toh pada akhirnya nanti akan berkutat di dapur, sumur dan kasur saja.

Memberikan pemahaman kepada anak perempuan bahwa mereka tidak perlu bekerja dan tidak perlu berpendidikan tinggi sama halnya mematikan kemanusiaan anak perempuan itu sendiri. Kenapa? Karena sebagai manusia dewasa baik laki-laki maupun perempuan, masing-masing memiliki kewajiban untuk menafkahi dirinya sendiri. Setelah anak perempuan menikah, ia memang wajib dinafkahi oleh suaminya, namun di masa sekarang, sangat lazim jika istri juga ikut bekerja entah itu untuk membantu ekonomi keluarga atau hanya sekedar memenuhi hobi dan improve keterampilan saja.

Baca Juga:

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

Lelaki Patriarki : Bukan Tidak Bisa tapi Engga Mau!

Keadilan sebagai Prinsip dalam Islam

Tauhid sebagai Dasar Kesetaraan

Keberdayaan dan kemandirian perempuan seringkali dipahami oleh laki-laki kebanyakan -meskipun tidak semuanya- sebagai upaya perempuan untuk mengekspansi kekuasaan yang selama ini menjadi wilayah laki-laki, termasuk dalam sektor domestik dan itu lazim dimaknai sebagai ancaman. Padahal, ketika seorang perempuan berdaya dan mandiri, banyak hal positif yang didapatkan termasuk anak-anak yang diasuhnya kelak juga akan berdaya dan mandiri. Seorang ibu yang mandiri dan berdaya, memiliki kekuatan yang tidak bisa disubordinatkan oleh suami maupun anak-anaknya kelak.

Bagaimana caranya mengajari anak-anak perempuan untuk mandiri sejak dini yang tujuannya agar mereka sadar bahwa menjadi berdaya dan mandiri itu sangat penting bagi perempuan? Kita sebagai orang tua perlu menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh anak kita untuk memberitahukan tentang pentingnya hidup mandiri dan menegosiasikan kepada mereka tentang hal-hal yang seharusnya bisa dilakukan sendiri.

Tapi sebisa mungkin hindari membentak dan mengatakan bahwa anak-anak kita itu merepotkan kita. Kenapa? Karena sekali saja orang tua mengatakan hal itu kepada anak-anaknya, anak-anak akan merasa mereka ditolak, dianggap menjadi sumber masalah dan terjadi kesalahpahaman dalam benaknya bahwa orang tuanya tidak menyayangi dan mencintainya sepenuh hati.

Mencintai anak tanpa syarat tidaklah bermakna kita harus selalu menuruti semua kemauannya dengan memanjakannya. Alih-alih membuat anak-anak menjadi lebih baik, hal itu justru akan menjerumuskannya. Memberikan pendidikan dan mengajari mereka bekerja sedari dini dengan cara yang baik dan tidak eksploitatif dapat membuat anak-anak paham akan pentingnya bekerja dan mandiri.

Formula ini penting untuk menjauhkan kita dari relasi yang beracun antara anak perempuan, dan orang tua, dan anak-anak pun akan dengan sendirinya paham bahwa orang tuanya sengaja memandirikan mereka sejak kecil karena mereka membutuhkan itu untuk menghadapi tantangan di masa  depan. []

Tags: Anak PerempuankeadilanKemandirianKesetaraanpatriarki
SITI KHOIROTUL ULA

SITI KHOIROTUL ULA

Penulis lepas, penjual buku dan sehari-hari mengajar di UIN SATU Tulungagung

Terkait Posts

Ancaman Intoleransi

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

5 Juli 2025
Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Gerakan KUPI

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

4 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID