Mubadalah.id- Penyebutan masyarakat pesisir ialah masyarakat yang membangun pemukiman di kawasan pesisir, mencari sumber kehidupan dan juga pemanfaatan sumber daya laut. Masyarakat pesisir memiliki beragam profesi, mulai dari nelayan, pedagang, pembudidaya ikan, hingga petani. Masyarakat pesisir jadi kelompok rentan, ambil salah satu contohnya adalah para nelayan, profesi mereka masih masuk golongan berburu dan meramu.
Sejarah masyarakat pesisir
Kebudayaan mereka tidak lepas dari fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan luas laut yang mencapai 2,7 Juta kilometer. Selain itu, awal dari kebudayaan pesisir meliputi beberapa hal. Yang mencakup elemen Islam, penggunaan bahasa Melayu dalam aktifitas dagang dan keberadaan budaya Cina di wilayah utara.
Kehidupan masyarakat pesisir terdiri atas kelompok sosial. Pembagian kelompok sosial ini salah satunya berdasarkan interaksi sosial. Merujuk dari pendapat Kusnadi, masyarakat pesisir dibagi menjadi pemanfaatan langsung sumber daya alam, pengolah hasil laut, dan penunjang kegiatan ekonomi perikanan. Dari hal tersebut, peran dari hasil laut sangatlah bermanfaat bagi kehidupan mereka.
Walau sangat berpengaruh pada pengelolaan laut, tidak semua masyarakat pesisir menggantungkan kehidupannya pada laut. Kegiatan pertanian, industri ataupun inovasi lainnya sudah mereka lakukan dengan melihat perkembangan zaman. Oleh karena itu, sifat dari masyarakat pesisir tidaklah homogen pada satu profesi tertentu.
Kondisi iklim dan nasib masyarakat pesisir
Masyarakat pesisir sangat menggantungkan hidupnya lewat segala hasil laut. Laut memang primadona di negeri ini. Tetapi, melihat beberapa tahun ke belakang laut wilayah tertentu mulai menunjukkan keganasannya. Salah satunya dengan adanya banjiir rob yang terjadi karena limpasan air laut. Rob terjadi karena beberapa faktor, salah satunya dengan adanya perubahan iklim.
Segala proses ini dipengaruhi karena adanya perubahan iklim. Perubahan yang terjadi mengakibatkan masyarakat harus mulai melakukan mitigasi bencana. Salah satunya adalah daerah pesisir yang parah terkena banjir rob berada di wilayah utara pulau Jawa. Kota Pekalongan dapat menjadi contoh salah satu kota yang berada di utara pulau jawa. Penurunan tanah tertinggi setiap tahunnya di kota ini mengakibatkan dampak banjir rob lebih besar bagi masyarakat.
Bisa jadi pemerintah sudah melakukan mitigasi untuk masyarakat pesisir menggunakan beragam cara. Pembangunan tanggul baik dari skala sedang maupun raksasa jadi salah satu konsentrasi pemerintah dalam melakukan mitigasi bencana rob. Selanjutnya, pembangunan rumah pompa juga menjadi cara pemerintah dalam membantu warganya ketika musim penghujan dan banjir rob datang.
Bukan hanya mitigasi, mereka sudah mulai beradaptasi
Mitigasi sendiri memiliki arti segala upaya yang dilakukan dari pencegahan hingga penaganan kondisi usai terjadinya suatu bencana. Mitigasi dalam bencana banjir rob sudah pemerintah lakukan dengan pembangunan tanggul, peninggian jalan, pembangunan rumah pompa dan juga hal lainnya. Tetapi, melihat kondisi banjir rob yang datangnya setiap tahun mulai melakukan adaptasi jadi salah satu upaya yang harus masyarakat lakukan.
Beragam adaptasi yang masyarakat lakukan seperti melakukan inovasi tambak apung dengan memanfaatkan lahan mereka yang terrendam air. Selain itu, melakukan inovasi dengan pengolahan produk yang banyak ditemukan di daerah rob seperti pohon mangrove. Inovasi menggunakan mangrove ini jadi salah satu bentuk adaptasi masyarakat pesisir guna tetap mengingkatkan perekonomian mereka.
Adaptasi menjadi sikap yang dapat dilakukan setiap manusia. Melakukan adaptasi pastinya bukan hal yang mudah. Perlu proses yang panjang untuk bisa sadar hingga melakukan perubahan sikap. Adaptasi masyarakat ini perlu kita apresiasi dan juga menjadikannya sebagai motivasi bahwa dalam keadaan sulit mereka tetap berjuang demi berjalannya kehidupan mereka. []