Senin, 8 September 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Ulama Perempuan KUPI

    Doa, Seruan Moral, dan Harapan Ulama Perempuan KUPI untuk Indonesia

    Ulama Perempuan KUPI yang

    Nyai Badriyah Fayumi: Maklumat Ulama Perempuan KUPI untuk Menyelamatkan Indonesia

    Ekoteologi

    Forum Rektor Bersama Gusdurian Dorong Ekoteologi Kampus

    Tuntutan 17+8

    Kamala Chandrakirana: Demokrasi Indonesia Hadapi “Krisis dalam Krisis”

    Keselamatan Bangsa

    Jaringan KUPI Akan Gelar Doa Bersama dan Maklumat Ulama Perempuan Indonesia

    Deligitimasi Otoritas

    Agama, Rakyat, dan Proses Delegitimasi Otoritas

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: Gus Dur Selalu Letakkan Kemanusiaan di Atas Politik

    Mahfud MD

    Mahfud MD Ungkap Masalah Utama Bangsa, Beberkan Cara Gus Dur Tangani Krisis dan Demo

    Bersaudara dengan Alam

    GUSDURian Ajak Manusia Kembali Bersaudara dengan Alam

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Refleksi Maulid

    Refleksi Maulid sebagai Alarm Sosial: Dari Quraisy ke Oligarki

    Pseudoharmoni

    Pseudoharmoni; Kekaburan Relasi Pejabat Dengan Rakyat

    Demokrasi Deliberatif

    Habermas dan Senayan: Demokrasi Deliberatif yang Absen di Indonesia

    Maulid Nabi

    Maulid Nabi Tahun Ini Diwarnai oleh Darah

    Demo

    Apakah Demo Itu Selalu Anarkis?

    Kepercayaan Rakyat

    Mengembalikan Kepercayaan Rakyat: Pelajaran dari Kesederhanaan Umar bin Khattab

    Mereset Hidup

    Usaha Mereset Hidup menurut Fahruddin Faiz

    Tuntutan 17+8

    Mari Kita Baca Bersama Tuntutan 17+8

    Demo dan Kemerdekaan

    Demo dan Kemerdekaan: Luka di Balik 80 Tahun Kemerdekaan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Muhammad

    Kehidupan Masa Kecil Nabi Muhammad

    Muhammad

    Mengapa Abdul Muththalib Menamai Cucu Itu Muhammad ?

    Panggung Maulid

    Panggung Maulid: Ruang Kreatif Gen Z Menyemai Cinta Rasulullah

    Lahir Nabi Muhammad

    Kisah Tahun Gajah dan Lahirnya Nabi Muhammad Saw

    Maulid Nabi Muhammad Saw

    Ketika Maulid Nabi Muhammad Saw Dituduh Bid‘ah

    Temu Inklusi

    Temu Inklusi: Memastikan Aksesibilitas bagi Teman Disabilitas

    Maulid Nabi saw di Indonesia

    Perayaan Maulid Nabi di Indonesia

    Maulid Nabi

    Perayaan Maulid Nabi Saw di Berbagai Dunia

    Mencintai Nabi

    Tradisi Maulid: Ekspresi Umat Islam dalam Mencintai Nabi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Ulama Perempuan KUPI

    Doa, Seruan Moral, dan Harapan Ulama Perempuan KUPI untuk Indonesia

    Ulama Perempuan KUPI yang

    Nyai Badriyah Fayumi: Maklumat Ulama Perempuan KUPI untuk Menyelamatkan Indonesia

    Ekoteologi

    Forum Rektor Bersama Gusdurian Dorong Ekoteologi Kampus

    Tuntutan 17+8

    Kamala Chandrakirana: Demokrasi Indonesia Hadapi “Krisis dalam Krisis”

    Keselamatan Bangsa

    Jaringan KUPI Akan Gelar Doa Bersama dan Maklumat Ulama Perempuan Indonesia

    Deligitimasi Otoritas

    Agama, Rakyat, dan Proses Delegitimasi Otoritas

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: Gus Dur Selalu Letakkan Kemanusiaan di Atas Politik

    Mahfud MD

    Mahfud MD Ungkap Masalah Utama Bangsa, Beberkan Cara Gus Dur Tangani Krisis dan Demo

    Bersaudara dengan Alam

    GUSDURian Ajak Manusia Kembali Bersaudara dengan Alam

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Refleksi Maulid

    Refleksi Maulid sebagai Alarm Sosial: Dari Quraisy ke Oligarki

    Pseudoharmoni

    Pseudoharmoni; Kekaburan Relasi Pejabat Dengan Rakyat

    Demokrasi Deliberatif

    Habermas dan Senayan: Demokrasi Deliberatif yang Absen di Indonesia

    Maulid Nabi

    Maulid Nabi Tahun Ini Diwarnai oleh Darah

    Demo

    Apakah Demo Itu Selalu Anarkis?

    Kepercayaan Rakyat

    Mengembalikan Kepercayaan Rakyat: Pelajaran dari Kesederhanaan Umar bin Khattab

    Mereset Hidup

    Usaha Mereset Hidup menurut Fahruddin Faiz

    Tuntutan 17+8

    Mari Kita Baca Bersama Tuntutan 17+8

    Demo dan Kemerdekaan

    Demo dan Kemerdekaan: Luka di Balik 80 Tahun Kemerdekaan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Muhammad

    Kehidupan Masa Kecil Nabi Muhammad

    Muhammad

    Mengapa Abdul Muththalib Menamai Cucu Itu Muhammad ?

    Panggung Maulid

    Panggung Maulid: Ruang Kreatif Gen Z Menyemai Cinta Rasulullah

    Lahir Nabi Muhammad

    Kisah Tahun Gajah dan Lahirnya Nabi Muhammad Saw

    Maulid Nabi Muhammad Saw

    Ketika Maulid Nabi Muhammad Saw Dituduh Bid‘ah

    Temu Inklusi

    Temu Inklusi: Memastikan Aksesibilitas bagi Teman Disabilitas

    Maulid Nabi saw di Indonesia

    Perayaan Maulid Nabi di Indonesia

    Maulid Nabi

    Perayaan Maulid Nabi Saw di Berbagai Dunia

    Mencintai Nabi

    Tradisi Maulid: Ekspresi Umat Islam dalam Mencintai Nabi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Perbedaan Ulama Dunia dan Ulama Akhirat Menurut Al-Ghazali

Suguhan ini, sebagai acuan metodologis saat memilih tokoh, ustadz atau figur rujukan ilmu-ilmu agama di jaman serba virtual sekarang ini

M. Naufal Waliyuddin M. Naufal Waliyuddin
2 Januari 2024
in Hikmah
0
Perbedaan Ulama

Perbedaan Ulama

1.7k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagai seorang cendekiawan Muslim, Imam Al-Ghazali memiliki spektrum keilmuan yang luas. Kapasitasnya menjangkau banyak disiplin ilmu, mencakup fiqh, teologi, filsafat, kosmologi, manthiq (ilmu logika), hingga tasawuf. Dalam salah satu karya termasyhurnya, Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, penulis prolifik yang menghasilkan lebih 70 karya ini menyuguhkan semacam panduan.

Fokus panduannya itu, salah satunya, adalah tipologi perbedaan ulama yang layak dianut dan ulama yang perlu dijauhi. Suguhan di dalamnya memiliki relevansi fungsional di masa sekarang. Utamanya sebagai acuan metodologis saat memilih tokoh, ustadz atau figur rujukan ilmu-ilmu agama di jaman serba virtual sekarang ini.

Karakteristik Ulama Akhirat

Bila diungkap secara garis besar, Al-Ghazali mencacah tipe perbedaan ulama ke dalam dua golongan. Yakni “ulama akherat” dan “ulama yang buruk” (duniawi, al-‘ulamā’ al-sū`). Kedua kelompok ini secara gampangnya saling bertolak-belakang.

Menurutnya, di bab keenam Ihya’, ada sekitar 12 karakteristik ulama akhirat. Beberapa di antaranya adalah wara’ dan zuhud. Para ulama asli bersikap sederhana dan memandang kehidupan Nabi Muhammad sebagai prototipe yang musti dilakoni sebagai teladan hidup.

Ciri setelahnya, yang bagi saya pribadi merupakan karakter cukup nyentrik, adalah mereka menjauhkan diri dari para sultan (penguasa). Pada tahap ini Al-Ghazali menumpukan argument pada dampak buruknya seseorang yang terlanjur (men)dekat dengan penguasa.

Ada risiko bersikap munafik. Tidak jarang seseorang akan menjadi canggung dan segan untuk mengkritik penguasa. Kemudian mereka juga bersusah kata untuk menghibur atau menyenangkan sultan/pemimpin. Bahkan dengan gamblang Al-Ghazali menyebut perbuatan mendekat ke penguasa itu sebagai kunci menuju aneka keburukan—miftāḥ li al-syurūr.

Karakter lainnya adalah ulama akhirat tidak tergesa-gesa dalam memutuskan hukum sesuatu. Ia tidak terburu-buru memberi fatwa. Ini merupakan wujud kehati-hatian (al-ḥazm). Jamak kita temui, banyak orang pandai memiliki semacam ‘kutukan’ internal untuk selalu menunjukkan kepandaiannya.

Tak jarang dorongan ini membuat mereka tergesa-gesa menghukumi sesuatu dan bisa menjawab segala pertanyaan. Imam Al-Ghazali tidak luput menangkap gejolak psikologis halus semacam itu dalam lubuk batin manusia.

Selaras antara Ucapan dan Tindakan

Di samping itu, ulama akhirat juga selaras antara ucapan dan tindakan. Mereka juga memiliki perhatian lebih ke laku spiritual, ilmu batiniah, dan senantiasa mengupayakan muraqabah (mendekatkan diri ke pencipta). Dengan bekal ini, para ulama akhirat tidak bermalas-malasan bermujahadah (sungguh-sungguh, telaten).

Mereka juga bersikap tawaduk, khusyuk dan berakhlak terpuji sehingga tampak dalam gerak-gerik sehari-hari kehidupannya. Secara sekilas, ketika menatapnya, seseorang akan teringat pada Allah.

Ada pula ciri unik lainnya dari ulama akhirat. Dalam bab ini Al-Ghazali memasukkan potret ulama akhirat adalah mereka yang merasa sedih (ḥazīnan), hancur hati, menundukkan kepala, dan berdiam diri (ṣāmitan). Lebih menarik lagi, ulama akhirat bukanlah pribadi yang mbetutut, cemberut.

Menurut Al-Ghazali, mereka adalah orang-orang yang “tertawa lepas” (yadlhakuna jahran) dan “menangis dalam kesendirian” atau secara sembunyi-sembunyi (yabkuna sirran). Di sini dapat dicermati, ulama akherat, setidaknya menurut perspektif Al-Ghazali, adalah mereka yang ceria, senyum, ringan tawa di ruang pergaulan sosial, dan menyembunyikan duka laranya di ruang bisu—semesta yang senyap dan sunyi.

Ini mengingatkan kita pada sosok Nabi Muhammad yang wajahnya senantiasa tersenyum (tabassam). Bukan hanya bibirnya saja, melainkan sekujur wajahnya. Di sini penting menggarisbawahi bahwa citra kekhusyukan seorang ulama tidaklah seperti yang di jaman ini sering dipertontonkan: muka yang murung, tersedu menangis-nangis, dan merasa pedih setiap waktu.

Justru raut seperti itu patut disembunyikan di ruang privat, pada momen-momen intim bersama pencipta. Jika mengacu pada pandangan Al-Ghazali, ekspresi yang perlu ditampilkan di lingkup sosial adalah justru raut keceriaan dan rasa bahagia. Seakan mengisyaratkan pada masyarakat agar berbagi vibrasi positif ke dunia luar di sekeliling kita.

Ciri-ciri Ulama Dunia

Sedangkan untuk karakter ulama su’ atau disebut Al-Ghazali juga sebagai “ulama dunia”, sederhananya merupakan kebalikan dari ulama akhirat. Mereka pandai namun menggunakan ilmunya untuk kemaki (songong). Mereka juga mendayagunakan ilmu dan amal akhiratnya demi perolehan duniawi yang sifatnya temporer.

Tidak jarang ulama jenis ini juga memupuk harta, mengejar popularitas, haus akan pujian dan kemuliaan. Ilmu mereka pakai untuk menjatuhkan lawan bicara dan kepuasan memenangkan debat. Mereka juga ringan mulut dalam memberi fatwa—yang mana ulama akhirat justru menjauhi tindak ceroboh semacam ini.

Ulama dunia juga sangat merasa butuh untuk mendekat ke penguasa. Tidak jarang dari mereka yang bersekutu dengannya sambil melegitimasi hal-hal yang pelik. Al-Ghazali secara pedas menggolongkan mereka sebagai kalangan munafik.

Dari uraian ringkas ini, semoga kita bisa berhati-hati dalam mencari rujukan. Awas terkelabui dan terperdaya. []

Tags: agamaimam al-ghazalitokoh agamaulamaUlama AkhiratUlama Dunia
M. Naufal Waliyuddin

M. Naufal Waliyuddin

Redaktur metafor.id. Peneliti swadaya seputar generasi muda dan sosial keagamaan. Alumni Tasawuf Psikoterapi dan Interdisciplinary Islamic Studies. Pegiat literasi dan seni yang kerap menulis dengan nama pena Madno Wanakuncoro.

Terkait Posts

Panggung Maulid
Pernak-pernik

Panggung Maulid: Ruang Kreatif Gen Z Menyemai Cinta Rasulullah

7 September 2025
Pendidikan Agama
Hikmah

Membekali Anak dengan Pendidikan Agama

5 September 2025
Deligitimasi Otoritas
Aktual

Agama, Rakyat, dan Proses Delegitimasi Otoritas

3 September 2025
Gus Dur yang
Aktual

Saat Para Pemikir dan Tokoh Agama Bicara Warisan Besar Gus Dur, Membumikan Nilai Kemanusiaan

30 Agustus 2025
Hari Kemerdekaan
Publik

Hari Kemerdekaan dan Problem Beragama Kita Hari Ini

20 Agustus 2025
Kemerdekaan
Hikmah

Islam dan Kemerdekaan

13 Agustus 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Lahir Nabi Muhammad

    Kisah Tahun Gajah dan Lahirnya Nabi Muhammad Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Abdul Muththalib Menamai Cucu Itu Muhammad ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Manggopoh Perempuan yang Menyusui dan Melawan Pajak di Medan Perang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Panggung Maulid: Ruang Kreatif Gen Z Menyemai Cinta Rasulullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Isu Perceraian Veve Zulfikar: Seberapa Besar Dampak Memiliki Pasangan NPD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Refleksi Maulid sebagai Alarm Sosial: Dari Quraisy ke Oligarki
  • Kehidupan Masa Kecil Nabi Muhammad
  • Mengapa Abdul Muththalib Menamai Cucu Itu Muhammad ?
  • Panggung Maulid: Ruang Kreatif Gen Z Menyemai Cinta Rasulullah
  • Siti Manggopoh Perempuan yang Menyusui dan Melawan Pajak di Medan Perang

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID