• Login
  • Register
Senin, 26 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Perempuan Altruis yang Membuat Allah Tertawa

Meski murid pada zaman itu bisa belajar segalanya melalui teknologi, sikap humanis seorang guru tak akan tergantikan

Erfin Walida Erfin Walida
03/01/2024
in Hikmah
0
Perempuan Altruis

Perempuan Altruis

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Manusia memiliki dua jenis genetika pada tubuh biologisnya, yaitu egois dan altruis. Egois merupakan prilaku yang mengedepankan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan orang banyak. Sedangkan altruis adalah prilaku mengedepankan kepentingan orang banyak di atas kepentingan diri sendiri.

Secara bahasa, altruisme merupakan kata bahasa Inggris altruism yang bermakna mementingkan kepentingan orang lain. Kamus ilmiah menerangkan bahwa istilah altruisme mempunyai ‎arti suatu pandangan yang menekankan kewajiban manusia memberikan ‎pengabdian, rasa cinta, dan tolong-menolong terhadap sesama.‎

Auguste Comte sebagai bapak positivisme mengenalkannya pada abad ‎ke-19 yang mengatakan bahwa dalam altruisme terkandung ‎‎“penghapusan hasrat mementingkan diri sendiri dan egosentrisme, serta ‎menjalani kehidupan yang ditujukan untuk kesejahteraan orang lain”. ‎‎(Ricard, 2015).

Perempuan Altruis di Zaman Rasulullah Saw

Setiap Selasa sore, Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur menggelar kajian rutin bertajuk Ngaji Kitab Mu’jam A’lam an-Nisaa’ fil Qur’anil Karim. Kitab ensiklopedia perempuan ini berisi kisah perempuan-perempuan yang menjadi penyebab turunnya ayat Alquran.

Suatu sore, Nasyiah Jatim menyoal kehidupan Ummu Sulaim bintu Milhan yang sangat sederhana dan memiliki sifat altruisme. Kata lain, menjadi perempuan altruis. Ibu dari Anas bin Malik, pelayan setia Rasulullah, ini menikah dengan Abu Thalhah dengan mahar termahal. Yakni dengan keislaman Abu Thalhah.

Baca Juga:

Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

KB dalam Pandangan Islam

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Saat Abu Thalhah mengkhitbahnya, ia berkata, “Aku tak menginginkan mahar apapun darimu kecuali keislamanmu.” Terbesitlah secercah hidayah pada Abu Thalhah dan berimanlah ia. Kemudian ia menikahi Ummu Sulaim dengan mahar tersebut.

Suatu ketika, Rasulullah Saw kedatangan seorang tamu. Ia bertanya pada istrinya apakah ada makanan. Istrinya pun menjawab hanya ada air. Maka Rasulullah pun bertanya, “Siapa yang bertugas menjamu tamu hari ini?” Ternyata Abu Thalhah dan istrinya.

Rasulullah pun mendatangi Abu Thalhah dan Ummu Sulaim. Mereka pun bersegera menyiapkan makan malam, menyalakan pencahayaan, dan menyiapkan makanan untuk tamu Rasulullah Saw.

Karena makanan hanya cukup untuk tamunya, Ummu Sulaim berpura-pura membenahi sumber pencahayaan. Kemudian ia sengaja mematikan cahaya tersebut dan memperlihatkan pada tamu bahwa ia makan bersama suaminya. Padahal mereka hanya berpura-pura. Begitulah sikap Ummu Sulaim, perempuan altruis, bersama suaminya Thalhah.

Keesokan harinya, Thalhah yang seorang anshar ini bercerita ke Nabi perihal kejadian semalam. Nabi pun menanggapi, “Pantesan semalam Allah tertawa. Ternyata karena kelakuan kalian berdua.” Inilah yang menjadi sebab turunnya surat Al-Hasyr ayat 9.

“Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri (altruisme), meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Menjadi Altruis di Zaman yang Egois

Zaman digital membuat pola komunikasi manusia lebih efektif dan efisien. Namun, digitalisasi media juga mengakibatkan lahirnya manusia-manusia individual dan egois. Manusia terbiasa berinteraksi dengan perangkat lunak yang tidak dapat mendeteksi perasaan. Di media sosial, manusia tersenyum hanya dengan menekan tombol like. Tak perlu susah payah mengatur mood yang kadang berantakan.

Pada era ini pun lambat laun manusia tergantikan oleh sistem. Berapa banyak pekerjaan yang kini menggerus kesempatan manusia bekerja. Robot memiliki ketelitian dan kecepatan kerja melebihi manusia.

Pada akhirnya perasaanlah yang menjadi kelebihan manusia atas robot. Meski murid pada zaman itu bisa belajar segalanya melalui teknologi, sikap humanis seorang guru tak akan tergantikan. Manusia yang memiliki sikap egois tak lagi ada bedanya dengan robot yang tak berperasaan. Maka, manusia dengan altruismenya yang diperhitungkan. []

Tags: AltruismeislamPerempuan Altruissahabat nabisejarahSunah Nabi
Erfin Walida

Erfin Walida

Pendidik dan aktivis Nasyiah. Tertarik dengan isu pendidikan, agama, dan gender.

Terkait Posts

Meneladani Noble Silence

Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

24 Mei 2025
ihdâd

Ihdâd: Pengertian dan Dasar Hukum

24 Mei 2025
Filosofi Santri

Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial

23 Mei 2025
KB perempuan

Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

23 Mei 2025
KB dan Politik

KB dan Politik Negara

22 Mei 2025
KB Modern

5 Jenis KB Modern

22 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Anak

    Melihat Lebih Dekat Dampak dari Pernikahan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membangun Keluarga Sakinah: Telaah Buku Saku Keluarga Berkah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tantangan Difabel: Aku Tidak Berbeda, Hanya Hidup dengan Cara yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membangun Keluarga Sakinah: Telaah Buku Saku Keluarga Berkah
  • Melihat Lebih Dekat Dampak dari Pernikahan Anak
  • Tantangan Difabel: Aku Tidak Berbeda, Hanya Hidup dengan Cara yang Berbeda
  • Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version