• Login
  • Register
Sabtu, 19 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Perempuan Berpendidikan Tinggi Adalah Perintah Nabi Lho!

Bagi kaum yang berpikir, perempuan berpendidikan tinggi itu bukanlah aib, melainkan realisasi atas perintah Nabi

Aspiyah Kasdini RA Aspiyah Kasdini RA
07/05/2022
in Personal
0
perempuan berpendidikan tinggi

perempuan berpendidikan tinggi

529
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perempuan berpendidikan tinggi sering menjadi hal yang diperbincangkan. Perempuan, sebagai makhluk yang dapat berdiri sendiri menjadikan hal ini terus diperjuangkan. Bahkan, salah satu tujuan diutusnya Nabi terakhir bagi umat Islam adalah untuk menyempurnakan akhlak (HR. Bukhari), terutama akhlak terhadap kaum yang kerap dipinggirkan, termasuk perempuan.

Pada masa Nabi Muhammad Saw. jumeneng, perempuan banyak dilibatkan dalam ranah publik, seperti dalam peperangan, kesehatan, ekonomi, dan juga secara sosial masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan dan kedudukan seperti halnya laki-laki juga dalam kehidupan bermasyarakat.

Secara tidak langsung, Nabi Muhammad Saw. menekankan, bahwasannya perempuan juga harus memiliki kompetensi diri dalam segala bidang, dan untuk memilikinya, perempuan harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan dengan jalan pendidikan.

Perempuan berpendidikan tinggi sejatinya menekankan bahwa pendidikan tidak mengenal gender, siapapun berhak mendapatkannya, bahkan konstitusi memberikan jaminan atasnya. Pendidikan yang layak, baik, dan bermutu yang diberikan kepada perempuan tentunya memiliki banyak manfaat, tidak saja secara individu perempuan, melainkan secara luas meliputi berbagai peran perempuan dalam masyarakat.

Masyarakat kerap sangsi terhadap perempuan berpendidikan tinggi, ”ngapain sekolah tingi-tinggi, akhirnya juga nanti di dapur,” “Untuk apa sih sekolah terus, toh kalau sudah menikah nanti, perempuan harus manut sama suami,” “Jadi perempuan jangan sekolah tinggi-tinggi, nanti nggak ada laki-laki yang mau lho!.” Masih banyak lagi pernyataan-pernyataan yang didengungkan oleh konstruk sosial saat perempuan berkehendak untuk melanjutkan pendidikan yang tinggi.

Baca Juga:

COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

Melalui konteks agamapun, para pemuka agama kerap memberikan narasi-narasi yang memarjinalkan perempuan dengan penafsiran-penfsiran teks suci secara patriarki. “Surga istri itu ada pada ridla suami,” “Jadilah wanita yang taat pada perintah suami,” “Waris perempuan itu bergantung pada kehadiran laki-laki dalam kekerabatan,” dan masih banyak lagi.

Melalui konstruk sosial dan narasi agama yang tidak adil gender inilah yang membuat perempuan tidak dapat memaksimalkan potensi diri yang telah diberikan Tuhan YME. Perempuan selalu menjadi objek kedua dan tidak didengar suaranya.

Jika kita menggunakan narasi agama dengan seksama, justru banyak makna mendalam yang menunjukkan bahwasanya perempuan berpendidikan tinggi itu sangatlah penting. Dalam konteks masyarakat Muslim, tentu tidak asing dengan Hadis Nabi dalam Sunan Ibnu Majah yang artinya: “Dari Anas bin Malik ra. berkata, bahwasanya Rasulullah Saw. Bersabda: “Belajar, mencari ilmu itu kewajiban setiap Muslim (laki-laki dan perempuan).”

Namun, redaksi hadis ini dan serupanya tidak banyak disuarakan oleh agamawan yang kerap didengar petuahnya, namun justru ditenggelamkan, sehingga narasi agama yang berkembang di masyarakat adalah narasi-narasi misoginis yang lagi-lagi merugikan perempuan.

Hafiz Ibrahim, penyair klasik Muslim, juga menyatakan bahwa Ibu adalah madrasah atau sekolah pertama bagi anak-anaknya. Anak-anaknya ini adalah manusia yang terdiri dari perempuan maupun laki-laki yang akan menjadi diri yang merdeka sebagai manusia. Apa jadinya jika seorang Ibu tidak memiliki pendidikan tinggi dan  layak, tentunya akan mempengaruhi kualitas manusia yang dididiknya.

Maka, benar jika hancur tidaknya suatu Negara tergantung pada perempuannya, karena perempuan memiliki peran penting dalam membentuk kualitas anak bangsa yang lahir dan besar dari rahimnya yang kuat dan kasih-sayangnya yang lembut. Jika telah demikian, masihkah menganggap pendidikan yang layak, baik, dan tinggi bagi perempuan merupakan hal yang tidak penting?

Memberikan pendidikan yang layak, khususnya anak perempuan, adalah kewajiban bagi para orang tua. Dan pendidikan adalah jawaban untuk memerangi ketidakadilan yang mungkin dihadapi oleh semua manusia dalam kehidupannya.

Dengan adanya pendidikan, anak perempuan memiliki ranah pertemanan yang tidak itu-itu saja, literasi sosial dan bacaannyapun menjadi beragam. Perempuan tidak lagi dilemahkan, mereka dapat berdaya dengan maksimal dalam segala peran yang dimiliki, baik sebagai anak, ibu, istri, dan peran lainnya dalam masyarakat.

Sebagai perempuan berpendidikan tinggi, siapapun itu dalam hati nuraninya pasti menginginkan untuk memperjuangkan dan menyuarakan hak-haknya, walaupun kadang tidak terdengar. Semuanya karena kita adalah perempuan, kita adalah makhluk tunggal, subjek, dan merdeka.

Kita perempuan adalah makhluk Tuhan yang hanya menghamba kepada-Nya, bukan kepada laki-laki dan ketidak-adilan atas kita. Tidak ada lagi pendidikan yang sia-sia untuk perempuan, karena perempuan berpendidikan tinggi adalah bagian dari kodrat dan hak kita semua. Hingga pada akhirnya, bagi kaum yang berpikir, perempuan berpendidikan tinggi itu bukanlah aib, melainkan realisasi atas perintah Nabi.

Demikian artikel tentang perempuan berpendidikan tinggi. Semoga bermanfaat.[]

Tags: IbuPendidikkanperempuansekolahSunah Nabi
Aspiyah Kasdini RA

Aspiyah Kasdini RA

Alumni Women Writers Conference Mubadalah tahun 2019

Terkait Posts

Penindasan Palestina

Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

18 Juli 2025
Kehamilan Perempuan

Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

18 Juli 2025
eldest daughter syndrome

Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

17 Juli 2025
Love Bombing

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

16 Juli 2025
Disiplin

Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian

15 Juli 2025
Inklusivitas

Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku

15 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID