• Login
  • Register
Minggu, 13 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Perempuan dan Kesadaran Kemanusiaan

Nur Rofiah Nur Rofiah
05/04/2018
in Featured, Kolom
0
Perempuan

Perempuan

106
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perkembangan kesadaran kemanusiaan perempuan (bahwa perempuan itu manusia seutuhnya) ternyata berjalan sangat lambrettaaa alias lambat.

Di level manakah kesadaran kemanusiaan perempuan yang dimiliki masyarakat dunia terutama Arab saat Rasul Muhammad Saw hadir, sampai level manakah Islam membangun kesadaran kemanusiaan perempuan, dan di level kesadaran manakah manusia modern saat ini?

  1. Level Terendah. Manusia hanyalah laki-laki. Perempuan bukan manusia sehingga diperlakukan secara tidak manusiawi, bagai hewan atau bahkan benda mati, hanya dan hanya karena menjadi perempuan.
  2. Level Menengah. Perempuan adalah manusia tetapi laki-laki menjadi standar kemanusiaan mereka. Kemanusiaan perempuan hanya diakui sebagian, yakni pada hal-hal yang sama dengan laki-laki. Kondisi dan pengalaman khas perempuan belum dianggap bagian dari kemanusiaan perempuan. Misalnya perkosaan yang menimpa perempuan belum dianggap sebagai problem kemanusiaannya manusia. Itu hanya problem keperempuanannya perempuan.
  3. Level Tertinggi: Perempuan adalah manusia seutuhmya seperti laki-laki. Standar kemanusiaan keduanya adalah sama sambil memperhatikan dua kondisi dan pengalaman khas perempuan. Pertama, secara biologis karena organ reproduksi yang berbeda dengan laki-laki sehingga perempuan mengalami menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan memproduksi ASI, sedangkan laki-laki tidak. Kedua, secara sosial karena relasi timpang yang menyejarah sehingga perempuan mengalami marjinalisasi, subordinasi, stigmatisasi, kekerasan, dan double atau bahkan multiple burden semata-mata karena menjadi perempuanan.

Lihatlah pergerakan ajaran Islam dalam tiga hal tentang kesadaran kemanusiaan perempuan:

  1. Poligami: awalnya laki-laki bisa menikahi perempuan dengan jumlah tak terbatas di waktu yang sama, kemudian dibatasi maksimal 4 dengan syarat adil sambil dingatkan bahwa adil itu sangat sulit sekali, tapi juga diperintahkan monogami (wa in khiftum anla ta’dilu fawahidah, an-Nisa/4:3).
  2. Kesaksian: awalnya kesaksian perempuan tidak diakui separo dari laki-laki itu pun jika dikhawatirkan 1 perempuan lupa, maklum belum terbiasa tapi juga bisa sama dengan laki-laki dalam kasus Lian (istri bisa sumpah 5x untuk membatalkan 5x sumpah suami (an-Nur/24:6-10).
  3. Waris: awalnya perempuan tidak dapat warisan bahkan diwariskan (layaknya properti) dapat warisan separo dari laki-laki tapi juga bisa dapat sama persis, ketika menjadi ayah-ibu dari anak yang wafat dan punya anak, yaitu sama-sama 1/6 (wa liabawaihi likulli wahidin minhumassudusu minma taroka in kana lahu walad, an-Nisa/4:11)

1400 tahun lalu Islam sudah membangun kesadaran kemanusiaan perempuan dari Level Terendah (perempuan bukan manusia) sampai Level Tertinggi (perempuan adalah manusia sepenuhnya). Lalu mengapa ajaran Islam Level Tertinggi ini kurang populer?

Jawabannya kurang kebih sama dengan kenapa kita, yang hidup di masa modern ini, masih sangat perlu konsep Hak Asasi Perempuan atau Hak Asasi Manusia Perempuan padahal kita sudah punya konsep Hak Asasi Manusia, dan mengapa kita masih sangat memerlukan Komnas Perempuan padahal sudah ada Komnas HAM?

Baca Juga:

Merebut Kembali Martabat Perempuan

Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

Kirain ajaran Islam tentang kemanusiaan perempuan seutuhnya itu hanya terlalu modern saat hadirnya 1400 tahun lalu, ternyata sampai sekarang? Ahaiiiiikkkk!

Status Facebook Nur Rofiah
Pamulang, 9 November 2017

Tags: DiskriminasikemanusiaanKesetaraanperempuan
Nur Rofiah

Nur Rofiah

Nur Rofi'ah adalah alumni Pesantren Seblak Jombang dan Krapyak Yogyakarta, mengikuti pendidikan tinggi jenjang S1 di UIN Suka Yogyakarta, S2 dan S3 dari Universitas Ankara-Turki. Saat ini, sehari-hari sebagai dosen Tafsir al-Qur'an di Program Paskasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, di samping sebagai narasumber, fasilitator, dan penceramah isu-isu keislaman secara umum, dan isu keadilan relasi laki-laki serta perempuan secara khusus.

Terkait Posts

Mas Pelayaran

Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan

13 Juli 2025
Kesalingan

Kala Kesalingan Mulai Memudar

13 Juli 2025
Praktik Kesalingan

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

12 Juli 2025
Perempuan dan Pembangunan

Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

12 Juli 2025
Isu Disabilitas

Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

12 Juli 2025
Harapan Orang Tua

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

12 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ayat sebagai

    Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Merebut Kembali Martabat Perempuan
  • Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan
  • Kala Kesalingan Mulai Memudar
  • Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID