• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Perempuan Perajut Perdamaian

Zahra Amin Zahra Amin
09/03/2020
in Publik
0
permepuan, perdamaian

sumber : pixabay.com

15
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Perempuan merupakan komunitas terbesar yang mengalami dan merasakan dampak dari bencana kemanusiaan, yang disebabkan oleh berbagai konflik yang terjadi. Padahal jelas-jelas perempuan bukanlah perwakilan dari pencetus, dan apalagi provokator dari berbagai konflik tersebut.

Masih hangat dalam ingatan kita, kasus kerusuhan yang terjadi di India, beberapa hari terakhir ini, di mana mayoritas versus minoritas agama saling bentrok, hingga dikabarkan puluhan orang meregang nyawa sia-sia.

Dan ribuan orang tak lagi punya tempat tinggal serta usaha. Masa depan bagi mereka, seumpama kabut tebal pagi hari, yang pekat dan tak nampak dalam pandangan. Tentu yang paling terdampak dari peristiwa tersebut adalah perempuan dan anak-anak.

Padahal India pernah punya Mahatma Gandhi, yang legendaris dan terkenal dengan empat ajaran gerakan perlawanan. Yakni, Satyagraha (jalan kebenaran), Ahimsa (non kekerasan), Hartal (mogok kerja), dan Swadesi (mandiri atas usaha sendiri). Mengapa kita dan mereka tidak pernah belajar dari sejarah?

Dalam tahun-tahun berikutnya paska Gandhi, India juga dianugerahi seorang Bunda Theresa, yang butir kebajikannya dirasakan oleh warga India hingga ke seluruh dunia, tanpa melihat latar belakang dan perbedaan, serta tanpa kecuali. Selama lebih dari 47 tahun, Bunda Theresa melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat. Mengapa kita sulit meneladani kemuliaan memanusiakan manusia tersebut?

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

Baca Juga:

Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

Meski memang, dalam perjalanannya di tahun-tahun kemudian, betapa berat merawat perdamaian agar tetap terjaga, betapa sulit menjaga amarah agar tak menjadi sia-sia, dan menghancurkan segala yang ada. Betapa lemah kesadaran agar tetap waras dan mampu mengendalikan emosi jiwa.

Maka dari itu, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Tidak hanya mulai dari diri sendiri, tetapi juga seluruh sistem kehidupan yang saling terkait. Sebagaimana yang ditulis Prof. Musdah Mulia dalam buku “Ensiklopedia Muslimah Reformis”.

Pertama, minimnya pengetahuan dan wawasan pemeluk agama terhadap ajaran agama mereka sendiri, terlebih lagi terhadap ajaran agama lainnya. Agama mengajarkan kepada pemeluknya keharusan menghormati sesama manusia, serta pentingnya hidup damai dan harmonis di antara sesama.

Jika demikian halnya, segala bentuk konflik, kekerasan dan teror yang mengatasnamakan agama hendaknya diyakini sebagai bentuk ketidakmampuan manusia memahami ajaran agamanya secara utuh. Sebab, tidak ada satupun agama di dunia ini yang mengajarkan kekerasan.

Semangat keberagaman yang tinggi, tetapi tidak dibarengi dengan pemahaman yang dalam dari dimensi esoteric agama, inilah yang seringkali menimbulkan sikap fanatik sempit dan fundamentalisme.

Kedua, maraknya perilaku destruktif para penganutnya, terutama dalam hal yang berkaitan dengan moralitas. Ketiga, minimnya rasa kesadaran terhadap pentingnya sikap pluralisme dan inklusivisme Keempat, kurangnya komitmen untuk menegakkan keadilan.

Lalu apa peran perempuan untuk merajut perdamaian?

Kaum perempuan sebagai bagian terbesar dari warga dunia mempunyai peran yang cukup strategis dalam penyelesaian konflik. Kelebihan perempuan dalam proses merajut perdamaian, antara lain karena dibalik sifat feminimnya, perempuan sangat potensial menjadi insiator upaya perdamaian.

Sifat feminism itu seperti penyayang, welas asih, dan mudah menerima serta memaafkan, yang bisa dimanfaatkan sebagai bentuk pendekatan baru terhadap kelompok masyarakat yang terlibat konflik. Dengan kata lain, perempuan mempunyai posisi strategis untuk meredam konflik.

Sehingga apa yang terjadi di India, atau peristiwa serupa di belahan bumi manapun, penting kiranya untuk melibatkan perempuan, mendudukannya setara dalam penyelesaian persoalan. Suara perempuan bukan lagi sekedar tangis dan rintihan yang miris serta panjang.

Tetapi suaranya lantang meneriakkan perlawanan untuk pemenuhan rasa keadilan dan kesetaraan. Karena konflik yang berkepanjangan, hingga membuat perempuan dan anak tersiksa kesakitan, itu merupakan bencana terbesar bagi kemanusiaan. Tentu saja, kita akan merindukan Mahatma Gandhi dan Bunda Theresa saat ini hadir kembali. []

Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Sepak Bola Indonesia

Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

1 April 2023
Keberkahan Ramadan, Kemerdekaan Indonesia

Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

31 Maret 2023
Konsep Ekoteologi

Konsep Ekoteologi; Upaya Pelestarian Alam

30 Maret 2023
Kasih Sayang Islam

Membangun Kasih Sayang Dalam Relasi Laki-laki dan Perempuan Ala Islam

29 Maret 2023
Ruang Anak Muda

Berikan Ruang Anak Muda Dalam Membangun Kotanya

29 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

28 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Kehilangan Sosok Ayah

    Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist