Mubadalah.id – Drama korea berjudul Hometown Cha-Cha-Cha memberikan pesan-pesan dalam setiap episodenya. Mungkin ini yang membuat saya suka drama korea, meski genre-nya komedi romantis dan ringan sekali tapi mereka tak lupa menyampaikan pesan-pesan mendalam. Pesan yang diusung kali ini adalah tentang kesalingan. Saya catat ada 3 scene tentang kesalingan, berikut ulasannya.
Kesalingan berarti menghilangkan relasi kuasa dan dikuasai. Memerintah dan diperintah, lebih tinggi dan lebih rendah. Kesalingan berarti saling memahami, saling menghargai, dan saling menghormati. Relasi kesalingan ini juga harus dilakukan ketika melihat lingkungan masyarakat.
Episode ke 4 menunjukkan Hyejin sebagai tokoh utama yang datang ke perkumpulan pemilik toko di kota Gongjin. Di sana salah satu warga menggosipkan tentang warga lain yang bercerai dan menganggap perceraian itu buruk. Hyejin langsung mengatakan bahwa perceraian itu pilihan, sama seperti pernikahan. Perceraian itu tidak buruk karena setiap orang berhak memilih apa yang baik untuk dirinya.
Relasi kesalingan berarti saling memahami kondisi orang lain serta tidak merendahkan yang berbeda dari kita. Banyak orang takut bercerai karena stigma negatif masyarakat. Hal ini disebabkan karena tidak ada relasi kesalingan dan empati dari orang lain. Perceraian bukan berarti hal yang buruk karena belum tentu pernikahan berjalan sesuai kaidah yang baik. Ada pernikahan yang justru menjadi eksploitasi, penindasan, dan kekerasan.
Ada suami yang suka melakukan KDRT, maka perceraian bertujuan untuk melindungi nyawa istri. Ada suami yang suka melakukan hubungan seksual dengan banyak perempuan dan malah membawa penyakit bagi istrinya. Ada suami yang menggunakan narkoba, korupsi, berhutang dan justru membawa bala bagi istri dan anaknya. Sebaliknya ada pula istri yang demikian.
Maka dalam hal ini, perceraian bukanlah suatu keburukan, justru perceraian menjadi jalan kebaikan bagi istri. Ada pula suami yang tidak bekerja tapi terus minta dilayani. Istri harus mengurus rumah, mengasuh anak, bekerja mencari nafkah, masih juga melayani suami dan memberikan uang rokok. Pernikahan seperti ini bukan memberi manfaat alih-alih mudharat.
Pernikahan seharusnya memberikan ketenangan jiwa dan menjadi jalan spiritualitas. Tapi jika pernikahan menjadi sumber kegelisahan, sakit fisik dan mental, maka perceraian bukanlah keburukan. Namun yang lebih penting dari itu semua, tanpa memikirkan penyebabnya akan lebih baik jika kita fokus untuk memahami dan berempati pada orang lain. Prinsip kesalingan berarti saling memahami dan menghormati apa pun kondisi dan keputusan yang diambil orang lain.
- Hamil, Melahirkan, dan Mengasuh Anak
Banyak sekali laki-laki yang tahu bahwa hamil, melahirkan, dan mengasuh anak adalah proses yang menyakitkan. Namun banyak dari mereka yang tidak mau memahami dan mendampingi istrinya. Mereka tidak bisa merasakan sehingga tidak bisa berempati pada istri yang kelelahan dan kesakitan.
Episode 13 menunjukkan seorang istri yang menyampaikan segala kelelahannya pada suaminya. Ia menceritakan bagaimana sulitnya ia mengikat tali sepatu saat hamil karena perutnya besar. Ia menyampaikan betapa sakitnya ia saat hamil dan melahirkan, tulang-tulang yang remuk dan badan yang rusak, serta harus menyusui pada saat bersamaan. Ia mengatakan betapa ia kesepian karena menghadapi segala kesulitan itu sendirian.
Laki-laki dan perempuan seharusnya saling memahami kondisi satu sama lain. Jika tak mampu merasakan, maka berempati adalah hal yang utama. Membantu segala keperluan istri, tidak menyakiti dan justru memberikan kenyamanan adalah prinsip kesalingan dan keadilan gender Islam.
Pengalaman biologis perempuan seharusnya dijadikan pedoman bagi laki-laki untuk memahami istri. Terkadang istri marah atau menangis karena hal sederhana, padahal ia menahan sakit dalam tubuhnya, namun tak ada yang memahami.
- Tugas Domestik adalah Tanggung Jawab Bersama
Episode terakhir menunjukkan Hyejin dan Hong Banjang yang membuat kesepakatan pernikahan. Mereka membagi pekerjaan rumah sesuai kemampuannya masing-masing. Hong Banjang sebagai suami yang akan mengambil tugas memasak di rumah. Hal tersebut dipilih karena ia memang pandai memasak. Berbeda dengan Hyejin yang tidak bisa memasak, ia memilih mencuci pakaian karena pakaian mahalnya perlu perlakuan khusus.
Nah, membagi pekerjaan memang sudah seharusnya dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Prinsip kesalingan berarti tidak ada yang melayani dan dilayani. Suami istri harus saling melayani, saling bekerja sama, dan saling membantu. Tidak ada jenis kelamin dalam pekerjaan, semua pekerjaan adalah tanggung jawab bersama. Melakukan pekerjaan domestik adalah suatu kemuliaan alih-alih merendahkan harga diri.
Yuk jangan mau kalah sama Hyejin dan Hong Banjang dalam melakukan dan menyebarkan prinsip kesalingan. []