• Login
  • Register
Jumat, 22 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Privilise dan Kesadaran Kritis Feminisme

Tia Isti'anah Tia Isti'anah
15/06/2020
in Publik
0
Kesadaran Kritis Feminisme

Kesadaran Kritis Feminisme

19
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bagaimana maksud privilise dan kesadaran kritis feminisme? Seorang atasan meminta penurunan gaji 30% ke pemiliki perusahaan demi stabilnya uang perusahaan di masa pandemi.

“Uang perusahaan menipis, bagaimana jika kita memotong gaji seluruh pegawai 30%?”

“Itu bagus, demi stabilnya perusahaan kita”

Atasan itu tenang-tenang saja, karena ia memiliki suami yang kaya, tabungan yang cukup dan gaji yang lebih besar. Menurutnya itu adalah pilihan yang terbaik untuk menyelematkan perusahaan tempat ia bekerja. Sayangnya dia lupa, pegawai di perusahaan tidak semuanya memiliki tabungan seperti dia. Tidak semuanya memiliki gaji yang cukup besar seperti dia, juga tidak semuanya memiliki pasangan yang kaya seperti dia.

Niat atasan ini baik, namun sayangnya ia tidak memiliki kewaspadaan (awareness) bahwa tidak semua pegawai memiliki privilese seperti dirinya. Banyak pegawai yang hancur lebur karena gaji dipotong 30%. Padahal ia harus menghidupi keluarganya. Padahal pasangannya diPHK. Padahal ia sama sekali tidak memiliki tabungan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda
  • Buku Bapak Tionghoa Nusantara: Ini Alasan Gus Dur Membela Orang Tionghoa
  • Perjalanan Mahnaz Afkhami dalam Advokasi Hak-Hak Perempuan

Baca Juga:

Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu

Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda

Buku Bapak Tionghoa Nusantara: Ini Alasan Gus Dur Membela Orang Tionghoa

Perjalanan Mahnaz Afkhami dalam Advokasi Hak-Hak Perempuan

Inilah pentingnya kita mengetahui privilese yang kita miliki. Apa lagi jika kita adalah pemegang kekuasaan atau penentu nasib orang banyak. Jangan sampai keputusan yang dibuat hanya enak dan nyaman untuk yang berprivilese lalu menyengsarakan yang tidak berprivilese. Buatlah keputusan dengan menggunakan sudut pandang orang yang paling tidak berprivilese (kaum marjinal).

Dalam feminisme, kesadaran kritis ini harus dibangun melalui kewaspadaaan (awareness) terhadap relasi-relasi kuasa yang menimbulkan ketidakadilan terhadap kaum marjinal. Tentu saja karena feminisme bukan hanya teori tapi juga gerakan sosial, maka ketidak adilan tersebut harus diupayakan untuk dirubah.

Contohnya, jika terdapat penurunan gaji secara sembrono (seperti contoh di atas) maka yang bisa dilakukan bukan hanya waspada, tapi juga upaya untuk mengubahnya. Bisa dengan mengkritisi, berdiskusi, melakukan aksi (jika memungkinkan memiliki kekuatan kolektif) atau upaya-upaya lain sesuai zaman. Inilah feminisme, ia bukan hanya sekedar ilmu pengetahuan dan ideologi, tapi juga gerakan sosial dan gerakan politik.

Tentu saja, kesadaran kritis ini tidak didapatkan cuma-cuma. Kita harus terus melatih kewaspadaan (awareness) kita dengan menyadari bahwa pengalaman kelompok marjinal beragam dan pengalaman manusia sangat majemuk. Kita harus terus menerus mencoba untuk berada di posisi dia, “be in someone’s shoes.”

Kaca mata yang kita gunakan untuk membaca pengalaman bukanlah kaca mata kita. Tapi kaca mata dia. Kita mengakui bahwa dia adalah subjek kehidupan. Kita bukan lagi bersimpati (me oriented/ memiliki perasaan yang sama dengan orang lain) tapi empati (you oriented/ merasakan, memahami atau masuk ke dalam perasaan orang lain).

Marjinal baik dalam ekonomi, politik, atau seks sangatlah kejam. Kemiskinan begitu kejam. Pemerkosaan begitu kejam. Dibungkam suaranya adalah kekejaman.

Mari membuat dunia nyaman, setidaknya untuk orang-orang di sekitarmu. Perhatikan rasa mereka, bukan hanya rasamu. Mungkin memang benar, adil sulit. Tapi ingatlah zalim kepada mereka yang lemah adalah hal yang sangat tidak disukai Tuhan? Dan doa orang-orang yang dizalimi itu diijabah oleh Tuhan. []

Tia Isti'anah

Tia Isti'anah

Tia Isti'anah, kadang membaca, menulis dan meneliti.  Saat ini menjadi asisten peneliti di DASPR dan membuat konten di Mubadalah. Tia juga mendirikan @umah_ayu, sebuah akun yang fokus pada isu gender, keberagaman dan psikologi.

Terkait Posts

Kesejahteraan Ibu dan Anak

Membaca Arah RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) Part I

22 September 2023
artificial intellegence

Artificial Intellegence dalam Perspektif Gender

21 September 2023
Keberagaman Indonesia

Negeri Zamrud Khatulistiwa dan Tantangan Keberagaman Indonesia

20 September 2023
Kawin Tangkap

Fatwa KUPI dalam Merespon Tradisi Kawin Tangkap di NTT

20 September 2023
Pernikahan yang Maslahat

Pernikahan yang Maslahat dan Keberlanjutan Lingkungan

20 September 2023
Petugas SPBU Perempuan

Perempuan yang Meringkuk di Balik Regulasi

19 September 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hadis Jihad

    Makna Mubadalah dalam Hadis Jihad Perempuan di Dalam Rumah Tangga 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Selamat Jalan Pejuang Nahdlatul Ulama Prof Dr Sri Mulyati MA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jihad Perempuan dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Etika Sufi Ibn Arabi (2): Mendekati Tuhan dengan Merawat Alam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda
  • Buku Bapak Tionghoa Nusantara: Ini Alasan Gus Dur Membela Orang Tionghoa
  • Perjalanan Mahnaz Afkhami dalam Advokasi Hak-Hak Perempuan
  • Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist