• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Realita Teman Difabel: Tantangan Tersembunyi yang Harus Kita Pahami!

Kita bisa menyebarkan kesadaran tentang hak-hak difabel agar semakin banyak orang yang peduli dan ikut bergerak untuk perubahan.

arinarahmatika arinarahmatika
10/04/2025
in Pernak-pernik
0
Teman Difabel

Teman Difabel

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pernahkah kita berpikir bagaimana kehidupan sehari-hari bagi difabel? Bagi banyak orang, hal-hal sederhana seperti pergi ke sekolah, bekerja, atau bahkan sekadar beribadah bisa kita lakukan dengan mudah.

Tapi bagi teman-teman difabel, ada banyak tantangan yang masih menghalangi mereka untuk hidup dengan setara. Sayangnya, mereka sering mengalami marginalisasi, subordinasi, kekerasan, dan beban ganda. Yuk, kita bahas satu per satu.

Marginalisasi: Difabel yang Sering Terpinggirkan

Marginalisasi atau peminggiran adalah ketika suatu kelompok—termasuk difabel—tidak mendapatkan akses yang sama terhadap pendidikan, pekerjaan, atau layanan kesehatan. Misalnya, masih banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas ramah difabel, sehingga anak-anak dengan keterbatasan fisik kesulitan belajar.

Dalam dunia kerja, banyak perusahaan masih enggan menerima pekerja difabel karena anggapannya kurang produktif. Bahkan, di ruang publik seperti trotoar atau transportasi umum, desainnya sering kali tidak mempertimbangkan kebutuhan mereka. Ini bukan cuma soal infrastruktur, tapi juga soal sikap masyarakat yang belum sepenuhnya inklusif.

Subordinasi: Ketika Difabel Dianggap Kurang Penting

Subordinasi terjadi ketika seseorang kita anggap lebih rendah atau kurang penting daripada kelompok lainnya. Hal ini sering teman difabel alami, misalnya dalam pengambilan keputusan di keluarga. Jarang yang mengajak berdiskusi soal masa depan mereka sendiri, apakah itu tentang sekolah, pekerjaan, atau pernikahan.

Baca Juga:

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

Nyai Nur Rofiah: Keadilan Hakiki di Tengah Luka Sosial Perempuan

Keadilan Hakiki Mengingatkan Kondisi Khas Perempuan

Dalam komunitas keagamaan, difabel juga sering hanya menjadi peserta pasif tanpa kesempatan untuk berperan sebagai pemimpin atau pengurus. Padahal, mereka punya hak yang sama untuk berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan!

Kekerasan: Ancaman Nyata bagi Difabel

Difabel lebih rentan mengalami kekerasan, baik fisik, verbal, ekonomi, maupun seksual. Misalnya, mereka sering mengalami perundungan di sekolah atau lingkungan kerja karena anggapan berbeda. Secara ekonomi, ada juga difabel yang terpaksa bekerja dengan upah rendah atau bahkan tidak menerima bayaran.

Perempuan difabel lebih rentan terhadap pelecehan karena dianggap tidak bisa melawan. Hal ini menunjukkan bahwa kita perlu lebih peduli terhadap perlindungan hak mereka agar terhindar dari kekerasan dan eksploitasi.

Beban Ganda: Difabel yang Harus Berjuang Lebih Keras

Beban ganda dialami oleh kelompok tertentu dalam komunitas difabel. Misalnya, perempuan difabel sering harus menghadapi diskriminasi ganda—baik sebagai perempuan maupun sebagai penyandang disabilitas.

Mereka tetap diharapkan menjalankan peran domestik seperti mengurus rumah tangga, meskipun memiliki keterbatasan fisik. Difabel di pedesaan juga menghadapi lebih banyak hambatan daripada mereka yang tinggal di kota karena akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan masih terbatas.

Jadi, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Menurut Dr. Nur Rofi’ah dalam Kegiatan Ramadhan Inklusi dengan tema, “Disabilitas dalam Perspektif Keadilan Hakiki”, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Pertama, kita bisa mulai dengan mengubah cara pandang kita terhadap penyandang disabilitas.

Mereka bukan sekadar “kasihan” atau “butuh bantuan”, tapi mereka juga punya hak yang sama menjadi manusia yang utuh untuk berkembang dan hidup mandiri. Kedua, kita bisa mendukung kebijakan yang lebih inklusif, seperti mendesak adanya fasilitas ramah difabel di sekolah, tempat kerja, dan ruang publik.

Terakhir, kita bisa menyebarkan kesadaran tentang hak-hak difabel agar semakin banyak orang yang peduli dan ikut bergerak untuk perubahan. Oleh karena itu, mari menjadi bagian dari masyarakat yang lebih inklusif. Karena ketika semua orang mendapatkan kesempatan yang sama, dunia ini akan menjadi tempat yang lebih baik untuk semua. []

Tags: Dr Nur Rofiah Bil UzmKeadilan HakikiNgaji RAINRamadan InklusiTeman Difabel
arinarahmatika

arinarahmatika

Terkait Posts

Sukainah

Tren Mode Rambut Sukainah

31 Mei 2025
IUD

Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

31 Mei 2025
Kodrati

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

31 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Etika Sosial Perempuan 'Iddah

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

28 Mei 2025
Kehidupan

Fondasi Kehidupan Rumah Tangga

27 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • IUD

    Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID