Bukan rahasia lagi, bahwa penetapan tanggal lahir R.A Kartini sebagai hari yang diperingati secara nasional, mengandung kontroversi. Namun, dalam kesempatan kali ini, bukanlah waktu yang tepat untuk kembali mengunggah kontroversi yang berulang dibahas, setiap tanggal 21 April itu.
Kartini adalah sosok inspiratif dalam konteksnya sebagai perempuan yang hidup pada zaman pergerakan Nasional. Pilihan kontribusinya untuk mengajarkan membaca dan menulis pada perempuan non-ningrat, mungkin belum banyak dilakukan pada konteks zamannya. Akan tetapi lebih dari itu, semangatnya untuk berbagi pengetahuan dengan lingkungan terdekatnya, merupakan semangat yang tidak lekang oleh zaman.
Pada masa pandemi, Kartini hari ini harusnya direfleksikan secara berbeda. Pandemi Covid-19 yang menghantui di berbagai tempat di dunia, terasa mengerikan karena kehadirannya menimbulkan ketidakpastian demi ketidakpastian. Baik itu terkait situasi ekonomi, pendidikan atau mungkin juga politik.
Dalam kondisi demikian, hal yang terpenting adalah bagaimana masyarakat bisa saling bekerjasama, saling mendukung dan saling menguatkan. Bukan saling menyalahkan. Prinsip ini haruslah menjadi landasan sikap bagi semua elemen masyarakat. Tak terkecuali dalam relasi rumah tangga.
Keluarga, merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Hal penting dalam menghadapi kondisi tak biasa ini adalah, bagaimana masing-masing anggota keluarga membangun kesamaan pemahaman mengenai kondisi yang dihadapi. Hanya dengan mengupayakan kesepahaman ini lah, maka penyikapan terhadap kondisi yang belum bisa diperkirakan kapan akan berakhir ini, akan menjadi efektif.
Masa pandemi, adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan arti penting kerjasama dalam keluarga. Apakah pembagian peran dalam keluarga kita masih terpaku pada pembagian peran berdasarkan jenis kelamin semata. Ataukah kita sudah melampaui era pembagian kaku semacam itu.
Hal ini penting untuk direfleksikan. Mengingat dalam kondisi pandemi, setiap anggota keluarga sebenarnya sama-sama memiliki beban yang berlipat dibanding hari-hari sebelumnya. Baik dalam hal pemenuhan nafkah keluarga. Maupun dalam hal pendampingan anak dan anggota keluarga lainnya. Semua beban yang berlipat ini, tidak mungkin hanya ditimpakan kepada salah satu pihak saja.
Tidak adanya saling menghargai dan saling memahami mengenai berlipatnya beban masing-masing pihak, akan membahayakan relasi keluarga. Karenanya, peringatan hari Kartini di masa pandemi ini sesungguhnya menjadi momentum bagi kita untuk saling menguatkan dan saling mendukung semua anggota keluarga dengan tanpa menjadikan pembedaan jenis kelamin sebagai pertimbangan utama.
Baik laki-laki maupun perempuan, baik ayah maupun ibu, memiliki peran yang sama dalam upaya penguatan potensi domestik. Pun demikian dalam persoalan pemenuhan nafkah dan kebutuhan sehari-hari seluruh anggota keluarga.
Terutama bagi para Ayah yang belum berhasil memahami beratnya tugas domestik ibu rumah tangga, inilah saat yang paling tepat, saling belajar memahami beban masing-masing. Untuk kemudian saling bekerjasama, bangkit menghadapi kondisi ke depan, yang tidak akan mudah bagi siapa saja. []